Chapter 9 : Explanation

374 39 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kathrina duduk di kursi sebelah Sabille, menatap Sabille yang tampak menunjukkan wajah murungnya yang tak biasa. Kathrina merasa ada sesuatu yang dipikirkan oleh Sabille. Ia memutuskan untuk bertanya, "Bil, ketekuk banget tuh muka, mikirin apaan sih?"

Sabille menatap Kathrina, wajahnya penuh dengan ketidakpastian. "Oh nggak, Kath. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran gue aja."

Kathrina mencoba menghibur Sabille, "Mau cerita?"

Sabille menarik napas dalam-dalam, lalu mengungkapkan, "Gue semalem jalan sama Sabina. Dan pas balik, dia nunjukkin video yang.. cukup mengganggu pikiran gue, tentang gue sama Calva. Di video Snapgram itu keliatan gue sam Calva lagi kissing."

Kathrina mengernyitkan kening, ia sedikit terkejut dengan kata apa yang keluar dari mulut Sabille. "Hah? Serius lo?"

Sabille menjawab dengan frustrasi, "Itu dia, Kath. Dan anak-anak termasuk lo gak ada yang ngasih tau gue apa yang sebenarnya terjadi setelah itu. Gue ngerasa kayak ada yang disembunyiin."

Kathrina mencoba memahami dan mengangguk pelan, "Gue sama anak-anak gak tau kejadian itu, kalaupun tau pasti ngomongin, kan? Disitu juga gue gak liat kejadian itu, Bil."

Sabille mengangguk, tetapi kebingungannya belum hilang. "Gue cuma pengen tau kebenaran nya aja, Kath. Gue gak inget apa-apa pas itu, mungkin karena terlalu banyak minum."

"Mungkin lo bisa coba ngomong langsung sama Calva, Bil. Mungkin dia bisa ngasih penjelasan, seharusnya bisa sih." Ucap Kathrina.

Sabille mengangguk paham dan tersenyum, "Thank you, Atinnn! Gue gak tau mau cerita ini ke siapa, gak mungkin kan gue cerita ke Bang Egi. Yang ada si Calva kena abis-abisan sama dia."

"Ya elah, kalem aja, Bil. Feel free kalo lo mau cerita sama gue. Jangan suka di pendem sendirian." Ucap Kathrina.

•••

Sabille duduk di meja panjang di ruang khusus Ekstrakurikuler nya, merapihkan beberapa berkas administrasi yang sangat penting. Ruangan itu sunyi, hanya diisi oleh suara pena yang bergaris di atas kertas dan suara keyboard dari laptop yang setia berada di depan Sabille. Tiba-tiba, ia melihat sosok yang akrab di matanya. Calva, dengan ekspresi khas nya yang serius, juga sedang memegang beberapa berkas.

Sabille merasa ragu untuk menyapa Calva, tetapi dia ingat ada sesuatu yang harus ia bahas dengan Calva mengenai insiden di Bogor yang telah menghantui pikirannya sejak tadi malam. Dengan hati-hati, ia bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati Calva.

"Calva" panggil Sabille dengan suara pelan.

Calva mengangkat wajah nya yang sedari tadi fokus dengan berkasnya lalu, menoleh dan tetap dengan wajah datarnya ketika dia melihat Sabille. "Oh, lo, kenapa?"

OxygenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang