Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.
Luv,
Carmen
_____________________________________________________________________________
Akhirnya mereka mencapai puncak lereng lagi dan seperti sebelumnya, seperti yang diarahkan pria itu, Isla berputar lambat sampai menghadap ke arah bawah bukit lagi, tongkat yang digunakannya dicengkeramnya erat untuk menahan keseimbangan agar ia tidak mulai meluncur ke bawah sebelum waktunya.
"Kau siap?" tanya pria itu.
"Tidak, aku tidak siap, Caleb!"
Pria itu hanya tertawa tak peduli. "Posisinya, hadap depan, kedua lutut ditekuk ke dalam, seperti ini lalu..."
Isla mendorong dirinya pelan dengan tongkat skinya dan mulai bergerak. Awalnya, ia masih bisa menahan kecepatan tapi saat lereng itu semakin terjal, kecepatan Isla mulai meningkat di luar kendalinya. Ia mencoba menahan papan skinya, menempatkan lebih banyak tekanan agar papan itu terbenam lebih dalam ke salju tapi tidak berhasil. Isla lagi-lagi meluncur bebas dengan cepat dan pasti ia akan jatuh lagi. Mungkin pria itu melihat kepanikannya karena dia kemudian mendekat, meluncur di samping Isla dan meraih lengannya untuk memperlambat gerakan. Sama seperti sebelumnya, lengan Caleb yang menahannya malah menjadi hambatan yang membuat Isla dengan cepat kehilangan keseimbangannya. Alhasil, papan ski-nya menyilang dan ia berputar menghadap pria itu dan semua terjadi begitu cepat, ia bahkan tidak memiliki waktu untuk menjerit. Caleb mencengkeram Isla dan memeluknya sambil berusaha mempertahankan keseimbangannya tapi mereka kemudian jatuh bersama dengan kaki dan tangan saling mengait. Mereka berguling menuruni lereng sebelum akhirnya berhenti dan Isla mendapati dirinya menempel di dada pria itu sementara Caleb berbaring telentang di atas salju.
"Wow, benar-benar tak terduga," kata pria itu sambil menyunggingkan senyum hangatnya sementara dia masih mempertahankan pelukannya pada tubuh Isla.
"Ini tidak semenyenangkan seperti yang kau pikirkan, Caleb."
"Benarkah? Tapi aku menikmatinya," ucap pria itu lagi sambil memeluk Isla semakin kuat dan erat.
"Aku harus bangun."
"Aku sudah bangun," ucap pria itu, kali ini dengan suara agak berat.
Isla merasa wajahnya tersengat tapi ia berpura-pura bercanda untuk menghindari kecanggungan. "Apakah kau yakin kau tidak melakukannya dengan sengaja agar aku jatuh bersamamu?"
Mata pria itu berkilat jenaka. "Tidak, tapi setelah kau menyebutkannya, harus kuakui itu bukan ide yang buruk, Isla."
Bel peringatan berbunyi di dalam kepala Isla saat tanpa daya ia menatap mulut pria itu. Ia berpikir akan menyenangkan sekali rasanya jika bisa mencium bibir pria itu, sekadar untuk merasakan tekstur tersebut. Tapi akal sehat Isla kembali. Ia tidak akan melakukan hal sememalukan itu di luar sini, di tempat di mana banyak orang berseluncur di sekeliling mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Escort - Wanita Bayaran Sang Taipan
RomanceBillionaire romance 21+