JTF; 23

2.4K 99 1
                                    

"Call me greedy, call me selfish, but I don't want anyone else holding your hand."
anonymous

"Kau mau ikut bersamaku lagi ke studio?" tanya Alec saat menghampiri Ellie yang sedang sibuk di depan laptopnya. Alec melihat Ellie dengan bingung karena gadis itu sudah berpakaian rapi. "Apa yang kau kerjakan pagi-pagi begini?"

Dengan mata masih terpaku ke layar, Ellie menjawab. "Temanku menawarkan pekerjaan di tempatnya. Aku sedang menyiapkan diri untuk wawancara hari ini."

Alec antusias. Ia menuangkan kopi ke dalam gelas dan duduk di samping Ellie. "Benarkah? Bagus sekali! Di mana?"

"Sebuah penerbitan indie bernama Austen Book. Aku juga baru mendengarnya. Tapi kurasa tidak ada salahnya mencoba. Aku tidak mau menganggur terus," jelas Ellie.

Alec terkekeh. "Kau baru satu minggu tidak bekerja."

Ya, tapi satu minggu tidak melakukan apa pun membuat pikiran Ellie tersiksa. Meski beberapa kali Alec mengajaknya ke studio untuk menemaninya bekerja, tetap saja Ellie tidak bisa lepas dari pikiran-pikiran buruknya.

Setiap malam mimpi buruknya selalu datang. Ia selalu melihat Nate dan kejadian yang ingin dilupakannya. Terkadang ia melihat semua teman sekolah yang merundungnya. Kejadian dengan Nate membuat ingatan terdalam Ellie tentang masa lalunya yang kelam sering muncul.

Teror dari pikirannya sendiri membuat Ellie hampir gila. Kalau bukan karena Alec yang selalu mengalihkan pikirannya, mungkin Ellie sudah benar-benar hilang akal dan berbuat nekat. Maka dari itu ia bersikeras untuk mendapat pekerjaan baru. Selain karena tabungannya tidak banyak, ia juga harus mengalihkan pikirannya sebelum kegelapan memakannya hidup-hidup.

"Kau perlu aku antar ke sana? Aku tidak ada jadwal pemotretan hingga nanti siang." Alec menawarkan diri.

Ellie menggeleng. "Tidak perlu. Kau harus berhenti mengurusku seakan aku ini anak kecil, Alec. I'm fine."

Alec tidak menjawab. Ia tidak tahu apa yang harus dikatakan yang tidak menyinggung atau memicu kesedihan Ellie. Jika Alec berkata kalau ia tidak mau sesuatu buruk terjadi lagi pada gadis itu dan mengakui kalau ia merasa protektif dan harus melindunginya sepanjang waktu, akankah Ellie mengerti atau malah mendebatnya?

Ellie beranjak dari kursi dan merapikan barang-barangnya. Ia menaruh gelas kotor di bak cuci piring sebelum kembali menghampiri Alec. "Well, wish me luck!" desahnya.

Tidak bisa menahan diri, Alec menarik tubuh Ellie dan memeluknya. "Good luck." Alec bergumam. "Bagaimana kalau kita pergi makan malam? Untuk merayakan pekerjaan barumu?"

Ellie mendengus. Ia menarik diri dari Alec. "Aku saja belum tentu diterima, Alec."

Alec angkat bahu. "Aku yakin kau pasti diterima."

"Well, jangan membuatku berharap," sergah Ellie. "Tapi kurasa makan malam ide bagus. Aku mau mencoba bistro baru di Greenwich. Mereka mengadaptasi tema buku-buku klasik untuk restorannya."

Kening Alec berkerut. Ia menghela napas. "So, a restaurant full of book nerds?" cibirnya. "Baiklah. Apa aku harus membaca buku dulu sebelum makan di sana? Apa mereka akan bertanya pada pengunjung tentang cerita-cerita Bronte dan Austin?"

Ellie memukul bahu Alec. "Kau ini menyebalkan!" gerutunya. "Akan kukirimkan alamatnya padamu."

"Oke," sahut Alec.

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang