JTF; 34

1.5K 89 4
                                    

"The risk of losing her is not worth the slim, shining chance that my feelings might be reciprocated. No. I would rather have her in my life as my friend than not at all."
– Nate Lemcke

"Kau tidak akan ikut?" Aaron–salah satu teman model Alec–memukul pelan bahunya. Aaron memprotes Alec yang memilih tidak bergabung merayakan ulang tahunnya di sebuah bar.

Alec menggeleng. "Kurasa aku sedang tidak enak badan beberapa hari ini," jawabnya setengah hati. "Aku janji akan bergabung lain waktu."

"Kurasa seseorang sedang patah hati." Collin menggoda Alec. "Bagaimana kabar Brenda? Kudengar dia kembali ke sini."

Sontak saja Aaron ikut menggoda Alec. Tidak ada yang tahu kisahnya dengan Brenda kecuali Collin. Teman-temannya yang lain hanya tahu kalau Alec lebih senang berhubungan singkat dengan wanita. Ia berusaha menutupi masa lalunya dengan Brenda.

"Siapa Brenda?" tanya Aaron bingung.

Alec melirik Collin dengan tatapan tajam, mengancam dengan matanya untuk tidak membicarakan tentang Brenda. Merasakan ancaman Alec, Collin menjawab, "Hanya wanita yang pernah dekat dengan Alec saat sekolah."

"Mantanmu?" Aaron bertanya lagi.

Alec memilih tidak menjawab. Ia melirik arlojinya. Sore ini seharusnya Ellie sudah pulang dari Portland. Alec sebenarnya ingin menjemput Ellie di bandara. Tapi pekerjaannya di studio belum selesai. Lagipula ia masih belum tahu bagaimana menghadapi sang gadis. Ia terlalu lama menghindar dari Ellie hingga kini tidak tahu caranya berkomunikasi dengan benar dengannya.

Satu minggu ke belakang bagai neraka bagi Alec. Ia harus menghindar dari Ellie meski seluruh tubuhnya melawan. Beberapa kali Ellie mencoba memperbaiki hubungan mereka. Tapi ego dalam diri Alec terlalu kuat dan mengalahkan logikanya. Alec terus menghindar dan mencampakkan Ellie, bahkan saat keduanya berada di apartemen. Entah berapa lagi gadis itu tahan menghadapi sikap Alec sebelum akhirnya muak dan mungkin menyerah.

Selama Ellie pergi ke Portland, Alec tidak bisa berada di apartemen sendirian. Setiap sudut apartemen selalu mengingatkannya pada keberadaan Ellie. Setiap pagi Alec teringat Ellie yang biasanya duduk di konter dengan segelas kopinya. Ia selalu terbayang harum sabun dan sampo milik Ellie yang bisa tercium hingga ruang tengah setiap kali Ellie selesai mandi. Selimut tipis yang selalu disematkan Ellie di sofa bahkan meneriakkan nama Ellie. Alec bersumpah ia tidak punya teritori lagi di apartemennya sendiri. Semua hal di apartemennya seakan sudah menjadi milik Ellie.

Setiap selesai bekerja, Alec selalu menghabiskan malam di bar sendirian daripada langsung pulang dan kembali merana memikirkan Ellie. Ia tidak ingin repot mendengarkan nasehat atau pertanyaan-pertanyaan teman-temannya yang melihat perubahan sikapnya. Alec tahu pasti ia menjadi lebih cepat marah dan tidak bersemangat satu minggu ke belakang. Itu sebabnya ia lebih memilih menghindar dari teman-temannya dan minum sendirian. Terkadang ia memilih membicarakan masalahnya pada bartender atau orang asing.

Saat obrolan tentang Brenda mereda, Aaron bertanya, "Alec, tentang Fashion Week di Eropa, kau masih bersedia tinggal di apartemenku selama aku pergi?"

"Ya, tentu saja," jawab Alec. "Apa kau keberatan aku tinggal sementara di tempatmu?"

"Memangnya kenapa dengan apartemenmu?" tanya Aaron.

"Hanya butuh direnovasi karena langit-langitnya mulai berjatuhan." Alec mencari alasan.

Aaron terlihat percaya pada alasan Alec. "Ya, tentu saja. Kurasa aku juga akan berada di Eropa cukup lama," ujarnya.

Aaron termasuk model yang sudah cukup terkenal dan lebih sibuk ketimbang Alec dan Collin. Sebenarya Alec pun ditawari untuk pergi ke Eropa, terlebih saat musim fashion week seperti sekarang. Hanya saja saat itu Alec khawatir tentang Ellie yang baru saja mengalami kejadian buruk dengan Nate. Maka dari itu Alec menolak.

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang