- - -
GHOST-----
"Kecelakaan pewaris tunggal?" Renjun ngangguk atas pertanyaan Jihoon, lepas itu langsung ngeliarin koran yang Haechan temuin dan juga website hasil Jisung nyelam dalem dalem.
Jihoon mulai menerawang beberapa hal yang bisa dikaitin sama kejadian ini, "Gua inget salah satu plot twist dua tahun lalu dari para senior, tentang bocah emas kebanggaan yang anaknya ini bukan dari sekolahan kita."
Jihoon natap Haechan, Renjun, Jisung juga Chenle bergantian. "Dia seumuran kita, kasus yang kita alamin ini pernah dialami juga dua tahun lalu. Bedanya dulu ada si anak emas, yang setengah perjalanan misi kita baru tau kalau dia anak dari yang bakalan kita hancurin."
"Maksudnya?" Jisung menyimak, bahkan disana ada Mark, Yangyang, Sanha juga Hendery yang kepo juga penasaran kebangetan.
"Sekitar tiga tahun lalu, ketika gua pun masih kelas 9 —ada dimana kejadian yang lumayan brutal terjadi. Seperti yang kalian tau, kita mertahanin wilayah ini hanya untuk perdamaian dan bebas dari segala jenis perundungan dari sekolah lain.
Dulu ada yang namanya Aliansi Persatuan dan Kesatuan Timur. Dan kita termasuk ke dalam aliansi tersebut, bocah emas ini bukan dari sekolah ini tapi dari sekolah yang ada di kampus deket stasiun. Alasan aliansi ini dibuat disebabkan sama penyerangan secara masal di daerah Timur, daerah kita sama anak anak sekolah yang dibawah naungan perusahaan tersebut, dari Barat.
Aliansi PKT ini ngga nyerang balas secara membabi buta, lewat otak. Yaitu, kita ngincer perusahaan besar itu lewat aliansi kita. Bahkan kita kerja sama sama beberapa banyak daerah, dari luar kota secara diam-diam.
Dan anak emas yang dimaksud, kenapa dia disebut anak emas?"
"Karena dia jago berantem?" Haechan asal jawab, Sanha juga Yangyang mulai berisik untuk diskusi. Sejujurnya, mereka ini salah satu yang gugur dalam pertempuran Aliansi.
"Karena dia dapet kunci, yang kita masih belum tau itu kunci apa. Dan plot twist nya, dia anak dari pemilik perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak dibidang otomotif, persediaan barang dan jasa dalam layanan kesehatan. SW Corporation, dia bungsu dari keluarga tersebut."
"Wah anjing, stop dulu. Plot twist juga ini mah, anjing." Haechan misuh, Renjun sama Chenle plang plongo kata monyet, Jisung sendiri masih dalam tahap proses memahami.
"Wah, kok gue baru tau ya anjing. Padahal dalam tragedi itu kita ada san, kok bisa-bisanya kita ngga ingetin si Jaemin." Yangyang ikutan misuh, Sanha disampingnya turut memasang wajah menyesal.
Mark sama Hendery mana ngerti, dia kan antek-anteknya Jeno. "Gua waktu itu kan pernah bilang, gua kaya kenal si Jaemin. Makanya gua nyuruh lo buat masukin si Jaemin ke circle kita, karena gua yakin gua kenal beliau."
"Kunci yang di maksud tuh apa sih?" Renjun nanya penasaran.
"Ya itu, flashdisk? Gua merintahin anak anak buat nyari yang dulu pernah dibahas dan dicari, kenapa kita gagal sampai ada penyerangan? Ada mata-mata, Jaemin diserang dan flashdisk nya entah dikemanain sama Jaemin, keburu meninggal."
"Tapi kita bisa nanyain Jaemin." Mark buka suara, Hendery geleng kepala "Yang Jaemin ingetin cuma nama, dan nama abangnya. Jati dirinya aja dia ngga inget, apalagi flashdisk, pinter."
Malah Mark yang heran, tumben si Hendery pinter.
- - -
Suasananya cukup mencekam, Jeno aja ampe merinding. Dia lagi jalan sendirian di jalan raya yang sepi sunyi, kemana Jaemin? Ngga tau, hantu yang pemalas itu sekarang udah mulai gaul.
S
emak semak gerak ribut, angin bahkan ngga segitu kencengnya buat ngegerakin semak rindang itu. Hawanya merinding, jelas. Dan Jeno tau, dua atau tiga sosok yang dia liat dari sini, itu bukan manusia melainkan hantu.
Sosoknya cuma mau ngeganggu, apalagi dengan bentukan yang sebegitu ancur dan seramnya. Jeno jujur meskipun udah terbiasa selama 18 tahun hidup, tapi rasa ngeri itu ya pasti ada. Cuma, ini jalan satu-satunya.
"Sayang, kamu ngga mau nunggu aku?" Beruntung, dia punya Jaemin.
Jeno noleh, natap Jaemin yang jalan lesu dibelakangnya. "Aku habis nyari angin, tapi kamu malah enak enak ninggalin aku.".
"Sumpah, gua jijik dengernya. Lo bisa stop?" Reaksi Jaemin cuma tawa, sempet ngelirik ke beberapa sosok yang Jeno maksud tadi sebelum turut jalan beriringan sama Jeno.
"Liat langit, bulannya terang banget."
"Cantik, kaya lo." Jeno diem, dia yang ngomong dia juga yang kaget. Reaksi Jaemin sendiri cukup berlebihan, nutupin mulutnya pake dua tangan reaksinya so terkejut.
Jeno cuma ngedecak sebelum ngelanjutin jalan, Jaemin ketawa liat Jeno blushing sendiri "Lo yang gombal, lo yang kaget, lo juga yang salting." Katanya disana, Jeno kesel sendiri.
"Reflek, faktanya kan emang bulan sama lo lebih cantik lo." Sekarang malah Jaemin yang diem, Jeno hentiin langkahnya dan balik badan buat natap sepenuhnya ke arah Jaemin.
Beberapa detik mereka saling tatap, di langit malam, di bawah sinar matahari dan bintang bintang terang yang berantakan. Jaemin bisa liat, ada binar asing di mata Jaemin, binar yang pernah dia liat, persis dan serupa tapi dalam artian yang berbeda.
Tatapan yang dulu, adalah tatapan tulus penuh cinta seorang abang ke adiknya. Tatapan yang benar-benar tulus, seakan hanya dari tatapan, sosok itu mampu bahkan sudi buat ngasih seluruh dunia ke dia.
Sedang tatapan yang ini, tatapan tulus penuh cinta juga damba yang dimana... Bagi Jaemin ini asing, ada hasrat ingin memiliki di tatapan itu. Ada tatapan yang Jaemin ngga ngerti, tapi Jaemin bisa ngerasain tulusnya, untuknya.
"Jen, kalau gua manusia —gua bakalan jatuh cinta sama lo, lebih dalam dari yang lo bayangin."
Jeno senyum, "Ngga ada yang bisa ngalahin perasaan gua, kecuali abang lo. Gua ini lahir, untuk dijadikan pemenang."
"Tapi lo bakalan kalah sama dunia."
Jeno diem, secara ngga langsung ini adalah sebuah ungkapan perasaan. Jeno baru sadar tentang perasaannya ke Jaemin belakangan ini, karena sedari awal dia ngeliat dia tau dia udah jatuh, hanya saja Jeno denial.
Jeno dongak, Jaemin pun turut dongak. "The moon is beautiful, isn't?" Jaemin natap Jeno seketika, sial seribu sial.
"I think, it’s because i see it with you."
---
To be Continued
Lapak Kritik dan Saran :
*Panjang pendek setiap part, tidak menentu.
bakalan up lagi nanti, mau ngilang papai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost | Nomin
HorrorDia decak kesal sebelum ngeraih tangan Jeno buat disalamin, dingin. "Jaemin." Mereka tatapan agak lama, terus senyuman si Jaemin itu semakin lebar dan sedikit nyeremin. Tidak, ini bukah kisah horor. Hanya bagaimana Jeno membantu Jaemin, dalam memb...