•
•
•"You deserve to love each other, Calva, Sabille."
Sabille terus-terusan terpikirkan oleh kata-kata Sabina yang terus berlalu lalang di benaknya. Kata-kata itu, bukan sekadar angin, melainkan ungkapan yang dilontarkan Sabina dengan serius.
Hati Sabille dipenuhi rasa bersalah. Ia merasa seperti telah mengabaikan perasaan tulus yang dinyatakan oleh Sabina.
Sabille merenung, memaknai setiap kata yang terucap. Apakah dirinya terlalu sibuk dengan perasaannya sendiri sehingga tidak mampu melihat perasaan tulus dari orang lain?
Sabille tetap terdiam dalam pemikirannya di pojok kantin, hingga teman-temannya, Kathrina, Darma, Sastra, Jean, dan Natha menghampirinya dengan wajah penuh tanda tanya. Diamnya Sabille membuat mereka bingung.
Kathrina, dengan ide jahil di kepalanya, tiba-tiba mencubit kedua pinggang Sabille dari belakang. Sabille, terkejut bukan main, tak sengaja mengeluarkan kata kasar yang membuat teman-temannya terbahak.
"Sumpah, Kathrina Aiko, gue keroyok lu." Ucap Sabille dengan nada kesal, tetapi pandangannya masih tampak tercengang.
"Lagian bengong aja udah kayak dapet tagihan pinjol. Kenapa lagi sih, nyonya Deandra?" Ucap Kathrina.
"Gapapa."
"Eleuh eleuh.. tong kitu atuh, Bil. Serba gapapa, udah kayak orang paling gapapa didunia ini." Ucap Sastra.
"Jahat gak sih kalau gue gak bisa nerima perasaan Sabina?" Tanya Sabille, suara yang terlontar seperti beban yang berat di dalam hatinya.
Mereka saling pandang, kemudian mereka serentak menatap Sabille secara bersamaan. Mereka mengerti bahwa pertanyaan Sabille ini memiliki kaitan dengan ucapan Sabina kemarin.
Dengan tegas, Darma menjawab, "Kalau ngomongin tentang perasaan tuh rumit, asal lo tau aja. Yang penting, lo jujur sama diri lo sendiri. Kalau lo gak bisa, itu bukan kesalahan fatal. Yang penting, buat keputusan yang terbaik buat diri lo, Sabina, Calva." Suara tegas Darma membawa sengatan listrik pada diri Sabille.
"Kalau dibilang jahat karena lo gak bisa nerima perasaan tulus nya Sabina, ya salah. Dari awal lo kenal sama dia pas dia anak mutasi kesini. Dia deket sama lo, bisa kita bilang– dia ngedeketin lo. Terus dia Confess. Padahal dia tau, lo udah kecintaan banget sama Calva. Gue ngomong gini bukan karena gue temen lo, Bil. Just being realistic. Jadi, stop nyalahin diri lo sendiri, Sabille." Ucap Kathrina.
"Toh, bukannya malah oke, ya? Sabina yang bilang sendiri kalau lo sama Calva 'deserve to love each other'. Lo jadi punya akses bebas buat fokusin hubungan lo sama Calva. Gak ada lagi yang namanya drama-drama segala berantem dulu." Ucap Sastra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oxygen
RomanceDisinilah, dunia Sabille yang penuh dengan angan-angannya tentang Calva.