"Lah, sejak kapan mereka ada di sini?" tanya Lara kepada dirinya sendiri."Itu buat lo yang rusakin kepercayaan gue dan udah berani sentuh adik gue!" ucap Natan sambil menatap Mike yang kehilangan kesadarannya. Berbeda dengan Natan, Ian terus menenangkan Irene.
"Lo gak papa?" tanya Jean kepada Lara. Lara terkejut mendengar pertanyaan Jean. Sebab, baru kali ini ia Jean menanyakan kondisinya. Sebelumnya, di saat mereka pergi bersama dalam kelompok Phentra Hitam, Jean tidak pernah menanyakan kondisinya.
"G--gak papa," jawab Lara terbatah.
"Bagus, dah," balas Jean singkat dan menjauh dari sana. Ia kembali duduk di samping Zion.
"Napa lo, refleks atau gimana?" tanya Zion kepada Jean. Jean menghembuskan nafasnya mendengar pertanyaan Zion.
"Refleks," jawab Jean singkat. Zion terkekeh mendengar jawaban Jean.
"Udah tenang?" tanya Ian kepada Irene yang sudah mengatur nafasnya kembali.
"Huft, udah, Kak," jawab Irene lemas dan menyandarkan tubuhnya kepada Ian. Ian hanya menggelengkan kepalanya dan mengusap kepala Irene pelan.
"Yaudah, istirahat dulu!" pinta Ian. Irene hanya menganggukkan kepalanya dan ikut bersama Ian ke salah satu sofa yang ada di dekat Aiba duduk saat ini.
"Mau gue balas lebih?" tanya Natan kepada Lara. Lara terkekeh mendengar ucapan Natan. Setiap kali Lara terluka, Natan selalu menanyakan pertanyaan yang sama.
"Gak usah, gue gak papa kok," jawab Lara.
"Ahk! Syukur, dah," balas Natan dan mengulurkan tangannya. Lara hanya tersenyum dan menerima uluran tangan Natan. Gibran dan Alkhi yg menerima perintah dari Aiba, langsung membereskan Mike dan Zanzika. Mereka membawa kedua orang itu ke dalam mobilnya.
"Siapa di rumah sakit?" tanya Aiba.
"Higra, Grillo dan tujuh orang lainnya," jawab Lara.
"Owh gitu, yaudah gue ke sana. Kalau kalian udah mendingan, langsung pulang aja, sekarang juga udah jam berapa," pinta Aiba bangkit dari duduknya.
"Lah, lo gak bisa pergi sendiri!" tahan Ian.
"Gue aja yang temenin sama Jean," sela Zion yang sejak tadi diam.
"Heh!" balas Aiba.
"Lo sama mereka atau gak sama sekali?" tanya Ian memberikan pilihan.
"Fine! Gue sama mereka," jawab Aiba cepat. Ia tahu Ian tidak akan membiarkannya pergi seorang diri. Maka dari itu, ia langsung menjawab pertanyaan Ian.
Ketiganya pun berlalu menuju rumah sakit. Dalam perjalanan, Zion memimpin jalan, Aiba yang berada di tengah dan Jean yang ada di belakang.
"Liat gak tadi?" tanya Irene kepada Lara. Setelah keduanya cukup tenang, mereka duduk berdua dengan santai.
"Gak percaya, sih," jawab Lara tertawa kecil.
"Whaha! Lucu banget," tawa Irene yang mengingat Jean yang refleks menerjang Mike.
"Iya," balas Lara tertawa juga.
Kembali kepada Zion, setelah beberapa menit menempuh perjalan, akhirnya mereka sampai di Rumah Sakit Medison.
"Lo gak dicariin? Udah malam lho?" tanya Zion kepada Aiba. Perkelahiannya dengan Aiba tadi, ia anggap bagaikan angin lalu.
"Mana peduli dia sama gue!" balas Aiba tanpa basa-basi.
"Yakan, namanya orang tua," balas Zion lagi. Saat ini ketiganya tengah berjalan menuju ruangan ICU, di mana Erin tengah terbaring koma.
"Apa kata dokter?" tanya Aiba langsung kepada Higra, saat ia sampai di depan ruangan ICU.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZION (HIATUS)
Roman pour Adolescents"Aku, Usha Aiba bersumpah dengan menetesnya darah ini, jika Ayah menikah lagi! Aku bukan anak Ayah dan semua aset perusahaan dan harta warisan akan berbalik nama menjadi Usha Aiba! Bukan lagi atas nama Donald Muller ataupun Yolanda Quinn!" ucap Aiba...