20. Menduga-duga

10 3 0
                                    


"Sepertinya harus saya pancing seperti ini dulu agar kamu datang menemui saya," ujar lelaki dewasa yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

Satria yang berada di depannya sedari tadi menahan amarahnya. Giginya sudah gemelutuk saking geramnya dia terhadap lelaki tua bangka yang menyebalkan itu.

Lelaki itu berdiri dan menghampiri Satria hendak merangkul sang anak tetapi segera ditepis. Ia merasa sedikit terkejut namun tak lama ia kembali tersenyum.

"Ayo duduk dulu, Sayang," ujar pria itu.

Satria enggan untuk duduk. Bahkan jika tidak terpaksa dirinya juga enggan sekedar untuk mengijakkan kakinya ke tempat ini.

"Hapus pemberitaan itu!" ujar Satria.

"Pemberitaan mana?" balas pria itu sok bodoh.

"Rendra Briantama, berhenti membuang waktuku!"

Pria bernama Rendra itu terkekeh pelan. "Ayolah, duduk dulu di sini bersama Ayah. Kita sudah lama tidak bertemu bukan?"

Satria berdecih mendengarnya. "Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Bukannya sudah aku katakan sebelumnya?"

"Hubungan darah tidak bisa terputus begitu saja, Satria sayang. Ayolah peluk ayahnmu ini, aku rindu padamu."

"BERHENTI BERBICARA OMONG KOSONG! AKU SUNGGUH MUAK DENGANMU!!" emosi Satria lepas begitu saja, nafasnya memburu memandang semakin tajam pada orang yang katanya adalah ayahnya.

Sahil ikut berada di ruangan itu, ia masih diam di sudut ruangan berusaha tak mengganggu urusan mereka. Ia akan maju ketika Satria membutuhkannya karena itulah fungsinya di sini.

"Saat Ibu pergi dari rumah itu saat itu juga anda bukan siapa-siapa," ujar Satria. Matanya memerah menahan emosi dan perasaan sakit akan kenangan masa lalu yang melibatkan dirinya dan ayahnya.

"Kau meninggalkanku, kau menyebabkan Ibuku meninggalkanku. Kau adalah penyebab kekacauan ini. jadi jangan harap aku masih mau trlibat denganmu!!" lanjut Satria.

Rendra menghela nafasnya. Anak satu ini memang paling sulit untuk ditenangkan jika berhadapan dengannya. Tapi ia tidak bisa melepaskan dia begitu saja. Satrialah yang kelak akan mewarisi perusahaannya karena dialah anak sah yang dikenal di khalayak. Hanya dialah yang bisa dia amanahkan untuk melanjutkan bisnisnya.

"Harusnya kamu berterima kasih kepada saya yang sudah menyelamatkan kamu di skandal terakhir kali. Jika tidak? Mungkin karir kamu akan hancur bahkan kamu di keluarkan dari sekolah," ucap Rendra dengan bangganya.

"Aku tidak perlu bantuan itu. Harusnya dibiarkan saja seperti itu agar kebusukanmu terungkap ke seluruh dunia."

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Terlihat seorang perempuan muda berjalan masuk dengan seragam SMA yang masih dikenakannya. Saat melihat Satria berada di sana perempuan itu sedikit terkejut.

"Satria?"

Satria menatap jijik pada perempuan itu yang ternyata perempuan sama yang ia temui bersama dengan ayahnya di club waktu itu. Perempuan seangkatannya yang pernah ia lihat di sekolah.

"Sini sayang. Tidak usah takut, saya jamin Satria tidak akan menyebarkan masalah ini," ujar Rendra yang membuat perut Satria semakin mual, kepalanya pening dan penuh menahan amarah.

Tanpa tau malu perempuan itu duduk di sebelah Rendra serya dirangkul mesra.

Satria menghela nafasnya.

"Baiklah, sepertinya aku mengganggu." Ujar Satria. "Cukup anda cabut pemberitaan itu, karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah meneruskan bisnis kotor ini. Silahkan sumbangkan saja kepada orang lain, atau jalang di sebelahmu itu. sepertinya dia lebih membutuhkannya daripada aku."

"Tidak bisa!" tolak Rendra cepat. "Kamu memang bukan satu-satunya anak dari pernikahan sahku, tetapi kamu satu-satunya yang berkompeten. Aku menolak,"

Perempuan yang di seblahnya mulai sedikit tidak nyaman. Apalagi dia masih was-was dengan keberadaan Satria.

"Aku tidak perduli," balas Satria lalu melangkahkan kakinya hendak keluar dari ruangan yang sudah membuatnya mual itu.

"Tunggu! Berani kamu keluar, aku akan menyakiti Ibumu!"

Satria terdiam. Mendengar Ibunya dijadikan ancaman membuatnya hampir tertawa selama bertahun-tahun bahkan ia tidak pernah bertemu ibunya. Bahkan kabar dan keberadaannyapun ia tidak mengetahuinya.

"Terserah, kalian berdua sudah mati bagiku. Lakukan apapun yang kamu mau, tapi jangan libatkan aku!"

"Ayolah,Satria. Lagipula ini masih cukup lama. Kamu memegang perusahaan ini ketika sudah cukup matang. Ini hanya pengumuman agar mereka segan padamu. Kamu tidak akan sendiri Satria, adikmu akan membantumu juga."

"Adik? Aku tidak sudi mengakui anak dari jalangmu sebagai adik!" nyalak Satria.

"Kau tidak perlu menganggap yang lain, tapi yang satu itu kau harus menganggapnya. Aku sengaja menempatkan kalian di kelas yang sama agar aku bisa mengawasi kalian dengan mudah. Karena hanya kalian berdua yang aku akui."

Baik Satria maupun Sahil terkejut dengan fakta yang baru saja diungkapkan. Kepalanya semakin pening, perunya juga semakin bergejolak. Sahil yang menyadari Satria yang tidak baik-baik saja langsung merangkulnya dan membawa temannya pergi.

"Anda sebaiknya menuruti permintaan Satria," ujar Sahil saat Rendra hendak menghentikan langkahnya. "Dalam dua puluh menit anda tidak menarik pemberitaan itu, video anda bersama anak dibawah umur ini akan tersebar. Kekasih saya sudah menjadwalkan pengiriman email video anda pada paparazi. Jadi sebaiknya anda tidak menghentikan kami pergi," lanjut Sahil.

Sahil membawa Satria pergi dari ruangan itu. Satria langsung lari ke sudut lorong memuntahkan isi perutnya. Sedangkan Sahil tengah tertegun dengan keberadaan seseorang yang sedari tadi ternyata ada di depan pintu ruangan Rendra.

"Juan? Ngapain lo di sini?"

Juan tidak menjawab dan memilih membantu Satria yang melemas. Juan terus mengusap punggung cowok itu yang masih berusaha mengeluarkan isi perutnya. Ia kemudian membantu Satria untuk berjalan pergi karena cowok itu seperti sudah hilang tenaga.

Juan memberhentikan taksi, dan membawa Satria bersama Sahil.

"Kita Satria dulu ke rumah gue, nanti gue jelasin di sana," ujar Juan atas pertanyaan Sahil.

Sahil sebenarnya sudah menduga-duga. Namun ia harap dugaan itu salah.


TBC

Gweh selesaiin dulu masalah Satria yak, takut kelupaan. Pokoknya Rumi Harsa aman di tempatnya. Takutnya ada plot hole kalo ga diselesain dulu.



Ini nih foto masa kecil Satria & Sahil waktu masih kicik. Mereka berdua tuh bestie. Sahil selalu jagain adik kecilnya ini karena dia juga salah satu saksi gimana hancurnya Satria ditinggalin Emaknya gara-gara bokapnya selingkuh. Jadi Satria tuh kek sebatang kara gitu, di rumah juga sendirian. Padahal mak bapaknya ada cuma mereka egois. kemana-mana mereka berdua karena Sahil ga mau Satria kenapa-kenapa.


Oke deh sekian.

Ini foto Sunoo SUnghoon editan cuma kek nyata banget ga sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini foto Sunoo SUnghoon editan cuma kek nyata banget ga sih. wkwkwk

Harsa RumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang