Chapter 8 : Kemurungan hatinya

361 41 5
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sabille POV

Sudah terhitung satu minggu sejak aku dan teman-teman ku pergi ke kota yang setia di guyur hujan setiap harinya. Sejak hari itu, interkasi ku antara Calva terbilang cukup lebih baik, walaupun hanya sebatas tersenyum. Tetapi, kadang juga kecanggungan masih menyelimuti kami berdua.

Ya.. cukup dibilang lebih baik, kan?

Beberapa kali aku melihat Calva di sekolah sibuk dengan urusan organisasi nya yang ia sedang kerjakan dan kadang terlihat sedang bersama dengan wanita yang wajah nya sudah tidak asing di mata ku. Tetapi aku tak ingin memikirkan hal tersebut sampai membuat kepala ku berat.

Mungkin benar dengan nasihat teman-teman ku dan juga Bang Egi, sesuatu yang di gapai dengan sangat jauh, membuatmu tak melihat kebelakang, sampai tak sadar bahwa mengejarnya tak bisa membuat dirinya menjadi milikku, jika ia bukan garis takdirnya. Wajar Calva memiliki kekasih. Kalimat yang cocok untuk dirinya, 'Sempurna is an understatement untuk insan bernama, Calva Deandra.'

Saking sibuknya aku mengejar sesuatu yang terbilang mustahil, aku mencampakkan seseorang yang terlihat sangat menunjukkan kesungguhan nya untuk ku, sejak kali pertama aku bertemu dengan nya. Aku tak berfikir bahwa sesuatu yang ia lakukan benar-benar tulus. Bahkan sampai detik ini, terlihat ia begitu lihai membantu ku mencari-cari barang yang aku inginkan.

"Hey, You okay, Bil?" Suaranya menyadarkan ku dari lamunan yang membuat ku mencapakkan seseorang di depan ku ini.

"I-im okay, maaf, kebelet berak." Dengan segera aku merutuki diriku berkata seperti itu di depan nya.

Ya ampun, tolong tahan dirimu, Sabille.

"Kenapa gak bilang daritadi, Hm?" Ia menaruh kembali beberapa baju yang ia gantungkan di lengan nya sejak tadi.

"Ayo, gue anterin." Tangan ku menahan tangannya saat ia akan menarik ku jauh dari toko baju tersebut, aku menggelengkan kepala ku dengan cepat. "Ngga, udah ilang kok, hehe." Manusia di depan ku hanya menatap ku heran dengan alis yang tertaut.

"Jangan salahin gue, salahin perut gue yang gak jelas" Lanjut ku, Ia tertawa sambil mengusap pelan rambut ku sampai sedikit berantakan. "Ihh, gak usah ngacak-ngacak rambut gue juga, jelek!"

"Okay, okay. Ngamuk terus mau period ya?" Ucapnya sambil tersenyum kepadaku. Ia tak ada hentinya menunjukkan senyum hangat kepadaku.

Aku segera mengambil beberapa baju yang ia taruh kembali "Gue mau coba dulu ya, jangan tinggalin gue. Awas aja lo!" Ucap ku sambil menunjuk garang kearah wajahnya.

"Iya, cantik. Mau setahun lo di dalem ruang ganti juga gue tungguin sampe lo balik kehadapan gue." Benar-benar perilaku nya membuat diriku tak tahan untuk menyentil jidat putih nya, aku membalikkan badan dan berlenggang pergi dari hadapannya.

OxygenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang