"Gini doang lo nyontek?"
Rumi yang tengah menyalin pr dari buku Mahesa mendongak dan menghadiahi Jaya sebuah tatapan sinis.
"Gampang loh ini, anak sd aja bisa,"ujar Jaya lagi.
"Anak sd mana yang dikasih soal trigonometri begini, tolol?" balas Rumi.
"Tolol teriak tolol!"
Rumi menjulurkan lidahnya mengejek kemudian kembali menyalin prnya.
Hari ini adalah hari minggu. Sudah biasa hal ini dia lakukan ketika ada pekerjaan rumah yang berkaitan dengan matematika ia pasti akan menghampiri rumah Mahesa dan akan dipersilahkan untuk menyalin tanpa banyak bicara. Tetapi Jaya baru melihatnya melakukan ini jadi dia agak skeptis. Dia adalah tipe yang sangat lurus mengikuti peraturan yang ada. Pantas saja mamanya selalu menyuruh dirinya untuk bergaul dengan Mahesa. Hidupnya begitu membosankan. Tidak baik jika terlalu terikat akan peraturan.
Rumi mengibas-ngibaskan tangannya sesekali menarik jari-jarinya sampai tulangnya berbunyi usai baris akhir soal kelima ia selesaikan.
"Lain kali kerjain sendiri lah."
"Bacot!"
Jaya sedikit kesal menarik buku Mahesa. Sontak Rumi panik, masih ada lima soal belum ia salin.
"Woi! Balikin!!"
Jaya mengangkat buku itu tinggi-tinggi agar Rumi tidak bisa menggapainya. "Daripada nyontek, sini mending gue ajarin!"
"Ogah!" tolak Rumi cepat. "Mulut Mahesa sampe berbusah ngajarin gue ga ada tuh yang masuk. Gue kemusuhan banget sama ini materi jadi percuma aja lo ngajarin gue. Buang-buang tenaga."
"Terus lo mau nyalin gitu aja? Gimana kalo guru curiga lo nyontek?"
"Ga bakal. Cepet balikin! Gue belum selesai Jayaaa"
"Diem dulu!"
Jaya lalu mengecek tulisan Mahesa. Sesekali keningnya mengerut melihat penyelesaian matematika yang dibuat oleh Mahesa tak jarang juga dia menganggukkan kepalanya.
"Jayaaa," rengek Rumi tanpa sadar.
"Sini deh, gue bikinin penyelesaian lain biar ga ketara banget lo nyontek," ujar Jaya.
Rumi tersenyum lebar lalu menyerahkan bukunya. "Nih, di sini aja. Lanjutin nomor 6 sampe 10."
Jaya memandang Rumi datar. "Ga nyalinin juga, pinter!"
Rumi mengaduh saat keningnya di jentik oleh Jaya.
"Gue keburu males. Ayolah, sambil nunggu Mahesa balik. Lo kan suka belajar," ujar Rumi.
"Tulisan kita beda."
"Ga masalah. Kerjain aja cepet, daripada lo ngebacotin gue mulu."
Jaya pasrah, ia mengerjakan pr Rumi yang membuat cewek itu tersenyum lebar.
"Yang rapi ya babuku.." goda Rumi yang sontak membuat Jaya menyesal menawarkan diri.
"Nggeh nyonya," balas Jaya dengan menekankan setiap suku katanya.
Rumi terkekeh. Ia kemudian mengambil snack yang ada di meja dan memakannya seraya menonton Jaya.
Waktu berlalu, Jaya telah menyelesaikan pr Rumi dengan caranya. Rumi bodo amat mengenai cara yang penting tugasnya selesai dan ia tidak perlu pusing menghadapi trigonometri lagi.
"Nih," Jaya menyerahkan buku Rumi.
Rumi mengemut jari-jarinya menyingkirkan remahan snack yang menempel di tangannya lalu menerima buku itu. Ia melihat-lihat hasil kerja Jaya seraya mengangguk-angguk sok paham.

KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Rumi
Novela JuvenilAreumi tidak menyangka cowok yang pernah dia tembak sebelum libur semester akan menjadi teman sekelasnya. Malu dan canggung tidak bisa ia hindari. Apalagi saat Rumi berusaha bersikap biasa saja, tetapi Harsa bersikap sebaliknya. Kehidupan akhir SMA...