•
•
•Sabille merasa kepanikan merayap di dalam dirinya saat dia duduk di dalam kelasnya. Kepalanya berputar-putar saat ia lupa membawa jas lab.
Gelisah, dia mencoba menghubungi teman-temannya, mencari tahu apakah ada yang bisa meminjamkannya jas lab. Namun, satu per satu, teman-temannya memberi tahu bahwa mereka tidak membawa jas lab cadangan. Apalagi Kathrina?
Saat Sabille semakin cemas, Sabina yang tak sengaja lewat di depan kelasnya, Sabina melihat Sabille terlihat gelisah memenuhi wajahnya. Lalu ia memutuskan untuk menghapiri Sabille dan duduk di sebelahnya. "Lo kenapa, Bil? Lo keliatan pucet banget. Lo sakit?" tanya Sabina dengan lembut.
Sabille tersadar dari lamunan nya dan menatap Sabina dengan mata penuh kepanikan. "Gue lupa bawa jas lab, Bin. I don't know what to do, gue takut Bu Laksmi marah ngomel-ngomel."
Sabina merenung sejenak, lalu dia mengambil keputusan dengan cepat. "Bentar, gue coba cariin jas lab buat lo."
Belum sempat Sabina beranjak pergi, tangan Sabille sudah menahan tangannya, "Gak usah. Dikit lagi juga mau bel, kan?
"It's okay.."
Sabille menggeleng, "Lo nih, batu banget deh."
"It's okay, Bina. Paling abis ini gue kena semprot sama Bu Laksmi" Lanjut Sabille.
Sabina melihat Sabille yang sedang panik. Dia mendekati Sabille dan meletakkan tangan lembutnya di atas tangan Sabille. "Cabut aja, yuk?"
"Heh! Sinting lo! Malah nambah-nambahin masalah aja disaat kayak gini. Jangan jadi jagoan deh, emang lo jagoan neon?"
Omel Sabille membuat Sabina tidak takut, malah ia melihat Sabille yang begitu menggemaskan ketika mulut nya tak henti-henti nya mengomel kepada dirinya. "Gak bisa sih gue jadi jagoan neon– " Tangan Sabina mulai menggenggam Sabille "Tapi kalo jadi jagoan lo, gue bisa."
"Alah tai" Kata-kata sempurna yang dilontarkan Sabille saat mendengar Sabina menggodanya. Sabina hanya tertawa cekikikan, "Ya udah deh, gue cabut dulu. Kalo di usir sama Bu Laksmi, kabarin gue ya? Gue temenin lo cabut bareng. See you, cantik!"
•••
Sabille duduk di dalam ruang lab biologi di antara teman-temannya, karena bel sudah berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar sudah mulai. Dari pandangan sekitar, Beberapa temannya juga tidak memakai jas lab, dia tidak sendiri.
Saat Sabina menghampirinya dan membuat lelucon ringan, Sabille merasa sedikit terhibur. Mereka tertawa bersama, dan itu membantu mengurangi ketegangan Sabille. Namun, perasaan gelisah masih ada di dalam dirinya. Ditambah Sabina yang harus masuk kedalam kelasnya, dan tidak bisa menemaninya.
Dia tahu bahwa Bu Laksmi, guru mereka, adalah sosok yang sangat ketat tentang aturan-aturan di lab. Apakah dia akan marah karena Sabille dan beberapa temannya tidak memakai jas lab?
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen
RomansaDisinilah, dunia Sabille yang penuh dengan angan-angannya tentang Calva.