Chapter 19 : Si juara paralel

472 50 9
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kece juga lu dapet ranking paralel begini."

Helaan napas sekali lagi keluar dari hidung Sabille, "Tau gue, nggak usah muji gitu deh."

"Najis, sombong begitu."

"Terus harus gimana sih, bang?"

Iya, ya? Harus gimana? Regi juga bingung harus apa. Lah? Regi jadi bingung sendiri.

"Proud of you. Tetap pertahanin nilai kamu, ya sayang?" Ucap Bunda nya yang baru datang dengan semangkok sop ditangannya, lalu Bunda duduk di sebelah Sabille, "Kalau perlu di tingkatin lebih baik. Kamu inget? Ayah kamu selalu berharap kalau kamu dapet Universitas terbaik?"

"Iya, bun. Aku inget"

"Minta ajarin aja sama Calva."

"Bun, jangan, bun. Malah jadi bodoh ini nanti anaknya kalau sama Calva. Bukan pelajaran nya yang diperhatiin, malah Calva nya yang diperhatiin."

"Sumpah, gue gak sebucin itu ya."

"Belajar yang benar, Safa. Mau jadi apa kamu kalau nilai kamu terus-terusan stuck seperti ini. Tidak ada perkembangan. Masuk paralel lima besar saja tidak bisa." Suara bariton datang dari sebrang meja terdengar dingin dan datar.

"Sepuluh besar sudah lebih dari cukup, Wira." Ucap bunda, "Ayo, makan."

"Saya tidak makan. Safa, datang ke ruangan saya setelah sarapan."

Sabille paham betul bagaimana sosok ayahnya yang tidak suka basa basi terhadap anaknya. Ketika ia dipanggil untuk menghadap secara intens, kemungkinan nya ada dua.

Melakukan kesalahan, atau di perintah.

•••

Tok!

Tok!

Tok!

"Masuk."

Sabille menghela napasnya, tangannya bergetar hebat ketika memegang gagang pintu. Klek. Terpampang jelas wajah tegas dari ayahnya. Matanya tak sedikit pun berniat untuk melihat wajah anaknya. Mata nya terus terfokus pada layar laptop di depannya, jari-jarinya lancar menekan keyboard di depannya.

"Duduk."

Sabille duduk di depan ayah nya. Ayah nya menutup laptop yang menjadi fokus nya sedari tadi. Lalu, menarap Sabille dengan wajah tegas nya.

OxygenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang