Happy reading, semoga suka.
Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya. Kalau mau baca bab per bab, adanya di Karyakarsa.
Enjoy
Luv,
Carmen
___________________________________________________________________________
"Oh, ya Tuhan!" Isla menjerit ketakutan. "Aku tidak bisa berhenti!"
"I got you, I got you, Isla," ujar pria itu sambil meraih lengannya dan mencoba menenangkan Isla.
Hal itu sama sekali tidak membantu. Papan ski Isla bergerak liar. Lagi! Satu papan bergerak ke arah lain ketika Isla mencoba mengikuti instruksi pria itu dan menyebabkan Isla kehilangan keseimbangan dan menabrak papan ski pria itu dan mereka kembali terjatuh... lagi. Rasanya tidak benar-benar sakit, tapi Isla tentu saja ketakutan. Ia merasa tidak terkoordinasi, lepas kendali dan meluncur cepat jatuh ke bawah. Ia tidak bisa mengendalikan gerakan papan ski itu, ia tidak bisa berhenti, juga tidak bisa mengarahkannya dengan benar. Satu-satunya hal yang Isla kuasai dengan baik adalah jatuh. Ia sangat ahli dalam hal itu, setelah semua latihan yang didapatkan oleh Isla, satu-satunya yang ia kuasai adalah jatuh.
Memalukan!
Isla melihat pria itu berbaring tak bergerak di atas salju. Untuk sepersekian detik, Isla berpikir kalau pra itu terluka tapi kemudian Caleb berguling untuk menatapnya. Senyum lebar menguasai bibir pria itu, melembutkan garis wajahnya yang keras dan membuatnya semakin tampan. Jika tidak mengenal pria itu, Isla mungkin akan berpikir pria itu adalah tipe serius yang jarang tersenyum tapi ternyata Caleb sungguh mengejutkan – selama mereka bersama, ia selalu melihat wajah pria itu yang dihiasi oleh senyum dan tawa.
"Jika aku tidak benar-benar mengenalmu, aku pasti berpikir bahwa kau hanya sedang mencari alasan untuk terjatuh bersamaku. Jika memang itu yang kau inginkan, kau hanya perlu bertanya, aku tidak keberatan jatuh bersama dan berguling denganmu di atas salju, Isla, atau di manapun kau menginginkannya."
Isla menyeringai pada pria itu. Mereka sudah bersama selama tiga hari dan ia menyadari bahwa pria itu selalu mengatakan apa yang dipikirkannya dan dia juga memiliki selera humor yang baik yang terkadang membuat Isla tidak pernah bisa marah pada pria itu, apapun yang dilakukannya.
"Kau tadi bilang padaku kalau ini adalah lereng untuk latihan," protes Isla cemberut.
"Tapi ini memang lereng untuk latihan, Isla. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa menggelinding jatuh seperti tadi."
Isla melotot frustasi pada pria itu. "Itu tidak lucu. Ayo, bantu aku berdiri," ujar Isla setengah kesal sambil menjulurkan tangannya ke arah pria itu.
Caleb berdiri dengan santai tetapi tetap anggun sehingga membuat Isla kian kesal. Ia jatuh tertuduk seperti buah busuk tapi pria itu tetap tampak seelegan biasanya. Itu menyebalkan! Tapi Isla tetap membiarkan pria itu meraih tangannya dan menariknya berdiri. Tapi ia hanya berhasil berdiri tegak sejenak. Entah bagaimana, papan skinya kembali meluncur tanpa arah, menabrak Caleb dan mereka berdua terjatuh kembali.
"Oh Tuhan!" jerit Isla marah saat dia mendarat di atas salju yang dingin.
Pria di sampingnya tertawa begitu keras sehingga Isla melotot marah. "Kau! Berhenti menertawakanku," ujar Isla tersinggung.
"Mungkin kita harus mencoba tenis, Isla," ujar Caleb kemudian, masih berbaring di atas salju dan menatap Isla geli.
Isla memutar bola matanya kesal. "Dan aku pikir aku menyukai salju," gerutunya.
Pria itu berdiri dan menjulurkan tangannya kembali. "Ayo."
Lagi, Isla membiarkan pria itu menariknya berdiri. Tapi kali ini pria itu tidak melepaskan pegangannya.
"Siap untuk mencoba lagi?" tanyanya.
"Bukankah lebih baik kalau kau melakukan ini tanpa aku?"
Caleb menyeringai. "Oh, tidak. Aku menikmatinya, Isla. Terutama bagian ketika kita jatuh bersama."
Isla tidak tahan untuk tidak terkekeh sambil berjalan pelan ke tali penarik yang akan membantu para pemula untuk naik kembali ke puncak lereng kecil itu.
Hari kedua, seperti janji pria itu, dia membawa Isla untuk pergi berbelanja bersama. Isla sempat memprotes uang yang dihabiskan pria itu untuk membeli peralatan ski. Isla meringis melihat puluhan lembar seratusan dolar yang dihabiskan pria itu dalam tiga jam dan setelahnya, ia memiliki semua yang ia butuhkan, mulai dari papan ski, setelan pakaian untuk ski, sepatu bot hingga tiang dan kacamata, semuanya lengkap. Pria itu bahkan membelikan Isla topi beanie biru yang sekarang dikenakannya di bawah helmnya.
Setelah selesai berbelanja, pria itu kemudian memasukkan semuanya ke bagian belakang Range Rover dan kemudian menggiring Isla ke restoran Meksiko terbaik di Telluride.
Setelah makan siang itu, mereka lanjut lagi untuk berbelanja bahan makanan. Mereka berjalan bersisian, Isla mendorong troli belanja sementara pria itu menambahkan setiap barang yang menarik perhatiannya. Saat tiba di kasir, mereka memiliki sekeranjang penuh bahan belanjaan sehingga Isla berkata bahwa sepertinya mereka tidak perlu lagi berbelanja selama satu bulan ke depan. Bahkan ia ragu mereka akan pernah bisa menghabiskannya sebelum liburan itu berakhir.
Mereka lalu kembali ke vila sambil membawa semua barang belanjaan tersebut termasuk berkantong-kantong bahan makanan. Isla pikir kegiatan mereka selesai sampai di situ tapi ternyata tidak. Caleb kembali mengajaknya keluar untuk membeli pakaian. Pria itu membeli pakaian untuk dirinya sendiri dan bahkan bersikeras membelikannya untuk Isla walaupun ia sudah bersikeras menolak. Tapi Caleb menolak mendengarkan dan berkata bahwa pakaian-pakaian itu adalah hadiah, seperti antara dua orang teman, sesuatu yang tidak perlu terlalu dipikirkan oleh Isla.
'I have way too much money to spend, Isla. Don't worry, I won't go bankrupt that easily. Anggap saja sebagai hadiah karena kau bersedia memasakkan makanan untukku.'
Malam itu, Isla kembali memasak makan malam untuk mereka. Karena mereka sudah memiliki persediaan makanan yang lengkap, ia kembali membuat steak sambil mengajari pria itu cara memasak. Selesai makan malam, mereka lalu duduk di ruang tamu, berbincang sejenak sebelum pria itu mengeluarkan ide untuk bermain scrabble bersama. Bersama Caleb, permainan itu berlangsung seru dan menyenangkan.
Tapi sayangnya, hari ini sama sekali tidak seru dan menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Escort - Wanita Bayaran Sang Taipan
RomanceBillionaire romance 21+