JTF; 21

2.6K 106 4
                                    

"It is not the bruises on the body that hurt. It is the wounds of the heart and the scars on the mind."
Aisha Mirza

Alec berjalan pelan menyusuri trotoar, memikirkan yang terjadi antara dirinya dan Ellie. Kenapa ia membiarkan dirinya ada di situasi itu lagi dan lagi? Apa ia sudah gila?

Alec tahu kalau hubungannya dengan Ellie akan baik-baik saja. Ellie akan tetap menjadi sahabatnya. Tapi jauh dalam dirinya Alec tidak yakin dengan pikirannya sendiri. Kini pikiran Alec tidak sejalan dengan apa yang dirasakannya.

Secara penampilan, Ellie memang di atas rata-rata gadis yang sering dikencani Alec. Jujur saja, awal bertemu kembali dengan Ellie pun membuat Alec hendak melakukan kebiasaannya dan menggoda Ellie. Bahkan Alec sudah berniat mengajaknya kencan.

Hanya saja, ketika mereka kembali mengobrol saat Alec berpura-pura menjadi pacar Clare di sebuah pesta, pikiran untuk mengencani, atau bahkan berhubungan seks dengan Ellie pun hilang begitu saja. Awalnya karena gadis itu bertingkah menyebalkan dan membuat Alec membencinya.

Sialnya, Alec seakan dikutuk untuk selalu berurusan dengan Ellie. Kalau ia tidak butuh teman serumah, mungkin Alec tidak akan menerima Ellie tinggal bersamanya.

Tapi waktu berlalu. Seiring waktu, saat Ellie tinggal bersamanya, Alec tiba-tiba merasa protektif dan harus menjaga gadis itu. Apalagi kini, saat Alec  mengetahui hal-hal yang tidak orang lain tahu tentang Ellie.

Sebenarnya Alec tidak ingin berlama-lama di kedai kopi. Tapi ia tidak mau menganggu momen Ellie dan Nate. Ia harap mereka sudah berbaikan sekarang. Atau lebih baiknya, Ellie berhasil melakukan apa yang ingin ia lakukan bersama Nate.

Beberapa waktu berjalan-jalan di luar, Alec akhirnya memutuskan berjalan pulang. Seharusnya Nate dan Ellie sudah selesai dengan apa pun urusan mereka, atau mungkin sudah meninggalkan apartemen.

Alec membuka pintu gedung apartemen. Ia berjalan santai ke lantai tempat apartemennya. Di lorong, ia melihat Nate keluar terburu-buru dengan napas menderu. Alec menduga mereka tidak berakhir baik-baik saja. Dugaannya, Ellie sedang menangis atau mabuk sekarang. Semoga saja gadis itu tidak berbuat gila lagi.

Saat sampai di unit apartemennya, Alec melihat pintu terbuka. Ia merasa heran kenapa Ellie tidak menutup pintunya.

"Ellie?"

Tidak ada jawaban.

Betapa terkejutnya Alec saat melihat Ellie tersungkur di lantai, tidak bergerak. Bahunya naik-turun dengan cepat dan suara isakannya membuat Alec panik.

"Ellie, astaga apa yang terjadi?!" Alec menarik Ellie dan merengkuh gadis itu. "Did Nate...?" tanyanya tidak selesai. Alec melihat pakaian Ellie terbuka dan kondisinya berantakan. Seketika darah Alec mendidih.

Ellie tidak menjawab. Tapi dari tatapannya, Alec tahu kalau apa yang dipikirkannya benar. Gadis itu hanya diam. Wajahnya basah dan seluruh tubuhnya gemetar.

Alec merasa amarahnya langsung naik ke kepala. "Son of a bitch! I'll fucking kill him!" umpat Alec hendak bergerak untuk mengejar Nate. Pria itu pasti belum jauh.

Saat Alec hendak bangkit dan menyusul Nate, Ellie menahannya. "No, Alec. Jangan pergi," isaknya.

"Ellie, kita harus laporkan ini," ujar Alec.

Alec menarik tubuh Ellie dan memeluknya. Tangis Ellie pecah. Alec mendekap tubuh Ellie lebih erat, berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah membiarkan Ellie dalam kondisi seperti ini lagi. Ia menarik selimut kecil dan menutupi tubuh Ellie. Kini ia merasa begitu menyesal meninggalkan Ellie sendirian dengan Nate. Ia meruntuki dirinya yang tidak becus menjaga Ellie.

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang