12. Main Bareng

20 4 1
                                    

"Shh.. Pelan-pelan!"

"Lemah!"

PLAK

Mahesa meringis memegangi sisi kepalanya yang baru saja dipukul.

"GUE BILANG PELAN-PELAN BEGO!"

Si pelaku dengan wajah yang benar-benar kesakitan meniup-niup sikunya lalu memandang sinis Mahesa.

"Lo tuh yang bego! Udah tau Juan ga bisa bawa motor, malah lo biarin dia bawa! Tolol!" sungut Mahesa.

"Dia maksa gue ke sini! Gue males anjir ketemu lo mulu, alhasil tu anak nyeret gue. Mana sok-sokan mau bonceng gue,"

Sedangkan Sujuan di sana tengah cemberut memandangi lututnya yang tengah ditempeli obat merah oleh Jaya.

"Gue kan bisa bawa sepeda.."cicit Juan.

"SEPEDA SAMA MOTOR BEDA SUJUANN" geram Mahesa. Sedangkan Jaya hanya bisa terkekeh.

Mahesa tengah membereskan kotak P3K miliknya saat Uminya datang membawakan minuman untuk mereka.

"Nih diminum dulu," ujar Uminya Mahesa.

"Makasih,Kak." Balas Juan yang membuat Mahesa melotot.

Satria langsung menyikut lengan Juan. "Dia Uminya Mahes bego!" bisik Satria.

Juan langsung tersentak.
"Oh! Maaf,Tan. Juan kira Kakaknya Mahesa. Habisnya Tante keliatan awet muda kayak ga cocok jadi Uminya Mahes." Ujar Juan.

Uminya Mahesa tersipu seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

"Ah, kamu bisa aja. Mahesanya aja tuh yang keliatan tua."

"Umiii" rengek Mahesa seraya menggoyangkan bahunya sontak mengundang Juan, Jaya dan Satria untuk menajisin cowok itu.

"Ngomong-ngomong, Satria sudah baikan?"

Satria tersenyum manis.

"Sudah, Mi. Besok juga udah mulai sekolah"

Uminya Mahesa mengelakan nafasnya lega. "Syukurlah.. Tapi jangan dipaksain ya? Kalo ada apa-apa dateng aja ke sini main sama Mahesa. Biar Umi masakin makanan kesukaan kamu."

Satria meletakkan telapak tangannya di dahi membentuk pose hormat. "Siap,Umi!"

"Ya sudah, kalian lanjutkan mainnya. Kalo butuh apa-apa panggil aja Umi di belakang,"

Setelahnya Umi Mahesa pergi meninggalkan mereka. Satria masih memandangi tempat Umi Mahesa pergi. Ia tersenyum dengan lembut dan mensyukuri telah mengenal orang-orang baik itu. walaupun jika memang niatnya hanya basa-basi tetapi Satria sangat mensyukurinya.

Setelah merenungkan kesalahannya semalaman, Satria sadar akan kesalahannya. Harusnya ia tak perlu mengurus orang itu lagi. Ia sudah dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya. Cukup anggap orang itu tidak ada sama seperti Ayah (Sahil) katakan.

Satria mengalihkan pandangannya. Saat itu Mahesa tengah menatapnya. sontak dia menutupi wajahnya.

"Gue tau muka gue ganteng, jangan liatin gue pliss takut gue kalo sampe lo naksir gue," ujar Satria.

Mahesa langsung menunjukkan raut datar. Ia beranjak menoyor kepala Satria.

"MAHESA ANJING! JANGAN BIKIN GUE TAMBAH BEGO!" teriak Satria.

"Gue bantu bikin otak lo biar ga ngaco!" balas Mahesa.

"Ya habisnya lo liatin gue kayak gitu banget. Serem gila!" ujar Satria dengan nyolot.

"Tau tuh, tadi aja dia flirting ke gue anjir." Kompor Jaya.

Satria dan Jaya menyilangkan tangannya di depan dada mereka sambil menatap Mahesa waspada.

Mahesa mengusap wajahnya frustasi. "Serah dah! Serah lo pada!"

"Pantes aja Karin milih Orlan dibanding dia," celetuk Juan.

Mahesa hanya bisa mengusap-ngusap dadanya menahan amarahnya. Tetapi, satu fakta yang baru dia sadari membuatnya tersentak.

"Orlan?" tanya Mahesa memastikan.

Juan mengangguk. "Iya, anak basket kelas sebelah. Baru aja jadian tiga hari yang lalu. Lo ga tau?"

Ditanyai seperti itu tentu saja dia tidak tahu. Tiga hari lalu, dia masih mendekati Karin bahakan masih dibalas walaupun dengan singkat dan cuek oleh cewek itu. Setelahnya ia mengalami masalah dengan Bima, mana bisa dia tau mengenai hal tersebut.

Hatinya tiba-tiba merasa perih. Ia terdiam cukup lama berusaha menerima fakta itu. Terkejut? Tentu saja. Karin mengijinkan dia mendekati dengan syarat yang banyak dan semuanya dilakukan oleh Mahesa. Salah satunya tidak boleh ada yang tau jikalau mereka melakukan pendekatan termasuk Rumi. Mahesa bahkan masih mendapatkan kejutekan cewek itu tetapi dia terus berusaha. Jadi setelah semuanya, inikah akhirnya? Lalu untuk apa cewek itu bersikap seolah memberikan harapan pada Mahesa? Apakah dia bertindak sebagai malaikat untuk memberikan dirinya sebuah karma? Ingin rasanya ia tertawa karena ini begitu lucu. Sampai tepukan dibahunya menyadarkan dirinya.

"Kenapa?" tanya Jaya sedikit kawatir.

"Gue Cuma mikir, cewek mana lagi yang gue bakal deketin buat gantiin si Karin," balas Mahesa dengan ekspresi menyebalkan.

"Anjir, gue kira apaan. Mikirnya udah kayak lagi mikirin utang negara,"

Mahesa terkekeh. Cowok satu ini memang suka sekali menyembunyikan perasaan. Ia juga tidak ingin berbuntut panjang. Ia tidak ingin dikasihani jika mengungkap fakta mengenai dirinya yang benar-benar menyukai Karin.

"Main keluar yok. Bosen gue di rumah terus." Ajak Mahesa.

"Di sini aja dah. Gue takut ketemu guru. Ketauan banget gue bolosnya. Mana Cuma gue yang pake seragam."tolak Juan. Karena memang dirinya sendiri yang benar-benar bolos.

"Salah sendiri bolos!"

"Gue tuh bolos demi elo Satria! Sebagai kembaran lo dan ketua yang baik hati sudah menjadi tugas gue buat jenguk lo yang lagi sakit."

Satria memutar bola matanya malas. Dirinya lagi-lagi dijadikan alasan tidak masuk akal si ketua kelas satu ini.

"Ayolah gass, Tinggal aja ni bocah." Ujar Satria seraya beranjak dari duduknya.

"AAA! Tantrum nih gue!"

"Anjir, tantrum ga tuh?" Jaya terkekeh. Cowok itu tidak menyangka seperti inikah sikap ketua kelas mereka. Bagaimana bisa dia terpilih.

Juan tetap kekeuh agar mereka tidak pergi membuat Satria dan Mahesa langsung naik darah. Akhirnya mereka memutuskan untuk tetap pergi, tetapi dengan syarat mereka memakai masker. Juan juga sudah berganti baju menggunakan baju milik Mahesa.

Mereka berkeliling menggunakan motor. Satria membonceng Juan dan Mahesa membonceng Jaya. Pergi ke time zone adalah tujuan selanjutnya. Keempatnya begitu menikmati bermain-main di sana seperti bocah umur 5 tahun. Ah, lebih tepatnya hanya Satria dan Juan sedangkan sisanya berperan sebagai orang tua bagi bocah-bocah itu.

Waktu berlalu begitu menyenangkan. Satria bisa menikmati waktunya dengan tertawa lepas setelah masalah kemarin. Jaya juga menemukan hal yang lebih menyenangkan daripada belajar, ia mengalami banyak hal yang pertama kalinya dia rasakan. Bahkan dia merasakan sangat antusias saat bersembunyi bersama dari guru sekolah mereka yang tiba-tiba mereka temui. Mahesa mencoba bersenang-senang meskipun pikirannya masih tertuju pada Karin. Lalu Juan yang merasa bahagia dan lega akhirnya bisa melihat temannya tertawa dan benar-benar lepas dari masalah yang dihadapinya. Karena inilah alasan dia memilih bolos untuk pertama kalinya. Memastikan Satria benar-benar lepas dari masalah yang timbul karena orang yang mereka benci itu.

***

TBC


Sorry Late update...

And typos, cuz tidak sempat edit

Harsa RumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang