JTF; 32

2K 92 7
                                    

"The only thing we have control over is how we chose to respond."
— Tanesia Harris

•MATURE CONTENT•

Samar-samar suara klakson dan bising di luar menyadarkan Ellie dari tidurnya. Dengan kepala yang terasa sangat berat, Ellie membuka mata, membiarkan semua pengar menyerangnya. Seketika Ellie tersadar ia tertidur di sofa. Ia tidak tahu kenapa ia berada di sofa. Ia juga merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

Membalikan badan, Ellie melihat Alec masih tertidur pulas. Napasnya berhembus pelan dan matanya terpejam sempurna. Ellie merasakan sebuah kenyamanan melihat Alec setelah malam panjang yang ia alami.

Semuanya mengabur dan tidak jelas. Ellie ingat saat ia sampai di apartemen dan menangis karena perbincangan terakhirnya dengan Alec. Ia merasa kesal, marah, sedih, frustasi, dan perasaan-perasaan lain yang tidak bisa dijelaskannya. Sampai di apartemen, Ellie langsung mencari bir dan mulai menenggelamkan diri, membiarkan efek alkohol menghilangkan semua perasaan di tubuhnya.

Lalu tiba-tiba Ellie tidak bisa mengontrol diri. Semua perasaan itu semakin menyerangnya, bertubi-tubi dan secara bersamaan. Kepalanya penuh dengan banyak hal yang tidak bisa Ellie kendalikan. Ellie samar-samar mengingat ia memegang sebuah pisau dan berharap dengan mengakhiri semuanya bisa menghilangkan rasa sakit yang ia rasakan semalam.

Ellie ingat juga saat Alec datang dan mereka membicarakan sesuatu. Apakah mereka bertengkar? Ellie ingat pada akhirnya ia menangis di pelukan Alec.

Merasa kepalanya semakin berputar, Ellie bangkit dari tidurnya. Ia hendak berjalan ke dapur untuk mencari air putih dan obat saat Alec bergerak dan terbangun.

"Ellie," gumam Alec. Suaranya serak dan matanya setengah terpejam.

"Ya?"

"Kau sudah baikan?" tanya Alec. Ia beranjak dan duduk bersandar di sofa.

"I guess so," jawab Ellie. "Hanya pengar."

"Biar aku ambilkan air untukmu." Alec bangkit dari duduknya, menyuruh Ellie untuk kembali duduk sementara ia berjalan ke dapur.

"Apa kita melakukan hal yang aneh semalam?" tanya Ellie merasakan kepalanya semakin berputar dan perutnya yang mulai bergejolak.

Alec tidak menjawab. Tapi dari ekspresinya, Ellie tahu jawaban Alec. "Shit," umpat sang gadis pelan.

Alec memberikan segelas air kepada Ellie. "Tidak usah dipikirkan. Bukan hal yang aneh-aneh." Suara Alec berat.

Tapi Ellie belum puas dengan jawaban Alec. Ia ingin tahu apa yang dilakukannya semalam. Ia hanya mengingatnya dengan samar saat dirinya berteriak dan menangis. Ingatan terakhirnya adalah saat ia akhirnya menangis dalam pelukan Alec.

"Did we have sex last night?" tanya Ellie lagi.

Alec menggeleng. "Tidak."

"Well, I kinda hoping we did." Suara Ellie tidak menentu.

Mengerutkan kening, Alec sebenarnya tidak ingin menanyakan maksud Ellie. Tapi rasa penasaran mengalahkannya. "Kau mau kita berhubungan seks?" tanyanya.

Ellie menggeleng. Ia baru menyadari kalau kalimatnya ambigu dan akan membuat Alec berpikir yang tidak-tidak. "Bukan itu maksudku. Maaf kalimatku terdengar konyol." Ia menggigit bibir, merasa canggung.

"Oke," sahut Alec singkat, mencoba tidak menghiraukan apa yang baru saja dikatakan Ellie. Ia tidak mau membuat gadis itu kembali ke dalam pikiran buruknya. "Kau mau sarapan?"

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang