1. Canggung

52 5 1
                                    

"Tu cewek, aneh!"

Reyyan sontak menoleh ke arah cewek yang sedari temannya tatap. Cewek yang beberapa bulan ini berhasil bikin si Harsa uring-uringan.

"Lo yang aneh!" ujar Reyyan. "Bagus dong tu cewek biasa aja pas kalian sekelas. Harusnya lu bersyukur ga perlu canggung atau ngerasa keganggu semisal tu cewek malah nekat ngejar lo dengan brutaly" lanjutnya.

Harsa menunjukkan raut tidak setuju, ada hal yang mengganjal. Bagaimana bisa ada seorang perempuan yang beberapa bulan lalu menembak Harsa lalu di tolak taunya malah sekelas tapi perempuan itu tidak terlihat canggung atau gugup. Dia bersikap biasa saja bahkan seolah tak mengenal Harsa sama sekali.

"Rey, gue curiga deh ini tuh salah satu tak tiknya buat dapetin gue,"ungkap Harsa.

Reyyan memukul kepala Harsa cukup keras. "Tolol!" hardiknya.

"Kalo ini taktiknya pasti udah lama ada perkembangan, lah ini udah mau satu semester ga ada kemajuan, pas di depan lu aja tu anak biasa aja. Kek orang ga kenal. Gua aja jadi ragu tu cewek beneran pernah nembak lu. Lu ga ngehalu kan?"tuding Rey.

"Gue juga jadi ragu pas kenaikan kelas tu beneran si Rumi nembak gua atau jangan-jangan kunti yang nyamar jadi dia?" Harsa merinding seketika bulu kuduknya naik.

"Siang hari mana ada setan!" ucap Reyyan yang cukup tidak percaya dengan keberadaan 'mereka'.

"Bisa aja! Kegantengan gua kan luar biasa bisa memikat sesama manusia bahkan mahluk yang dulunya manusia" ujar Harsa dengan pede.

"Lo ada salah kata mungkin pas dia nembak. Lo pake cara kasar ya? Makannya si Rumi jadi balik ilfeel ke elo!"

"Kagak! Pas dia nembak gue bilang gue ga mau terus dia Cuma bilang 'oh.. gitu. Ya udah deh' habis itu dia pergi gitu aja. Gue inget 100% gue Cuma bilang gue ga mau ga ada yang lain," jelas Harsa.

"Oh, kalo gitu mungkin itu Cuma dare jadi dia biasa aja pas ditolak," Rey kembali berpendapat.

"Kalo dare ga mungkin deh, soalnya pas awal masuk kelas ini si Bintang bestienya dia ngancem gue buat ga deket-deket Rumi gara-gara gue udah pernah nolak dia,"

Reyyan seolah ingat sesuatu pun menjetikkan jarinya, "Oh, yang waktu itu tulang kering lu di tendang Bintang pas mau ngasih buku absen ke Juan kan?"

Mengingat hal itu membuat Harsa meringis membayangkan rasa sakitnya.

"Udahlah, ga usah dipikirin. Mungkin aja Rumi emang ga mau bikin canggung apalagi kalian sekelas. Kalo ada waktu coba lo tanya langsung biar ga penasaran lagi," ujar Reyyan.

Harsa mengangguk. Mungkin memang harusnya dia juga bersikap biasa saja sama seperti Areumi.

Ia kembali menatap ke arah Rumi, cewek itu sudah fokus lagi dengan ponselnya karena moment jam kosong seperti ini tidak akan Rumi lewatkan begitu saja, ia pasti akan menonton sebuah film atau drama. Cewek itu cukup maniak dengan film.

Jika di lihat lagi, cewek itu cukup unik. Membuat seorang Harsa penasaran. Sepertinya menyenangkan jika ia bisa dekat dengan Rumi.

Jantung Harsa berdetak kecang, ia mengalihkan pandangannya dengan cepat begitu Rumi melihat ke arahnya, ia seperti dipergoki telah melihat cewek itu. tetapi, ketika ia kembali melihat ke arah Rumi, cewek itu masih tetap menghadap ke arahnya ia memastikan apa yang dilihat Rumi tapi tidak menemukan apapun. Sudah pasti, cewek itu tengah melihat ke arahnya.

Di sisi lain, Bintang yang menjadi saksi dari kelakuan Harsa yang sedari tadi melihat ke arah temannya merasa kesal, ia melihat ke arah Rumi dan gadis itu biasa saja.

"Lo ga risih apa?"

"Soal?" tanya Rumi balik.

"Harsa. Tu cowok liatin lo terus, dan kayaknya lagi ngomongin lo juga sama si Reyyan," Jelas Bintang.

Harsa RumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang