JTF; 19

3K 95 3
                                    

"The way her body existed only where he touched her. The rest of her was smoke."
Arundhati Roy

Ellie merasakan tangan melingkar di tubuhnya. Ia membuka mata perlahan, rasanya sinar matahari hari ini menjadi berkali lipat terang dan sangat menusuk matanya. Ellie mengerjap berkali-kali. Setelah ia berhasil menyesuaikan pandangan, Ellie perlahan beranjak dari tempatnya.

Begitu bangun, kepalanya terasa sangat berat dan sakit. Ia melihat ke sofa dan melihat Alec berbaring di sana, tanpa sehelai pakaian.

"Oh, shit!" pekik Ellie. Ia segera menggoyangkan tubuh Alec. "Alec, bangun!"

Alec hanya merespon dengan menggumam. Ellie memukul tubuh cowok itu dan segera saja Alec tersadar. "Ada apa?!"

"Alec, apa kita..." Ellie tidak mau melanjutkan kalimatnya.

Alec berusaha mengumpulkan kesadarannya. Setelahnya ia mengangguk pelan. "Yeah. Maaf."

"Oh," reaksi Ellie saat mendengarnya. Ia duduk bersandar ke sofa, tidak berkomentar apa pun.

Alec bangkit untuk duduk di sampingnya. "Kau marah padaku?"

"Aku tidak tahu," jawab Ellie. Ia mengerang kesakitan, "Ugh, kepalaku sakit sekali. Aku butuh aspirin."

Alec menahan tubuh Ellie yang hendak berdiri. "Biar aku ambilkan."

Sambil berjalan ke dapur, Alec berkata, "Kuakui kau menyebalkan sekali saat mabuk. Kau mengoceh sepanjang malam."

"Benarkah?" sahut Ellie sambil memperhatikan Alec yang mondar-mandir hanya dengan mengenakan celana bokser di dapur, mengambil aspirin dan air minum.

Alec kembali berjalan ke arah Ellie dan memberikan kedua benda itu padanya. "Ya, dan kau bersikeras memaksaku tidur dengamu. Aku merasa ternodai," guraunya.

"Oh, yang benar saja! Kau juga pasti menginginkannya," cibir Ellie sambil meminum aspirinnya.

"Hei, aku berusaha menjadi seorang gentleman, kau tahu? Aku menyuruhmu tidur dan membersihkan keonaran yang kau buat," Alec membela diri.

"Tapi kenapa kita akhirnya seperti ini?" tanya Ellie.

Alec angkat bahu, "Well, kau terus mengoceh tentang sesuatu yang tidak aku suka. Jadi aku melakukan yang bisa aku lakukan untuk menutup mulutmu."

"Memangnya aku bicara apa?" tanya Ellie lagi.

"Tidak penting," jawab Alec singkat. Kemudian ia tertawa menyeringai. "Aku tidak tahu kau bisa sangat menyenangkan. You know, sex wise."

Ellie angkat bahu. "Itu versi Ellie yang tidak akan kau lihat lagi."

"Oh, mudah saja." Alec berkilah. "Tinggal buatmu mabuk dan sebentar saja kau akan memohon untuk tidur denganku."

"Brengsek!" umpat Ellie.

Alec meraih pakaiannya, juga pakaian Ellie. Entah kenapa ia tidak keberatan hanya mengenakan pakaian dalam di hadapan Ellie. Begitu juga Ellie. Sebenarnya gadis itu menutupi dirinya dengan selimut. Tapi selimut itu begitu tipis dan kecil sehingga hanya menutupi bagian kecil tubuhnya.

Sambil mengenakan pakaiannya, Alec bertanya "Kita baik-baik saja?" tanyanya ragu. "Apa kita akan menjadi canggung setelah ini?"

Ellie terkekeh. "Ini bukan kali pertama, bukan? Kita akan baik-baik saja, Alec," ucapnya. "Maaf aku menyusahkanmu tadi malam. Juga terima kasih untuk bersikap baik semalam, ya, pada awalnya."

Alec tersenyum. Entah kenapa tangannya bergerak tanpa sepengetahuannya dan mengacak pelan rambut Ellie. "Apa pun untuk temanku yang binal."

"Fuck you!" Ellie meraih tangan Alec dan menariknya hingga terjauh di atas Ellie. Setelah itu ia memukuli Alec. "Bajingan!"

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang