Hari libur Jayden dimanfaatkan untuk menghabiskan waktunya dengan berpergian dengan sang adik. Namun, ia sedikit menyesali perkataannya yang menyatakan akan membelikan apapun untuk adiknya. Ia mengintip dompetnya dan meringis melihat hanya sisa beberapa lembar saja uangnya.
"Habis ini, ke gremed ya Bang," ajak Rumi.
Jayden menghela nafasnya, tapi ia tak bisa menolak permintaan sang adik. Ia tidak tega melunturkan senyuman sang adik.
Ia mengikuti Rumi masuk ke toko buku. Rumi langsung menuju ke bagian novel dan komik, mengambil beberapa buku yang telah menjadi incarannya. Total ada tiga buku di tangannya.
"Udah?" tanya Jayden.
Rumi memperhatikan rak dan melihat setiap judul yang dirasa akan menarik untuk dibaca. Namun sepertinya ini saja cukup. Jika membeli terlalu banyak takut ia tidak bisa membaca semuanya. Ia terlalu malas jika banyak sekali pilihan untuk dibaca. Cukup satu dan maksimal tiga saja, jika lebih dari itu ia pasti akan terus menunda membaca semuanya sampai buku-buku itu berdebu di raknya.
Rumi dan Jayden berjalan menuju kasir untuk membayar buku-buku itu. Selagi mengantri, Rumi melihat sekeliling karena tempat itu terasa nyaman, interiornya cantik apalagi sedang dalam bulan event seperti ini, dan bau-bau dari buku begitu menenangkan. Sampai matanya tak sengaja melihat ke arah sepasang manusia yang tengah berjalan seraya tertawa dari arah luar toko. Rumi cukup terkejut, ia lalu menyerahkan bukunya pada Jayden dan pergi dengan alasan mau ke toilet.
Tujuan utama Rumi kali ini adalah mengikuti sepasang pemuda mudi itu. Mereka terlihat bercengkarama dengan begitu hangat sesekali menertawai kekonyolan satu sama lain. Rumi ingin abai tapi dia penasaran.
Mereka berbelok menuju kearah sebuah tempat makan. Mereka mengantri bersama untuk memesan. Lalu pergi lagi setelah mendapatkan apa yang mereka mau. Rumi terus berada di belakang tanpa mereka ketahui. Tiba-tiba si cowok mengalungkan tangannya di bahu si cewek itu. cewek itu nampak biasa saja bahkan menyenderkan kepalanya di bahu si cowok.
Merasa sudah memastikan apa yang dia duga, Rumi berhenti mengikuti keduanya. Ia tersenyum dengan geli. Ah, sepertinya dirinya harus mengintrogasi si cowok itu.
Rumi kembali menuju toko buku dengan perasaan etah mengapa begitu senang. Ia bahkan menertawai perkataan konyol yang muncul dalam pikirannya. Sampai di sana, ternyata Jayden sudah selesai membayar. Mereka memutuskan untuk makan setelahnya.
Rumi dan Jayden bercengkrama dengan baik sepanjang jalan menuju tempat makan. Tetapi, langkah Rumi terhenti kala kembali melihat sepasang manusia yang sangat dia kenal memasuki tempat makan yang hendak mereka tuju. Keduanya tertawa bersama.
Si cewek tiba-tiba meraih jari-jari cowok itu sehingga mereka bergandengan. Si cowok awalnya terkejut tetapi bukannya melepaskan cowok itu malah membiarkan membuat si cewek tersipu. Sudut hati Rumi sedikit tercubit.
Jayden menyadarkannya dari lamunan. Ingin rasanya Rumi menolak untuk ke sana. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, untuk apa?
Rumi memasuki tempat makan itu, ternyata langsung di sambut oleh kedua orang tadi. si cewek yang pertama menyadari kehadiran Rumi.
"Rumi?"
Rumi tersenyum singkat. Ia melihat si cowok sedikit panik dan gelagapan. "Rumi? Ngapain di sini?"
Pertanyaan yang konyol.
"Makan,"balas Rumi singkat.
"Kalian teman Rumi ya?"tanya Jayden.
"Iya, teman sekelas. Kalo Kakak..?" balas si cewek.
Jayden menyodorkan telapak tangannya untuk bersalaman. "Jayden, kakaknya Rumi,"
Si cewek tersenyum manis menyambutnya, "Aku Ayumi, dan ini Harsa,"
"Wah, nama kamu mirip ya sama Rumi?"
Ayumi hanya tersenyum.
"Ya udah deh, kita masuk dulu ya. Maaf ganggu kalian pacaran," ujar Jayden.
Rumi sedari tadi hanya diam tanpa mau memandangi Harsa. Sedangkan Harsa memandangi Rumi dengan perasaan tidak enak.
"Enggak kok, Bang. Kita ga pacaran," elak Harsa.
Rumi dapat melihat raut waja Ayumi yang berubah tetapi memaksakan untuk biasa saja.
Jayden hanya tersenyum lalu mengajak pergi Rumi. Tetapi, tangan Rumi ditahan oleh Harsa.
Rumi berbalik melihat Harsa dengan raut bertanya.
"Itu.. Gue.. Gue. Gue enggak.." ucapannya tidak jelas. Mata Harsa memandang sekitar dengan gelisah. Ia lalu melihat Jayden dan membuat semakin gugup.
"Maksud gue, PR! Ya, PR! PR kimia kemarin gue ga bisa," ucap Harsa lagi. tapi, kali ini ia mengumpati dirinya sendiri karena ucapan yang keluar dari mulutnya itu. kenapa harus itu? lalu kenapa juga ia harus menahan Rumi.
Rumi melepaskan tangan itu. "Gue juga ga bisa kok, tanya aja Mahesa. Gue nyontek ke dia," balas Rumi.
"Oh, oke."
Setelahnya Rumi dan Jayden benar-benar pergi dari sana. Harsa menghela nafasnya tanpa tau ada yang diam-diam mengepalkan tangannya kesal. Ayumi merasa semuanya kacau. Setelah pertemuan mereka dengan Rumi, Harsa sangat tidak fokus bahkan sampai mereka pulang pun Harsa lebih banyak diam seperti memikirkan banyak hal.
"Sial, Rumi sialan!" umpat Yumi.
***
TBC
Prim, cakep banget ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Rumi
Fiksi RemajaAreumi tidak menyangka cowok yang pernah dia tembak sebelum libur semester akan menjadi teman sekelasnya. Malu dan canggung tidak bisa ia hindari. Apalagi saat Rumi berusaha bersikap biasa saja, tetapi Harsa bersikap sebaliknya. Kehidupan akhir SMA...