"Gue minta maaf,"
"Gue maafin tapi lo harus diskors dua hari juga,"
Bima langsung memasang wajah emosinya lagi sedangkan Mahesa memandangi dengan senyuman konyolnya.
"Hes, serius!" tegur Tika.
Ya, ini semua atas kemauan Tika. Dia menjelaskan semua kesalahpahaman akarena dirinya yang kemarin terkejut tidak mampu membela Mahesa. Ini murni bukan salah cowok itu. Lalu Bima pun dipaksa untuk meminta maaf. Setelah seminggu lamanya telinga Bima terus saja direcoki oleh Tika untuk meminta dirinya dan Mahesa berdamai. Sudah lelah dirinya akhirnya dia meminta maaf kepada Mahesa yang baru masuk kembali ke sekolah. Ya, cowok itu sepertinya sangat nyaman di rumah sehingga memutuskan kembali ke sekolah seminggu kemudian berbarengan dengan Jaya kembali ke sekolah.
"Iya, gue maafin. Gue juga minta maaf ya,Bim," ucap Mahesa.
"Hm"
"Udah kan?" Bima langsung kembali ke bangkunya.
Tak lama bel jam pelajaran pertama berbunyi. Semua siswa duduk di tempatnya masing-masing dan tidak lama kemudian guru yang mengajarpun masuk.
Pelajaran dimulai dengan tenang seperti biasa. Sampai akhirnya bel istirahatpun berbunyi.
"Kantin bareng yuk,Rum! Jaya katanya mau traktir kita-kita," ajak Juan.
Rumi yang tengah membereskan bukunya mengalihkan pandangannya pada Juan. Ia berpikir sejenak.
"Lo duluan aja,deh. Gue disuruh guru anterin buku paket ke kantor," ujar Rumi.
Cewek itu langsung berdiri dan mengambil buku paket yang ada di menja guru. Juan melihat Rumi dengan bingung, sejak kapan gurunya menyuruh Rumi melakukan itu? Ia bahkan belum mendengar guru itu memanggil nama Rumi.
"Bu, biar saya bantu bawa ya," ujar Rumi pada gurunya.
Guru perempuan itu tersenyum, "Makasih ya Rumi."
"Tapi ini banyak kamu ga mungkin kuat. Ayumi! Bantu Rumi bawa buku ini ke kantor!" ujar Guru itu.
Rumi mengumpat dalam hati. Tetapi ia tidak ingin protes. Ia melihat ke arah Yumi yang menunjukkan wajah tidak bersahabat kepadanya. Tetapi cewek itu tetap beranjak membantu gurunya membawa buku-buku itu.
Mereka berjalan berdampingan tanpa berbicara sama sekali. Jangankan bicara, bertatapan juga enggan. Sejak kejadian dimana dirinya hendak mendamaikan diri dengan Yumi ditolak, Yumi menjauhinya dan diapun melakukan hal yang sama.
Saat mereka berbelok di lorong, Rumi terkejut karena hampir menabrak seseorang.
"Eh, sorry Rum," ujarnya.
Rumi menatap cowok yang hampir menabraknya yang ternyata adalah Jaya.
"Iya," balas Rumi singkat dan langsung beranjak pergi. Namun, Jaya menahannya.
"Tunggu bentar!"
Rumi menghela nafasnya. Sudut matanya menatap Yumi yang ikut berhenti dan memandanginya dengan tatapan sinisnya. Ingin sekali ia mencolok mata itu.
"Apa lagi? Berat nih tangan gue," protes Rumi."Ya udah, sini gue bantu," ucap Jaya seraya mengambil alih buku-buku di tangan Rumi. "Biar nanti sekalian ke kantin bareng, udah tau kan gue mau traktir lo?"
Wajah Yumi semakin suram dan Rumi sadar akan hal itu.
"Ya udah, lo bawa! Gue duluan ya, Bye!"
Rumi langsung kabur dari sana mengabaikan Jaya yang terus memanggilnya. Biarlah Jaya saja dan Yumi membawa buku-buku itu. Ia juga berbaik hati mendekatkan Yumi dengan cowok-cowok impiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Rumi
Teen FictionAreumi tidak menyangka cowok yang pernah dia tembak sebelum libur semester akan menjadi teman sekelasnya. Malu dan canggung tidak bisa ia hindari. Apalagi saat Rumi berusaha bersikap biasa saja, tetapi Harsa bersikap sebaliknya. Kehidupan akhir SMA...