Aiba saat ini tengah bersiap untuk pergi markas Phentra Hitam. Saat ini, jam menujukkan pukul 18.00. Aiba sudah siap dengan segala perlengkapannya dan keluar dari kamarnya.Aiba terkejut bukan main, saat sudah berada di lantai satu rumahnya. Matanya langsung menatap sosok yang tidak asing tengah berbincang di ruang tengah.
"Hai! Kita ketemu lagi!" sapa Talia dengan senyuman yang 'tak bisa diartikan.
"Siapa yang biarin lo masuk ke rumah gue?!" tanya Aiba langsung. Donald yang mendengar suara putrinya yang tidak bersahabat, langsung berbalik dan meminta agar Aiba mendekati.
"Kamu mau ke mana?" tanya Donald.
"Bukan urusan, Ayah!" balas Aiba cepat.
"Duh! Kok lo kasar banget, sih?" tanya Talia kepada Aiba. Aiba terkejut mendengar pertanyaan Talia yang seakan-akan merupakan anak Ayahnya.
"Lah! Apa urusannya sama lo?!" tanya Aiba balik. Matanya menangkap satu sosok orang lagi yang ada di ruangan itu. Seketika ia melepaskan semua yang ada di tangannya saat ini. Wajahnya memerah karena emosi dan dengan cepat mendekat ke arah orang itu.
"Berani banget lo muncul di sini! Setelah Ibu udah gak ada karena lo, bangsat!" umpat Aiba dan langsung menarik keras rambut orang itu.
"Ahk! Mas! Tolongin aku, Mas!" jerit orang itu kesakitan.
"Aiba! Udah!" bentak Donald keras, saat melihat tingkah Aiba.
"Heh! Ayah lebih belain dia daripada, aku!" balas Aiba emosi.
"Kamu udah kelewatan! Ayah minta kamu tenang!" balas Donald.
"Ayah!" bentak Aiba keras.
"Duduk!" balas Donald. Aiba dengan penuh emosi melepaskan rambut Maria dan duduk di salah satu sofa yang ada di sana. Talia hanya menahan kesalnya, saat melihat Aiba menjambak keras rambut Mamanya.
"Jadi, dengerin Ayah!" pinta Donald mulai serius. Aiba hanya menahan emosinya dengan keberadaan Talia dan Maria.
"Ayah dan Maria akan menikah!" sambung Donald. Aiba yang mendengar itu, langsung menendang meja yang ada di depannya. Donald dan ketiga orang itu langsung terkejut bukan main. Meja kaca yang Aiba tendang dengan keras itu, langsung hancur berkeping-keping.
"Kalau ayah mau liat mayat, coba aja nikah!" tekan Aiba penuh emosi dan menatap Ayahnya dengan tatapan membunuh.
"Usha Aiba Muller! Ayah nikah lagi itu demi kamu!" balas Donald.
"Aiba gak pernah minta pengganti Ibu. Habis itu, Ibu baru tiada beberapa hari yang lalu dan Ayah akan menikah lagi sekarang?! Tidak masuk akal!" sembur Aiba penuh emosi. Luka yang ada di hatinya masih belum sembuh, mengapa Ayahnya selalu membuat hatinya hancur.
"Itu karena Ibu kamu yang lemah!" ucap Maria menyela. Aiba yang mendengar itu, langsung mendekat ke arah Maria dengan tatapan membunuhnya. Talia yang melihat itu, juga siaga untuk menjaga Mamanya.
"Kalau lo gak sayang sama nyawa lo, bilang! Biar gue cabut aja sekarang!" ucap Aiba menatap Maria dingin. Ia tidak peduli dengan kakinya yang mengeluarkan darah segar karena menginjak beling dari meja yang ia tendang tadi.
"Aiba! Tenang dulu! Kaki kamu luka, sayang!" pinta Donald yang melihat kaki Aiba mengeluarkan darah segar.
"Apa peduli, Ayah?! Ayah bahkan tidak pernah memikirkan perasaanku sedikit saja!" teriak Aiba penuh emosi. Talia mengambil kesempatan untuk menarik keras rambut Aiba, saat ia lengah.
"Talia!" bentak Donald yang melihat Talia menarik keras tambut putrinya. Ia saja tidak pernah berani menyentuh putrinya, kecuali ia tidak sadar, seperti saat hari itu.
"Ini buat lo yang udah buat Mama gue luka!" sarkas Talia. Aiba hanya terkekeh mendengar ucapan Talia. Ia memengang tangan Talia yang ada di kepalanya dengan keras, lalu menggenggamnya erat dan memutarnya.
"Ahk! Sakit bego!" bentak Talia yang merasa sakit pada tangannya yang diputar secara paksa oleh Aiba. Ia langsung melepaskan rambut Aiba dan merintis kesakitan karena tangannya.
"Mas! Aku cuman mau liat dia berubah! Aku cuman mau liat dia bahagia seperti dulu, Mas!" ucap Maria kepada Donald.
"Heh! Bahagia? Kebahagiaan gue hancur karena lo, bangsat!" umpat Aiba yang mendengarkan ucapan Maria.
"Karena itulah, aku mau balas semuanya! Jadi, aku mohon mengertilah!" balas Maria.
"Mengerti? Seharusnya lo yang ngerti! di sini bukan tempat lo! Dan sampai kapan pun, lo gak punya tempat di sini!" balas Aiba balik.
"Setidaknya, aku bisa menggantikan tempat Ibumu, Aiba!" ucap Maria.
"Jangan pernah sebut nama gue! Dengan mulut kotor lo, bangsat!" umpat Aiba yang mendengar namanya keluar dari mulut Maria.
"Sopan dikit sama Mama gue!" bentak Talia kepada Aiba.
"Lo juga! Gak ada tempat buat lo di rumah ini! Gak akan pernah ada!" balas Aiba penuh emosi.
"Gue yang akan buat wilayah gue sendiri! Jadi, lo gak perlu bagi tempat lo, bangsat!" umpat Talia.
"Heh! Lo pikir bisa nikmatin apa yang ada di sini? Jangan mimpi!" balas Aiba.
"Aiba! Udah!" bentak Donald lagi.
Aiba melepaskan tangan Talia dan menunduk untuk mengambil beling dari meja kaca tadi. Ia menggengam beling itu depan mereka bertiga. Darah segar mulai menetes dengan deras dari tangan Aiba.
"Aiba! Sha! Lepasin, Sayang!" pinta Donald mendekat. Aiba hanya memundurkan langkahnya, tidak peduli dengan kakinya yang terus menginjak beling.
"Aku, Usha Aiba, bersumpah dengan menetesnya darah ini, jika Ayah menikah lagi! Aku bukan anak Ayah dan semua aset perusahaan dan harta warisan akan berbalik nama menjadi Usha Aiba! Bukan lagi atas nama Donald Muller ataupun Yolanda Quinn!" ucap Aiba lantang. Donald terdiam bagaikan patung mendengar sumpah Aiba. Ia tidak percaya jika Aiba sampai akan melakukan hal tersebut. Menurut Donald, ia hanya ingin membuat Aiba bahagia dengan menikah lagi. Namun, ternyata caranya salah besar. Ia tidak memberikan kebahagiaan, tetapi membuatkan luka yang semakin membesar.
"Dan jika aku belum cukup dengan itu, aku akan pergi dan tidak akan pernah kembali lagi. Semua aset perusahaan dan harta warisan yang telah berbalik nama, akan diinvestasikan ke semua panti asuhan yang ada!" sambung Aiba lagi. Maria dan Talia juga terkejut mendengar dan melihat aksi Aiba. Mereka berpikir, mudah untuk menyingkirkan Aiba. Namun nyatanya, itu tidak seperti yang mereka bayangkan.
"Aiba! Kamu kelewatan, Aiba!" bentak Donald. Aiba tidak peduli dengan ucapan Ayahnya dan melanjutkan ucapannya.
"Cukup sekian!" ucap Aiba dan melepaskan beling yang ia pengang. Ia langsung meraih kunci mobilnya yang berada di gantungan dekat pintu keluar dan berlalu.
Aiba mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tidak memakai sepatunya, saat keluar dari rumah. Ia hanya memungutnya di lantai tempatnya menjatuhkannya tadi dan memasukkannya ke dalam mobil.
Setelah beberapa menit, akhirnya ia sampai di depan markas Phentra Hitam. Ia langsung turun tanpa alas kaki dan menenteng sepatu putihnya dengan tangan kirinya yang tidak terluka. Ia langsung masuk dan mencuri perhatian seluruh penghuni markas Phentra Hitam.
***
"Untuk kesekian kalinya, hatiku hancur karena perbuatan Ayah. Aku hanya ingin satu hal, Ayahku sedikit mengerti, apa yang aku inginkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZION (HIATUS)
Teen Fiction"Aku, Usha Aiba bersumpah dengan menetesnya darah ini, jika Ayah menikah lagi! Aku bukan anak Ayah dan semua aset perusahaan dan harta warisan akan berbalik nama menjadi Usha Aiba! Bukan lagi atas nama Donald Muller ataupun Yolanda Quinn!" ucap Aiba...