Bab 18B

906 142 1
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa. 

Luv,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Mereka menggunakan ski lift untuk mendatangi salah satu jalur panjang yang cukup terjal. Saat ia berdiri di puncaknya, Isla sempat bertanya-tanya, apakah ia akan melakukannya? Ia tahu kalau Caleb adalah pria yang menyukai resiko, and skiing is his thing. But Isla? Apa yang sedang coba ia buktikan?

You're pushing yourself to the limit.

Ya, Isla ingin melihat seberapa jauh ia mampu mendorong dirinya. Selama ini, Isla adalah sang akuntan membosankan yang hanya berkutat dengan laporan demi laporan, yang sibuk bekerja sehingga tidak sadar kalau mantan kekasihnya hanya pria berengsek yang tidak pernah menghargainya. Ia menerima semua perlakuan pria itu, berpikir bahwa ia memang layak mendapatkannya, tapi saat ia bertemu dengan Caleb, Isla baru sadar bahwa pria itu begitu berbeda dan Isla juga sadar bahwa ia berharga. Isla bisa melakukan apa saja asal ia menginginkannya. Dan Isla sudah membuktikannya. Ia berani melangkah keluar dari zona nyamannya, berlibur dengan seorang pria yang secara mengejutkan sangatlah hebat, mempelajari keahlian baru yang dulu bahkan tidak pernah terpikirkan olehnya.

Caleb membiarkan Isla menjadi dirinya sendiri tapi di sisi lain juga mendorongnya untuk berkembang, menjadi lebih baik. Pria itu tidak memaksakan kehendaknya tapi menghargai pendapat dan keinginan Isla. Pria itu tidak meremehkannya tapi selalu berusaha mendorongnya untuk mencapai lebih. Dia tidak pernah pelit pujian, juga selalu memberi isla dukungan penuh, menyemangat Isla, mempercayainya dan membuat Isla percaya pada dirinya sendiri. Ia menemukan keberaniannya dengan bantuan pria itu, mendobrak rasa takutnya, menghalau keraguannya, bukan hanya dalam soal ski, tapi dalam banyak aspek hidupnya. Ia tahu saat ia kembali ke Texas, Isla telah menjadi seseorang yang baru.

Tantang dirimu sekali lagi. Meluncurlah ke bawah dan ucapkan selamat tinggal kepada dirimu yang lama, yang selalu ragu-ragu dan tak berani mengambil resiko, Isla.

"Kau siap?"

Pertanyaan pria itu membuat Isla menoleh.

"Terjal, huh?" sambung pria itu.

Isla mengangguk.

"Kau pikir kau bisa? Kalau kau merasa..."

"Aku bisa," tegas Isla kemudian, mengejutkan dirinya sendiri. Ia lalu mengambil napas dalam sekali lagi dan mengangguk. "I can do this, Caleb."

Senyum muncul di wajah pria itu. "Kalau begitu, aku akan menunggumu di bawah, Isla."

Terkejut, Isla langsung mencegah pria itu. "Tidak, aku membutuhkanmu untuk kali pertama..."

"Kau tidak membutuhkanku, Isla. Kau bisa. Kau hanya perlu mempercayai dirimu sendiri."

Ia mereguk ludah, rasa ragu menyusupi dirinya lagi... "Aku kucoba."

"Jangan mencoba. You can do it. Kau pasti bisa. Kau adalah wanita yang luar biasa, jangan biarkan siapapun, termasuk dirimu sendiri, memberitahumu yang sebaliknya."

Rasa hangat kembali menjalari dada Isla. "Kalau begitu, ayo."

Mereka meluncur bersama. Isla membiarkan dirinya meluncur sedikit lebih cepat sementara pria itu kini meluncur melewati Isla. Dan ia mengikuti gerakan pria itu, mengikuti jalur yang dilewati Caleb dan tanpa ia sadari, ia melewati pria itu.

Lalu pria itu melewati Isla lagi, meluncur mulus melewati jalur yang lebih ramai dan Isla senang bahwa ia berhasil melewati beberapa pemain ski lainnya. Ia tahu ini bukan kompetisi, tapi ia senang dengan apa yang dicapainya. Isla actually feels relaxed and in control. Dadanya membuncah oleh rasa bangga. Tiga minggu yang lalu ia bahkan tidak bisa berdiri seimbang di atas papan seluncurnya tapi sekarang ia berada di sini, di antara para pemain ski, benar-benar berseluncur dan bahkan melewati beberapa pemain ski lainnya. Bukankah itu hebat?

Isla melihat pria itu sudah berhenti di bawah sana dan sedang menatapnya. Ia menyusul dengan kecepatan yang sedang dan mendarat sempurna di samping pria itu. Almost perfect. Jalur tadi adalah jalur terpanjang yang pernah ia lewati. Dan Isla tidak pernah merasa lebih hidup dari saat ini, apalagi ketika pria tampan itu tersenyum penuh pesona padanya.

"How was it?" tanya Caleb.

Isla ingin menagis dan tertawa lalu berteriak dalam kebahagiaan. Untuk pertama kalinya, ia merasa seolah ia bisa melakukan apa saja.

"Amazing, Caleb."

Pria itu mengangguk senang. "Sekarang kau mengerti apa yang kurasakan."

Isla mengangguk setuju. "I think I have found a new passion, Caleb. Thanks to you."

"You're most welcome, Isla. Ingin makan sesuatu dulu sebelum kita melanjutkan?"

"Ya! Ya Tuhan, aku kelaparan."

Mereka menyimpan peralatan ski mereka di loker sewaan dan berjalan menuju tempat makan.

"Thanks again, Caleb," ujar Isla saat mereka selesai memesan makanan.

"Untuk?"

"Untuk semuanya. Liburan ini. Bagaimana kau mengajariku bermain ski. Semuanya." Isla tidak ingin merincinya tapi ia yakin pria itu mengerti.

"It's my pleasure, Isla. Aku akan sedih saat liburan ini berakhir."

"Benarkah?"

"Ya, apakah kau tidak?"

"Ya, tentu saja. Tapi kau berbeda, kau bisa melakukannya kapanpun kau menginginkannya. Kau bahkan bisa berkeliling dunia 365 hari, berlibur sepenuhnya, pensiun dari pekerjaanmu dan masih kaya raya."

Pria itu tertawa menanggapinya. Tahu bahwa Isla tidak benar-benar serius. "Apakah aku menangkap nada pahit?"

"Nope. Tapi saat kita pulang nanti, aku akan membuatmu tidak bisa tidur semalaman. Aku bertekad untuk menikmati liburanku semaksimal mungkin, Caleb Osbourne."

The Billionaire's Escort - Wanita Bayaran Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang