4. Kerja Bakti

25 4 0
                                    


Entah apa yang membuat Juan setuju untuk menjadi ketua kelas. Ia sebenarnya sedikit menyesali hal itu. Tugasnya banyak, ngejalaninnya susah, dan dia ga di gaji atas apa yang dia lakukan.

"Jadi ga ada yang bawa alat?" tanya Juan di depan kelas menghadap ke teman-teman sekelasnya. Ia berusaha menekan emosinya.

"Lah ini bukan alat?" tanya Kiko seraya menunjukkan kain lap berwarna putih dan bergaris kotak-kotak merah.

Juan bersedekap dada. Hari ini sekolah mengadakan bersih-bersih. Mereka diminta untuk membawa alat kebersihan. Tetapi, apa yang satu kelas ini bawa? Yup benar. Alat kebersihan sejuta umat. Kain lap. SEMUANYA. Tidak ada yang membawa alat lain selain kain sepuluh ribu dapat tiga itu.

"Ya udah,sono Kalian lap sampe kinclong tuh rumput-rumput di depan." Ujar Juan dengan geram.

"Gue kira gue doang yang bawa kain lap." Celetuk Kiko.

"Pick me!"

Kiko langsung membalikkan badannya memandang sinis Bima. "Please educate yourself!"

Bima langsung menjulurkan lidahnya mengejek. Bima dan Kiko memang duo yang tidak pernah akur. Bima si jail yang bisa melampaui kejahilan Mahesa. Jika Mahesa jahilnya hanya pada satu orang, Bima justru lebih parah. Bahkan ia berani menjahili guru-guru di sekolah mereka. Ia bahkan pernah ke ruangan pengumuman dan membunyikan bel pulang yang membuat para guru murka karena tidak bisa menghentikan para murid yang telah pergi dari lingkungan sekolah karena bel palsu itu. Entah kenapa, setelah kehebohan itu Bima bisa lolos dari hukuman. Pihak guru seolah tidak tau kalau itu adalah perbuatan Bima.

Lalu Kiko, cowok itu adalah anak bungsu di kelas mereka. Ia sangat dimanja oleh satu kelas terlebih oleh Ayumi. Ayumi yang menjadi sosok ibu di kelas mereka begitu suka memajakan Kiko. Tingkah Kiko pun tak jauh beda dari anak bungsu yang sangat manja. Rumi juga sangat senang saat berbicara degan Kiko. Kiko adalah sosok lembut dan suka tersenyum.

"Ya kita mana tau kalo bisa sekompak ini." ujar Satria.

Juan lagi-lagi menghelakan nafasnya.

"Gini aja deh. Yang cowok semuanya kumpulin lap kalian di depan! Mahesa, Harsa, Sahil, sama Bima kalian cabutin rumput di taman kelas. Kiko sama Reyyan, lo berdua bantuin yang cewek naikin kusi ke meja dan bantuin mereka buat buang sampah. Gue sama Satria yang bakal ambil air sekalian nyari cangkul atau apalah itu yang bisa dipake nanti." titah Juan.

"Buat yang cewek kalian bisa kan bagi sendiri siapa-siapa aja yang nyapu yang ngepel sama bersihin jendela kelas kan?"

"Aman." Ujar Ayumi.

Setelah mendengar intruksi tersebut mereka langsung mengerjakan tugas mereka. Rumi bersama dengan Karin dan Winda kebetulan mendapat tugas untuk mengepel lantai. Jadi untuk saat ini ia masi bersantai menunggu lantai kelas selesai di sapu dan menunggu Satria membawakan air.

Rumi berada di depan kelas melihat teman-temannya yang tengah membersihkan rumput di taman depan kelasnya. Setiap kelas di sekolahnya memiliki sepetak tanah berisi tanaman yang biasanya diisi oleh bunga. Rumi cukup bangga dengan kelasnya, karena sepetak tanah itu benar-benar dimanfaatkan oleh mereka. Bunga-bunga tumbuh subur dan cantik. Mereka juga menatanya begitu apik dan rapi. Berterimakasihlah pada Reilyn yang telah memberikan ide ini sehingga kelas mereka dijuluki kelas terasri.

"Nih airnya." Ujar Satria seraya menyodorkan seember air.

Rumi langsung mengambilnya dan menaruh pengharum lantai lalu memasukkan kain pel ke dalamnya. Ketika ia hendak memeras kain itu, tiba-tiba alat pel itu diambil oleh Harsa. Rumi yang awalnya mau protes jadi mengurungkan niatnya. Lelaki itu dengan baik hati membantunya mengeringkan kain pelnya.

Harsa RumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang