JTF; 36 (end)

3.4K 100 6
                                    

"Maybe I just wanna be yours, I wanna be yours, I wanna be yours."
– Arctic Monkeys

Ellie terbangun pagi-pagi sekali. Karena semalaman ia tidak banyak bergerak karena takut menyakiti Alec, tubuhnya terasa sangat kaku. Perlahan Ellie bangkit dari posisinya, mencoba tidak membangunkan pria yang masih terlelap itu.

Saat berhasil berdiri, Ellie melihat Alec menggeliat dan matanya setengah terbuka. "Jam berapa ini?" gumamnya.

Ellie mengusap pipi Alec dan berkata, "Masih pagi. Kembalilah tidur."

Alec memejamkan lagi matanya dan kembali pulas. Ellie beranjak dan merapikan barang di meja sisa mengobati Alec semalam. Ia membuat lagi air panas untuk membersihkan luka Alec saat pria itu bangun nanti. Sebelum membuat sarapan, ia menghubungi kantor dan meminta izin untuk tidak masuk hari ini. Ellie akan membawa Alec ke rumah sakit hari untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

Saat membuka ponselnya, Ellie melihat banyak pesan suara dari Alec. Ia pasti tidak sadar Alec menelepon karena ponselnya dalam mode senyap dan disimpan di nakas dekat ranjang. Ellie memutar pesan suara itu satu per satu.

"Hi, Elle. Aku hanya ingin mengatakan padamu sepertinya aku tidak akan pulang malam ini. Kau sudah tidur saat aku pergi dan aku tidak ingin membangunkanmu."

Suara Alec kemudian menghilang. Ellie memutar pesan suara yang lainnya.

"Hi, it's me again. Aku tidak tahu mengapa aku menghubungimu lagi. Kurasa aku merindukanmu, Elle. Berada di bar malah mengingatkanku padamu. Aku merindukan tingkah konyolmu, omelanmu, suaramu saat menyebut namaku..." Alec terkekeh. "I love how you scream my name when you come all over me. Well, I should stop talking about that. Kau pasti mengomel mendengar pesan ini."

Tanpa sadar, Ellie ikut terkekeh. Ia tersenyum dan mencibir mendengar suara Alec yang terdengar tidak menentu. Pria itu pasti menghubunginya saat mabuk semalam. Ellie melihat lagi ke layar ponsel dan memutar pesan suara yang lain.

"Maaf karena aku memilih meninggalkanmu, Elle. Aku hanya tidak ingin kehilanganmu. Jika berpisah denganmu artinya aku tetap bisa menjadi temanmu, aku lebih memilih itu daripada kehilanganmu sepenuhnya. Kurasa aku terlalu jauh mencampuri hidupmu. Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku hanya ingin mencoba menjagamu. Kurasa aku gagal memenuhinya. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari melihatmu terluka dan aku tidak bisa melakukan apa pun untuk menyembuhkannya..." jeda sejenak. Samar-samar Ellie bisa mendengar hembusan napas Alec.

"I love you, Elle. Kau sudah tahu itu. Kurasa temanmu ada benarnya. Aku jatuh cinta padamu. Kau boleh tertawa keras mendengar ini. Tapi aku tahu aku tidak pantas untukmu. I fucked up. You should be with the one who treats you well, never hold you back, and care about you so much he would die before letting anything happen to you. Well, I can't believe I'm telling you all of this. I didn't expect this message to be this long. So, to sum it up, aku tidak akan pulang malam ini, aku minta maaf, dan aku mencintaimu. Bye, Ellie."

Saat pesan suara itu selesai, pikiran Ellie belum kembali. Ia masih tenggelam dalam suara Alec di ponselnya.

Air mata Ellie jatuh. Mabuk atau tidak, apa yang Alec katakan adalah hal yang paling indah yang pernah Ellie dengar. Ellie tidak pernah merasa dicintai dan diinginkan sebesar Alec menginginkannya. Seumur hidupnya, ia selalu merasa tidak pantas untuk siapapun. Ia selalu merasa tidak normal dan penuh dengan masalah.

Alec tetap mencintainya meski Ellie menyakitinya. Alec tetap mencintainya, meski pria itu sudah melihat hal paling buruk yang pernah Ellie lakukan. Kenapa Ellie harus terus menyangkal? Ia sendiri juga tidak ingin jauh dari Alec. Pertengkaran mereka beberapa waktu ini membuat Ellie menyadari kalau ia juga tidak bisa hidup tanpa Alec. Tidak ada hal lain yang diinginkannya selain bersama Alec. Tidak ada yang lebih bisa mengerti dirinya daripada Alec. Kenapa ia begitu bodoh tidak mempercayai perasaannya sendiri?

Jump Then Fall ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang