Rumi memandangi kendaraan yang berlalu lalang di depan sana. Ia menghela nafasnya. Ia dapat merasakan aroma kopi yang begitu menenangkan baginya. Matanya kemudian beralih ke pada seorang cowok yang tengah membawa dua cup minuman.
"Thanks," ucap Rumi pada cowok itu.
Siang tadi, setelah Jaya dan Mahesa pulang tiba-tiba saja cowok ini datang dan mengajaknya ke luar. Makannya Rumi bisa berada di sini.
"Kenapa tadi ga masuk?" tanya cowok itu.
"Males." Balas Rumi.
"Iya sih. Hari ini beneran malesin. Ga belajar, di kelas semuanya pada diem. Di luar heboh banget sama wartawan."
"Wartawan?"
Cowok itu mengangguk.
"Iya wartawan. Rame banget tadi sampe polisi turun tangan buat ngusir. Gara-gara kasus Satria. Eh, taunya malah hoax. Ya mana mungkin sih Satria dateng ke sana. Tapi gila sih aktingnya Satria buat video klip itu sampe viral dikira beneran mabok-mabokan."
Rumi termenung mendengarnya. Ia kembali teringat dengan berita tadi saat Jaya menunjukkan berita itu padanya. Ia mengecek dengan langsung dan benar, semua kasus yang menimpa Satria seketika bersih dan dikatakan sebagai Hoax. Berita itu menampilkan bahwa Satria tengah menjalani syuting karena cowok itu menjadi model video klip salah satu penyanyi terkenal. Semua foto-foto yang tersebar adalah bagian dari syuting. Nama Satria seketika bersih.
Tetapi siapa yang melakukannya? Rumi pun tidak tahu. Ia coba menanyai Sahil tetapi cowok itu tidak menanggapi pertanyaan itu. Rumi masih terbayang dengan keadaan Satria yang mabuk kemarin.
"Rum
RUMI!"
Rumi langsung tersentak dalam lamunannya.
"Iya?"
"Lo ga apa-apa?" tanya cowok itu.
"Sorry, Sa."
"no need."balas Harsa.
Ya, Harsalah yang mengajak Rumi pergi.
"Jadi gimana?" tanya Rumi.
"Gimana?" Harsa kebingungan.
"Kelas. Gimana mereka pas tau berita Satria."
Harsa menghela nafasnya. "Gue ga tau. Mereka diem aja ga ada yang mau bahas. Tapi keliatan dari raut mereka pada kawatir. Gue ga sengaja liat Ajen sampe spam chat ke Sahil sama Qhea nanyain keadaan Satria."
Rumi mengangguk pelan.
"Bima gimana? Dia masuk?"
Harsa menjentikkan tangannya.
"Nah itu. kesel banget gue liat dia dateng tadi. Mahesa yang ditonjok tapi kenapa Mahesa yang di skors sedangkan tu anak ga di hukum?"
Rumi terkekeh pelan.
"Backingannya kuat, mana bisa dia di hukum."
"Siapa?"
"Bokapnya."
Harsa mengerutkan keningnya bingung. Tapi ia tak menanyai lebih lanjut. Ia menyeruput ice lattenya.
"Oh ya,"
Harsa menoleh ke arah Rumi.
"Mumpung kita berdua. Gue mau minta maaf." Lanjut Rumi.
Harsa bingung dengan ucapan itu, tetapi ia tetap diam menunggu Rumi melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harsa Rumi
Teen FictionAreumi tidak menyangka cowok yang pernah dia tembak sebelum libur semester akan menjadi teman sekelasnya. Malu dan canggung tidak bisa ia hindari. Apalagi saat Rumi berusaha bersikap biasa saja, tetapi Harsa bersikap sebaliknya. Kehidupan akhir SMA...