Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Luv,
Carmen
___________________________________________________________________________
Begitu keluar dari kamar mandi, mereka langsung berpakaian lalu pergi ke dapur untuk membuat sarapan bersama. Pada pukul sepuluh pagi, mereka sudah keluar dari vila bersama-sama. Mereka sepakat untuk tidak bermain ski hari ini karena tidak ingin membuat tubuh Isla semakin pegal. Jadi mereka hanya berjalan-jalan, berkeliling Telluride, keluar masuk toko. Sambil berjalan, mereka bergandengan tangan seperti layaknya sepasang kekasih sungguhan dan melihat napas mereka yang berhembus keluar di antara udara dingin menjadi semacam pemandangan yang magis - jika bukan romantis.
Jujur saja, ia sebenarnya tidak pernah menginginkan pendamping untuk menemaninya berlibur. Hal itu bahkan tak pernah terlintas dalam benak Caleb. Ia sudah cukup puas dengan hubungan singkatnya bersama wanita-wanita berbeda, tidak perlu banyak basa-basi, tidak repot, tidak melibatkan emosi juga tidak membuang waktu. Setiap kali ia pergi bermain ski, tak jarang ia tidur dengan wanita yang ditemuinya di sana tapi hanya sekadar seks satu malam, tidak pernah lebih. Tapi di Telluride, bersama Isla, segalanya menjadi begitu berbeda tapi berbeda dengan cara yang terasa sangat baik. Apa mungkin ia sudah bosan selalu meniduri wanita berbeda? Atau ini karena Isla? Apakah alam bawah sadarnya sedang mencoba memberitahu Caleb sesuatu? Apa yang begitu menarik dari Isla? Apa yang begitu berbeda?
Ya, wanita itu memang sangat cantik, tapi Caleb sudah sering mengencani wanita cantik. Isla juga makhluk yang sangat seksi, tapi begitu juga dengan wanita-wanita yang selama ini menghangatkan ranjang Caleb. Tidak dipungkiri, Isla juga sangat cerdas, tapi Caleb juga pernah meniduri wanita-wanita cerdas dan mandiri. Wanita itu penyayang dan penuh kasih terhadap keluarganya, tapi Caleb juga pernah bersama dengan wanita seperti itu. Isla bukanlah wanita pertama dengan kombinasi unik dari semua kepribadian yang tadi dijabarkannya, tapi ada sesuatu dalam diri Isla, sesuatu yang unik, sesuatu yang tidak dimiliki wanita lain, sesuatu yang tidak bisa Caleb sebutkan dengan jelas tapi sesuatu itu telah menarik Caleb pada Isla.
"Ada apa? Kau agak pendiam hari ini," komentar Isla, ketika mereka berjalan menelusuri pusat kota Telluride.
"Sedang berpikir," jawab Caleb jujur.
"Oh, apa yang sedang kau pikirkan?" tanya wanita itu lagi.
"Kau."
"Hah? Aku?" Wanita itu kini terdengar bingung.
"Ya."
"Memangnya kenapa tentang aku?" tanya Isla, jelas terdengar penasaran.
"Itulah yang sedang coba aku cari tahu, Isla."
"Dan apa maksudnya itu?" Alis wanita itu kini terangkat. "Sekarang kau membuatku bingung."
"Belum dua minggu, dan kau membuatku merasa semakin nyaman bersamamu dan aku tidak tahu alasannya, Isla."
"Apakah itu hal yang buruk?"
"Tentu saja tidak," jawab Caleb. "Aku hanya tidak mengerti."
"Mungkin karena kepribadianku terlalu menawan?" canda Isla.
Mendengar itu, Caleb tertawa. "Ya, ya, kurasa seperti itu."
"Take me for a ride..."
"Tidakkah sebaiknya kita menunggu sampai pulang dulu?" potong Caleb, langsung salah mengerti.
"Bukan itu maksudku," jawab Isla sambil tertawa, lalu dia memukul lengan Caleb pelan. "Maksudku gondola. Aku ingin naik gondola."
Wanita itu menunjuk ke barisan kereta gantung yang sedang bergerak pelan.
"Oh! Ya ampun, kau tidak mengatakannya dengan jelas, Isla."
Isla hanya memutar bola matanya dan menyengir. "Dasar mesum."
Caleb kembali tertawa lalu membimbing wanita itu ke arah yang ditunjuknya. "Ayo."
Tak lama, mereka sudah berada di dalam kereta gantung itu.
"Wow," gumam wanita itu saat kereta gantung mereka mulai bergerak meninggalkan stasiun dan mulai menanjak naik.
Kereta itu terlalu besar untuk mereka berdua, ada banyak tempat duduk kosong, tapi wanita itu menolak untuk duduk. Dia berdiri begitu dekat dengan kaca sampai nyaris menempelkan hidungnya pada permukaan transparan itu. Caleb berdiri di belakang wanita itu, lalu memeluk Isla dari belakang dan merapatkan tubuh mereka. Ia ingin mencium wanita itu tapi Caleb menahan diri, tak ingin mengganggu wanita itu menikmati pemandangan di sekelilingnya. Dia tidak pernah melihat pegunungan dan salju sebenarnya sampai dia tiba di Telluride.
"Sangat menakjubkan," bisik wanita itu.
"Ya," bisik Caleb dan menempelkan hidungnya di puncak kepala Isla dan menarik harum rambut wanita itu ke dalam paru-parunya.
"Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Karena memberikanku semua ini."
Caleb bingung. "Perjalanan dengan gondola ini? Ini gratis, Isla."
"Bukan, bukan ini." Lalu dia menoleh pada Caleb. "Perjalanan ini, liburan ini, semuanya menakjubkan. Saat aku menerima tawaran Samantha, aku berpikir ini hanya demi uang yang ditawarkan. Tapi ternyata aku salah, ini adalah petualangan yang akan kuingat seumur hidupku. Kau bukan saja penyelamat kami, Caleb, aku berutang lebih dari uang yang kau tawarkan."
"Aku tidak lagi menganggap uang itu sebagai bayaran apapun, Isla. Setelah mengenalmu, aku sudah menganggap itu adalah uang yang kuberikan untuk membantu seroang teman. Dan kau tidak berutang apapun padaku. Juga, aku juga sangat menikmati liburan kita ini, lebih dari yang bisa kuungkapkan."
Caleb tersebut saat melihat mata wanita itu berkaca. "Thank you."
Kini, ia benar-benar butuh mencium wanita itu. Pemandangan di sekeliling mereka, pegunungan putih yang menjulang lalu langit yang jernih, semua itu membuat Isla tampak semakin cantik. Walaupun udara di sekeliling mereka dingin, walau mereka terbalut pakaian musim dingin yang tebal, tapi gairah panas di antara mereka mampu melelehkan segalanya. Caleb mencium Isla dan mengizinkan dirinya larut dalam manisnya ciuman tersebut. Ini bukan sekadar gairah atau nafsu, tidak seperti yang ia rasakan pada wanita lain, ada sesuatu yang lebih, sesuatu yang dulu pernah dirasakannya tapi juga bukan persis seperti itu. Caleb hanya tahu bahwa kebutuhannya pada Isla semakin meningkat dan semakin dalam, dari hari ke hari, dan pelan-pelan berubah menjadi lebih dari sekadar kebutuhan fisik semata.
Ya Tuhan, apakah itu cinta?
Tidak mungkin!
Tidak mungkin ia jatuh cinta secepat ini pada seorang wanita. Lagipula, Caleb tidak percaya pada cinta. Tidak lagi! Cinta hanyalah ilusi. Dulu ia pernah berpikir ia memilikinya tapi ternyata Caleb salah. Oh ya, Isla memang istimewa. Tapi ini semua jauh dari cinta. Bukankah Caleb juga pernah bersumpah bahwa ia tidak akan pernah jatuh cinta dan tidak akan mencintai siapapun juga. Jadi, ini bukan cinta.
Lalu apa, Caleb?
Ia menyingkirkan pemikiran menggelisahkannya itu saat mereka turun di desa yang ada di pegunungan seberang. Mereka berkeliling desa indah itu, keluar masuk toko demi toko untuk melihat barang-barang menarik yang ditawarkan sebelum akhirnya memutuskan masuk ke dalam salah satu kafe untuk menikmati minuman panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Escort - Wanita Bayaran Sang Taipan
RomanceBillionaire romance 21+