Saat ini mereka tengah berada dalam jam pelajaran olahraga. Guru mereka membebaskan mereka untuk memilih olahraga yang mereka mau. Rumi sudah selesai dengan olahraganya pun duduk di bangku pinggir lapangan ia nampak begitu kelelahan. Sedikit sesal ia rasakan karena telah terpancing dengan tantangan melawan Mahesa tadi. Ia harus berlari mengejar Mahesa dan berakhir kalah dari cowok itu.
Satria, Sahil, Tika dan Qhea duduk bersamanya di sana. Satria dan Sahil sangat serius membicarakan sesuatu. Sedangkan sisanya menikmati pertandingan epik antara tim Mahesa dengan tim Harsa. Mahesa begitu lincah, saat dia menjadi middle blocker dia sangat sigap memblok bola dari arah mana saja seolah ia bisa membaca strategi tim lawan mereka juga memiliki Karin sebagai pemukul service yang sangat kuat. Lalu tim Harsa dia menjadi liberio yang mampu menggagalkan smash dari tim lawan dan ada Ajen yang sama kuatnya seperti Karin. Pertandingan berlangsung sangat seru. Rumi juga sangat menikmatinya.
Tanpa sadar ia terus memandangi Harsa. Pikirannya melayang pada kelakuak cowok itu akhir-akhir ini. Setelah kejadian dimana Harsa mengajaknya pulang bersama, entah kenapa ia merasa lelaki itu semakin gencar mendekatinya. Tolong ia takut ini khayalannya saja.
Juan tiba-tiba datang entah dari mana langsung duduk di depan Rumi. Bukan di kursi, melainkan di lantai beton lapangan. Juan menyenderkan tubuhnya pada Rumi. Sontak Rumi mengangkat kakinya yang membuat Juan mengaduh kesakitan karena kepalanya membentur kursi.
"Sakit tau." Keluh Juan
"Salah sendiri" ujar Rumi yang dihadiahi cibiran oleh Juan.
"Yahh Juan gagal modus." Ledek Qhea.
"Diem! Opini lo jelek."
"Muka lo tu yang jelek." Balas Qhea tak mau kalah.
"Bjir..Bodysharing"
Qhea menoyor kepala Juan. "Bodyshaming begok,"
Sesungguhnya Juan adalah ketua kelas yang tidak memiliki martabat. Salahnya sendiri sih, sikapnya tidak pernah serius.
"Juju, mau duit ga?" tanya Satria tiba-tiba.
"Stop panggil gue Juju! Nama gue Juan." Protes Juan.
Satria merotasikan bola matanya malas. "Sama aja."
"BEDA!"
"Whatever. Jadi mau ga?"
"Mau lah. Siapa coba yang bisa nolak duit," jawab Juan.
Satria memainkan ponselnya sebentar lalu menunjukkan layar ponsel itu pada Juan.
"Gue dapet endorsan, dia mintanya bikin konten dua orang gitu." Jelas Satria.
Juan memperhatikan tulisan dalam ponsel itu dengan kening berkerut. Dia sedikit tertarik dengan hal itu. "Kenapa ga sama Sahil?"
Sahil langsung menyahut. "Lo kayak ga tau Satria aja. Tu anak takut kalah saing sama gue."
Satria langsung protes.
"Enggak! Lo yang udah janji ya sama bebeb lo kalo ga bakal masuk ke konten gue lagi."
Sahil menunjukkan ekspresi meledeknya karena sesungguhnya dia tidak pernah berjanji begitu. Satria saja yang memang tidak mengijinkannya karena kejadian waktu itu di mana dialah yang malah menarik perhatian followers cowok itu. Semenjak saat itu, ia bahkan tidak diijinkan untuk membuka privasi instagramnya lagi oleh Satria. Cowok itu kesal karena setiap DM yang masuk pasti menanyakan mengenai Sahil, bukan dirinya.
"Gaskeun," ujar Juan menyetujui.
"Good kalo gitu. Hari minggu ya? Ntar gue kirim alamat studionya."
"Sip" ucap Juan seraya menunjukkan dua jempolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Rumi
Teen FictionAreumi tidak menyangka cowok yang pernah dia tembak sebelum libur semester akan menjadi teman sekelasnya. Malu dan canggung tidak bisa ia hindari. Apalagi saat Rumi berusaha bersikap biasa saja, tetapi Harsa bersikap sebaliknya. Kehidupan akhir SMA...