JTF; 26

2.1K 91 10
                                    

"Fuck me. I actually like her. And I don't like anyone."
Dolores Lane

"He what—?!" Clare hampir berteriak di ujung sambungan telepon. "Alec! Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?!"

Alec menghela napas. Ia baru saja memberitahu Clare tentang insiden yang menimpa Ellie dan bagaimana hubungan mereka setelahnya. Meski Ellie mewanti-wanti agar tidak boleh ada orang lain yang mengetahui peristiwa itu, tapi Alec akhirnya menyerah. Ia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Ellie. Mungkin sepupunya yang sejak remaja bersama gadis itu lebih tahu caranya bertindak benar.

"Maaf, Ellie memaksaku merahasiakannya!" Alec membela diri.

"Oh my God!" Clare mengerang. "Jika Ellie hanya tidur dengan pria random yang kebetulan adalah suami orang, kau boleh merahasiakannya. But, she was raped, Alec! Kau harusnya melapor kepada polisi!"

"Dia melarangku!" Suara Alec semakin naik mengikuti Clare. "Believe me, aku bahkan ingin mematahkan leher bajingan itu tapi Ellie tetap melarangku."

"Sejak kapan kau menurut sekali pada wanita?" tanya Clare heran. Hal itu membuat Alec bergeming, kehilangan kalimat untuk menjawab.

"Oh, shit! Alec! Did you like h—"

Alec dengan cepat menyela bahkan sebelum Clare menyelesaikan kalimatnya. "Tentu saja tidak, bodoh!"

Bodoh? Siapa yang bodoh? Clare yang menebak dengan benar atau Alec yang masih mengelak?

"Aku hanya bingung bagaimana menghadapi Ellie tanpa membangkitkan kejadian sialan itu," ujar Alec menambahkan.

"Sekarang dia bekerja di kantor baru. Sialnya, teman-teman baru Ellie bahkan lebih buruk dariku. Mereka senang berpesta dan minum-minum." Alec terus menceritakan tentang Ellie dan apa yang senang dilakukan sang gadis bersama teman-temannya.

"Sangat menyakitkan melihatnya seperti itu, Clare." Suara Alec tercekat.

"I know. I'm sorry I can't be there to help you." Clare mendesah kecewa. Suaranya menjadi murung.

"Apa yang harus aku lakukan, Clare?" tanya Alec berharap menemukan jalan keluar dan kebuntuannya tentang Ellie.

Hening sejenak di ujung sambungan. Seakan tidak ada jawaban pasti dari situasi yang sedang dihadapi Alec. Ia sendiri tidak yakin situasi apa yang sebenarnya terjadi.

Seperti yang selalu Ellie katakan, gadis itu terlihat baik-baik saja. Ia bekerja hingga sore, pergi nongkrong dengan teman-temannya, dan berinteraksi seperti biasa dengan Alec. Ellie tetap bisa bercanda dan tertawa. Hanya saja Alec tahu di balik semua itu, Ellie sedang menghadapi badai dan guncangan besar dalam dirinya. Alec benci pada Ellie karena tidak membiarkannya membantu. Tapi Alec juga sadar, mungkin pertarungan itu memang seharusnya dihadapi Ellie sendiri.

"Kurasa tidak banyak yang bisa kita lakukan," balas Clare menghela napas berat. "Kita hanya harus meyakinkan Ellie kalau dia tidak sendirian. Just be there for her."

"Well," sahut Alec mendesah. "Demi Tuhan aku akan terus berada di sisinya. Aku tidak akan pernah meninggalkannya lagi."

"Tunggu dulu," sela Clare dengan nada curiga. "Apa ada sesuatu yang kulewatkan? Terakhir aku di New York, kalian selalu bertengkar dan saling mengejek. Why suddenly become a melancholic, Alec?"

Shit!

"Kami memang senang bertengkar. Tapi dia tetap temanku dan aku peduli pada semua temanku." Alec mencari alasan agar bisa mengelak dari pertanyaan Clare.

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang