21. Adik??

10 3 0
                                    


Satria hanya terdiam mendengarkan dengan baik setiap ucapan yang keluar dari perempuan dewasa di depannya. Kepalanya memproses dengan baik setiap kejutan terus menerus menyerangnya. Ia sudah cukup siap. Ia juga tidak ingin terus mengulur waktu dan membuat keadaan semakin memburuk. Menurutnya lebih baik semua itu diungkapkan sekarang agar bisa sekaligus dia memulihkannya daripada secara perlahan dan membuat luka lama makin lama sembuhnya.

"Nak Satria.." panggil Vina dengan pelan.

Satria masih mempertahankan kebisuannya. Vina sudah menduga hal ini akan rumit diterima. Apalagi anak di depannya sudah banyak menderita karena orang-orang dewasa.

Sahil setia berada di sebelah sahabatnya, sesekali dia menyalurkan semangat dengan menepuk punggungnya atau memeluknya. Sebenarnya, ia ingin membawa pergi Satria. Ia tidak ingin cowok itu semakin tertekan. Ia tidak ingin melihat Satria dalam keadaan jatuh lagi, ia ingin membiarkan Satria istirahat. Tetapi sahabatnya itu enggan untuk pergi. Ia memaksa untuk menyelesaikan saat ini juga.

"Maafin gue,Satria," ujar Juan pelan.

"Untuk apa?" tanya Satria seraya menatap langsung kedua mata Juan.

"Semuanya," balas Juan.

Satria memijat keningnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Perutnya juga semakin teraduk-aduk. Diakah adik yang dimaksud? Juan? Anak seumurannya yang hanya berbeda beberapa bulan lebih muda darinya? Diakah?

Harusnya ia tidak kaget atas ulah yang dilakukan ayahnya. Tetapi ia masih tidak menyangka. Jadi saat dirinya masih merasakan kebahagiaan bersama kedua orang tuanya, Ayahnya telah berkhianat. Bahkan selingkuhan yang dipergoki oleh dirinya dan Ibunya bukan perempuan di depannya. Jadi ayahnya melakukan banyak hubungan dengan orang lain? Sebanyak apa? Apakah ada Juan-Juan lain di luar sana?

Juan di depan sana mengaku sudah mengetahui sejak lama. Bahkan saat pertama kali mereka bertemu. Tetapi kenapa dia tidak mengatakan hal apapun padanya? Di saat seperti ini kenapa dia malah mengungkapkan diri. Dia mengaku tidak ada lagi berhubungan dengan sang ayah, dia bukan mata-mata yang diutus untuk mengawasinya. Haruskah dia percaya pada si ketua kelas ini?

HOEKK

Sahil, Juan, dan Vina seketika panik. Melihat Satria yang kembali mual dan hendak muntah. Tetapi kali ini semakin parah. Air mata bahkan merembes keluar dari kedua matanya Satria. Wajahnya seperti menahan kesakitan. Tidak ada yang keluar dari mulutnya memperburuk keadaan, karena mual semakin menyerang tapi tidak ada satu tetespun yang bisa keluar.

"Sahil.. sak-sakitt.."lirih Satria seraya memegangi lehernya.

Satria terus mencoba mengeluarkan sesuatu dari mulutnya dengan frustasi.

"Dek, bantu Nak Sahil angkat Satria ke mobil. Kita bawa Satria ke rumah sakit sekarang!" ujar Vina.

Satria segera diangkat dan di bawa ke rumah sakit.

Disepanjang perjalanan, Satria yang terus berusaha muntah harus kehilangan kesadaran karena terlalu lemah.


Sialnya, Sahil baru ingat Satria memiliki asam lambung yang tinggi dan belum memakan apapun sejak pagi, sedangkan saat ini waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Ditambah lagi cowok itu mendapatkan stres yang berlebihan hari ini.

Sahil terus memeluk Satria dengan tangan yang bergemetar. Ia merasa de javu mengingat hal seperti ini pernah terjadi. Dimana Sahil pernah hampir ditabrak oleh mobil, namun diselamatkan oleh Satria. Ia masih megingat bagaimana dulu cowok itu bersimbah darah dipelukannya tak sadarkan diri hampir tak dapat diselamatkan. Ia merasa masih bisa mencium bau amis darah itu. Matanya melihat ke wajah Satria dan mendapatkan darah itu serasa masih mengalir keluar dari kepala Satria.

Tanpa sadar air matanya turun, nafasnya tak beraturan. Ia tidak bisa membedakan mana kenyataan manakah hanya khayalannya semata.

Juan melihat hal itu langsung menenangkan.

"Hil.. tenang, Satria bakal baik-baik aja. Percaya sama gue!" Ujar Juan.

Juan juga tak kalah panik sebenarnya. Sang kakak yang sejak lama ia kagumi, kini terbaring lemah tak sadarkan diri. Rasanya ia ingin meneriaki sang ibu yang membawa mobil ini. Ia merasa perjalanan ini jauh lebih panjang dari biasanya.

Untungnya tak berselang lama mereka sampai. Para petugas kesehatan dengan sigap mendorong brangkar dan membawa Satria untuk diperiksa.

***  


Sudah lewat seminggu kejadian dimana Satria dan preman sekolah bertengkar. Saat ini, cowok itu masih belum masuk sekolah. Keadaan kelas tidak begitu bising. Sujuan yang biasanya akan heboh dan bersemangat nampak sangat kosong. Ia jauh lebih banyak diam dibandingkan biasanya. Dia akan bicara seperlunya.


"Juan, lo oke?" tanya Ajen kawatir.


Raut wajah Juan memang sendu, tetapi saat mendengar hal tersebut dia berusaha tersenyum dan mengatakan semuanya baik-baik saja.


Rumi beradu pandang dengan Ajen. Ajen menunjukkan raut bertanyanya pada Rumi dan dibalas hendikan bahu. Ia juga tidak tau.


Seminggu ini tidak ada sama sekali kabar dari Satria. Sahil yang menjadi juru kunci juga tak nampak batang hidungnya belakangan ini. Ia ikut menghilang bersama sang sahabat. Qhea yang agak dekat dengan mereka berdua ikut bisu. Ia hanya mengatakan mereka berdua baik-baik saja dan hanya butuh istirahat karena shok kejadian seminggu yang lalu.


Rumi tidak mempercayai hal ini. Ia yakin ada sesuatu besar terjadi. Ia yakin Satria tengah tidak baik-baik saja.


Apalagi saat Ajen berteriak pada mereka semua.


"INI AKUN INSTAGRAM SATRIA KENAPA HILANG?"


Bersamaan dengan itu muncul Reyyan dengan wajah paniknya.


"BOKAPNYA SATRIA KENA SKANDAL PEDOFILIA!!"


Dan Juan hanya diam seraya menunduk dengan dalam.


Tbc


I KNOW ini masih tahap ga jelas. Pendek juga ni chapter. TAPI GW MAU BALIKIN INI CERITA KE KERANGKA AWAL. UDAH 6 Chapter gw buat di luar kerangka. Jadi nikmatin ini. Kalo ada saran dan kritik langsung dm aja atau komen. Sorry for typo.

Anyway, I love him so much!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyway, I love him so much!

Harsa RumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang