Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca duluan, bisa ke karyakarsa ya, bab 7 - 9 sudah update. Mengandung sedikit adegan 21+
Enjoy
Luv,
Carmen
______________________________________________________________________________
Wanita itu duduk di hadapannya dan untuk kali terakhir, Caleb bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang ia lakukan? Tapi ia kemudian mendorong pikiran itu ke tepi. Setelah berhari-hari, ia akhirnya menjadi terbiasa dengan ide tersebut, bahkan Caleb bersumpah ia menantikan kejutan seperti apa yang akan diberikan padanya.
Jadi saat melihat wanita itu duduk di hadapannya di dalam kantor Caleb, ia hanya membutuhkan sedikit waktu untuk mengendalikan dirinya lagi. He will do this. It sounds exciting after all. Crazy but exciting.
"Kau ingin minum sesuatu, Ms. Fisher?"
Wanita itu menggeleng. "Tidak, terima kasih, Mr. Osbourne. Aku tidak akan menyita waktu Anda terlalu lama."
Ia mengangguk sambil tersenyum pelan pada wanita berambut gelap yang berusia sekitar awal empat puluhan itu, sambil bertanya-tanya apa yang mendasarinya membangun jasa escort eksklusif ini dan berapa puluh klien berkantong tebal yang telah menggunakan jasanya tersebut?
"Panggil saja aku Cal, jangan terlalu formal, mempertimbangkan kesepakatan yang kita buat."
"Samantha," ujar wanita itu kemudian sambil tersenyum.
Wanita itu kemudian secara singkat menjelaskan tentang jasa escort yang dijalankannya, yang menjamin keeksklusifan dan kerahasiaan para kliennya. Dia membuatnya terdengar begitu elegan dan memaparkannya dengan begitu profesional seakan mereka sedang membicarakan kontrak bisnis ratusan juta dolar dan bukannya bisnis pelacuran kelas atas yang menyediakan wanita-wanita untuk menemani dan menghibur para pria kaya – dalam segala artian.
"Kau mungkin berpikir kalau aku menjual wanita-wanita itu dan..."
Apa wanita ini bisa membaca pikirannya?
"Please, Samantha, don't make it sounds so bad. Mengapa aku harus melakukannya? Aku juga akan menjadi salah satu klienmu."
Samantha mengangguk tapi tetap melanjutkan. "Aku hanya ingin kau memahami cara kerja dan jasa yang kami tawarkan, Cal. Kami lebih seperti pihak yang mempertemukan pria dengan wanita dan selebihnya, itu terserah pada kalian."
Caleb mengangguk. "Aku mengerti."
"Karena itulah wawancara ini sangat penting, supaya aku lebih mengenal klienku, supaya aku mengerti wanita seperti apa yang kau butuhkan, apa yang kau cari dari mereka, wanita seperti apa yang kau inginkan untuk menemanimu selama sebulan ini."
"Oke, jadi bagaimana kita akan memulainya?" tanya Caleb.
"Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan padamu. Kau diharapkan untuk menjawab dengan jujur dan terbuka, supaya aku bisa menentukan wanita seperti apa yang kira-kira cocok untukmu, sesuai dengan deskripsi dan hasil wawancara. Aku akan merekam pembicaraan kita, untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan dan rekaman itu akan dimusnahkan setelah aku berhasil mendapatkan pasanganmu. Dan maaf, mungkin ada beberapa pertanyaanku yang terkesan kasar dan menyinggung, tapi percayalah, aku menanyakannya karena itu semua akan membantuku memasangkan wanita yang cocok untukmu. Tapi aku bersumpah, nothing you say will ever leave this room. You've read our agreement."
Caleb hanya mengangguk. Sebagian karena ia terpana. Sekarang wanita itu membuat jasa usahanya terdengar seperti sebuah usaha mencari jodoh. Very interesting.
"Aku mempercayai reputasimu, sahabatku yang merekomendasikanmu, so don't worry, I trust you."
"Kalau begitu, mulailah dengan memberitahuku sedikit tentang dirimu."
Caleb mengangkat bahu. "Kurasa tidak ada yang belum kau ketahui. Caleb Osbourne. Tiga puluh lima tahun, CEO, pewaris Osbourne Group, lajang, tidak menjalin hubungan dengan wanita manapun saat ini."
"Itu saja?"
"Itu saja," jawab Caleb.
"Kau punya hobi, minat? Sesuatu yang senang kau lakukan di waktu luangmu?"
"Aku jarang punya waktu luang sejak menjadi CEO perusahaan, tapi jika ada, aku suka pergi bermain ski di musim dingin, aku juga suka main tennis, olahraga air juga salah satu kegiatan yang kadang kulakukan. Closing a billion-dollar deal juga salah satu hal yang sangat menarik minatku," tambah Caleb sambil tersenyum tipis. "Kalau itu boleh dikategorikan sebagai hobi, tentu saja."
"Aku mengerti, kau pekerja keras yang jarang memiliki waktu luang, Cal."
Caleb mengangguk. "Dan sama seperti orang lain, I enjoy good wine, good food, aku menyukai orang-orang yang pintar, mereka selalu menjadi teman bicara yang menyenangkan. Dan tentu saja, aku suka menghabiskan uang untuk menyenangkan diriku sendiri, termasuk membeli barang-barang mahal untuk wanita-wanita yang kukencani satu malam."
Apakah itu membuat Caleb terdengar berengsek? Biarkan saja. Memangnya ia peduli? Lagipula semua yang dikatakannya itu sudah menjadi rahasia umum.
"Jadi apa yang membuatmu akhirnya memilih kami, Cal? Dari gambaranmu, kau sepertinya sangat menikmati pekerjaanmu dan nyaris tidak memiliki waktu untuk hal lain. Kau lebih suka menjalin hubungan satu malam, artinya kau tidak suka dengan ikatan dan hubungan rumit, apakah itu yang akhirnya membuatmu bosan? Kau kini berniat mencari sesuatu yang lebih, seorang teman kencan yang tidak hanya menghangatkan ranjangmu?"
Caleb tidak menyukai cara berbicara Samantha yang terkesan mendikte dan seolah mencampuri urusan pribadinya. Tapi ia ingat kata-kata wanita itu tadi, jadi akhirnya ia hanya mengangkat bahu dan menjawab. "Seperti yang kukatakan, sahabatku sangat merekomendasikanmu. Dan dia juga meyakinkanku bahwa aku bekerja terlalu keras, that I need to take a break, that this will be fun. Yes, I am looking for something new, bukan sekadar hubungan seks satu malam."
Caleb mengangkat alisnya dan menatap Samantha. "You think you can help me with that?"
Samantha lalu tersenyum. "Tentu saja, Cal. Karena itulah aku ada di sini. Jadi, wanita seperti apa yang kira-kira kau inginkan sebagai teman perjalananmu kali ini? Ada tipe yang spesifik? Tinggi? Langsing? Pirang? Berambut gelap? Warna mata?"
"Sangat detail," ujar Caleb tak bisa menahan senyum. "Seolah aku sedang mencari wanita dalam fantasiku?"
"Aku ingin semua klienku puas dan mengenangnya sebagai pengalaman tak terlupakan, sesuai dengan jumlah yang kalian bayarkan. Bukankah itu yang kalian cari? Sebuah petualangan yang mengesankan dan akan selalu kalian ingat seumur hidup?"
"Very straightforward, I like it."
"Terima kasih."
"Aku menyukai wanita yang cerdas, Samantha. Yang bisa mengimbangiku. Seseorang yang tidak hanya cantik, tapi juga bisa menjadi teman bicara yang menyenangkan sehingga liburan ini tidak akan terasa membosankan. No drug, no smoke, aku tidak bisa menoleransi kedua hal itu. Aku mencari teman kencan, seseorang yang akan menemaniku selama liburan, bukan Cuma teman seks, jadi aku juga membutuhkan otak yang berisi."
Ia kemudian melihat Samantha mengeluarkan setumpuk foto dari dalam tas kerjanya dan mengulurkannya pada Caleb.
"Apakah ada di antara mereka yang menarik perhatianmu, Caleb?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Escort - Wanita Bayaran Sang Taipan
RomanceBillionaire romance 21+