JTF; 04

5.3K 177 8
                                    

"Today a woman must ignore her reflection in the eyes of her lover, since he might admire her, and seek it in the gaze of the God of Beauty, in whose perception she is never complete."
Naomi Wolf

Sebelum masuk ke dalam gedung, Ellie memperhatikan bangunan tersebut. Sebuah bangunan tingkat tiga di pusat kota Manhattan. Terlihat tulisan "NY Housebook", nama perusahaan penerbitan tersebut, tertulis di atas pintu utama.

"Hai selamat pagi." Jill, seorang resepsionis langsung menyambut begitu Ellie melangkah masuk. "Kau Elizabeth asisten editor baru itu ya?"

Ellie mengangguk kikuk. "Ya."

"Oh, Ellie, tunggu sebentar. Mr. Wilson ingin bertemu denganmu lebih dulu di ruangannya," ujar Jill. Ia lalu kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Ellie mengangguk dan memberi senyum sebelum meninggalkan meja resepsionis. Melangkah kikuk, ia lalu naik lift dan menekan tombol lantai dua.

Sambil menunggu lift, Ellie melihat sekeliling. Meski dari luar terlihat hanya gedung sempit, ternyata di dalamnya terasa luas. Dekorasinya dipenuhi kaca dan tanaman hias. Mungkin untuk memberikan kesan luas dan sejuk di tengah padatnya Manhattan. Beberapa orang lalu-lalang di belakang Ellie. Ia merasa perutnya tiba-tiba melilit dan rasanya ia ingin muntah sekarang.

Tidak lama pintu lift terbuka. Ellie melangkah masuk. Begitu pintu hendak tertutup, Ellie mendengar seseorang berteriak.

"Tunggu!" seru seseorang yang membuat Ellie menekan tombol untuk menahan pintu lift. Pintu lift kembali terbuka. Seorang pria masuk ke dalam lift. "Terima kasih," ujarnya.

Napas Ellie berhenti sesaat karena aroma pria ini seketika memenuhi lift yang kecil itu. Aroma maskulin yang mengingatkannya pada rerumputan dan kayu di hutan. Ellie melirik pria di sampingnya dengan hati-hati. Meski hanya melihat sekilas dari sisi, ia tahu kalau pria ini sangat tampan dan tidak diragukan lagi membuat udara di sekitarnya tiba-tiba menghilang.

Siapa namanya? Apa dia bekerja di sini juga?

Saat pintu lift berbunyi, Ellie bersiap untuk keluar. Ternyata keduanya sama-sama keluar di lantai dua. Masih mencoba mengenyahkan penasarannya pada pria ini, Ellie mencari ruangan Mr. Wilson.

Melihat kebingungan dari wajah Ellie, pria itu bertanya. "Kau Elizabeth Hutley si karyawan baru, ya?"

Ellie mengangguk malu-malu, kikuk, dan gugup. Pertama, ia tidak menyangka pria itu bicara padanya. Kedua, suaranya seperti alunan jazz yang menggairahkan. Ketiga, jika pria ini bekerja di tempat yang sama dengannya, maka ia harus menyiapkan diri setiap hari agar tidak melakukan hal-hal bodoh di hadapannya.

"Aku Nate Wayner," ujar pria itu mengulurkan tangannya.

Nate Wayner? Oh, astaga! Dia adalah editor senior yang akan menjadi atasan Ellie.

"Um, halo Mr. Wayner. Panggil saja aku Ellie," respon Ellie dengan suara tercekat.

"Panggil aku Nate, oke? Kita akan banyak berinteraksi jadi kurasa tidak usah terlalu formal." Nate menyahut.

Ellie mengangguk kikuk. Batinnya menggerutu. Sial, kenapa Tuhan memberikannya atasan yang pesonanya tidak bisa dihindari seperti Nate?

Ellie lalu berkata sedang mencari kantor Mr. Wilson, Nate mengantar Ellie ke sana. Ted Wilson memberikan pengarahan singkat dan juga memperkenalkan Ellie pada Nate. Dengan ramah, Nate memberikan beberapa pengarahannya juga pada Ellie.

Sepanjang Nate berbicara, Ellie tidak bisa berhenti untuk terus menatap wajah pria itu. Seakan sedang melihat patung dewa Yunani. Siapa yang sangka pria dengan wajah dan tubuh seperti Nate memiliki sifat yang ramah dan friendly? Apakah hal itu memang dilakukan Nate kepada semua orang atau hanya pada Ellie saja?

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang