- - -
G H O S T-
--
"Lihat, ayah. Jaemin tersiksa, Jaemin kesakitan, bang Jae kesakitan. Apa ayah tega?"Siwan menggeleng ribut, setelah sidang dan vonis hukuman mati jatuh padanya membuat dirinya diam saja dan berharap untuk cepat mati saja.
Tak ada yang bisa dilakukan, sanksi berat termasuk sanksi sosial menghunus telak pada jantungnya. Semua barang bukti yang dia sembunyikan rapat rapat, dan dimusnahkan dengan begitu apik terbongkar.
Ramalan tentang kehancurannya, terjadi oleh putranya sendiri. Kini ada rasa bersalah yang menghantui, atas keserakahan tentang kekuasaan yang ingin dimiliki.
"Lihat Jaemin, lihat sini ke arah Jaemin." Siwan menggeleng, tidak berani menatap ke arah Jaemin yang ada dihadapannya.
Baginya, Jaemin hanyalah ilusi yang fana. Teriakannya kembali disuarakan, rasanya dia ingin mati sekarang juga daripada terus dihantui deperti orang gila.
"Jaeminku sudah tenang, KAU SIAPA! PERGI!" Tidak, ini hanyalah ilusi.
"Tenang? Jaeminmu? Ayah, Jaemin kesakitan. Rasanya sakit, apa Ayah dengar?" Kilas balik tentang semua perlakuannya pada Jaemin terlintas.
Siwan kehilangan akal, hukuman mati akan diadakan seminggu lagi. Namun hidup dalam bayang-bayang penyesalan, membuatnya ingin mati saat itu juga.
"Maaf, ayah minta maaf Jaemin! Ayah ingin mati saja supaya bisa minta maaf langsung pada Jaemin."
Jaemin menyeringai, namun disaat yang bersamaan dirinya menangis. Dirinya sudah hampir pudar, sebab dendam yang selama ini tidak diketahui sudah terbayar.
Dendam aliansi Timur, dendam terhadap rasa sakitnya dan Jaehyun, dan permintaan maaf dari Ayah dan Ibunya.
---
"Ada Yangyang, ada Sanha. Mereka itu dulu temen gua, Jen. Tapi sayangnya gua ngga begitu deket, karena tujuan gua ya buat kesatuan dulu. Mereka bukan tim inti.""Lucas, Mark sama Hendery bikin suasananya ramai. Tadi udah ketemu Haechan, Renjun, Jisung sama Chenle. Jisung nangis, katanya bakalan kangen sama gua, padahal kan kita jarang interaksi ya."
Jeno cuma nyimak, sesekali senyum kalau Jaemin ketawa antusias. Dendam Jaemin bisa dibilang udah kebayar, ketemu abangnya adalah salah satu tujuan Jaemin.
"Lo bakalan ninggalin gua, Jaem?"
Jaemin noleh, ngangguk dengan semangat. "Gua udah ngga bisa terus-terusan disini, gua harus pergi Jen. Gua minta maaf, tapi gua harap lo baik baik aja." Katanya antusias.
"Sedih kita ngga bisa ngobrol lagi, tapi gua bakalan terus ngunjungin lo dalam mimpi, gua bakalan merhatiin lo dan nungguin lo disana. Hidup bahagia, ya? Dengan siapapun itu, oke?"
"Jaemin, I've fallen too deep for you."
"For real?" Jeno ngangguk, air matanya netes bikin Jaemin senyum sendu.
"Gua udah terbiasa akan adanya lo, selain itu gua beneran jatuh ke lo. Gua... Cinta sama lo, Jaemin." Ada tangis yang ngga bisa Jeno tahan, bahkan Jaemin sama sekali ngga bisa disentuh, atau di dekap.
Jaemin ngelirik ke belakang Jeno, ada Renjun Haechan Chenle dan Jisung disana. Mereka tau, meski udah pamit tapi sekaranglah Jaemin bakalan benar-benar pergi.
"Apartemen gua lumayan luas kan? Kamar dan komputer gua, gua kasih ke Jeno. Di laci, ada barang-barang termasuk parfum gua kalau lo pengen nyium aroma gua."
Lalu tatapannya ke belakang Jeno, "PSP sama komputer ruang tengah boleh buat Haechan, Jisung, Chenle. Area dapur buat Renjun, oh sama TV nya sekalian." Jaemin tertawa.
"Masih atas nama gua, itu boleh buat kalian sekarang. Maaf cuma bisa kas-"
"No Jaemin, gua bahkan kaget sosok hantu bisa mewariskan." Jisung nyeletuk, bikin mereka yang tadinya nangis sedih langsung pada ketawa, mencairkan suasana.
Jaemin ikutan ketawa, terus tatapannya ke Jeno "Find your life partner, my prince. Sorry, even when i was alive we never met and loved each other in different positions."
"Jaemin, ayo pulang!" Jaemin noleh, udah ada banyak orang disana.
Jaehyun, Yangyang juga Sanha yang mau ikut sebab dendam Aliansi Timur yang udah kebayar, dan Mama Jaemin.
Jaemin senyum lebar, lalu tatapannya ke arah Jeno "Gua udah bahagia, bahagia banget rasanya tenang. Giliran lo, harus ya Jen? Gua mohon, tolong bahagia ya Jen? Gua juga cinta lo, beneran cinta lo." Setelah itu, Jaemin lari menjauh dari Jeno.
Tangannya melambai, senyumnya lebar, binarnya jelas binar yang bahagia. "HAECHAN MAKANNYA JANGAN BANYAK BANYAK YAA!!"
"ENAK AJA!"
"RENJUN JANGAN GALAK GALAK! JISUNG SAMA CHENLE JANGAN KESERINGAN BERANTEM, YA!"
"IYAAA!!" Keempatnya ketawa, tapi sambil nangis.
"LUCAS, MARK, HENDERY! NITIP JENO."
Ketiganya serempak ngangguk, "LO BERDUA KOK IKUT?!" Yangyang sama Sanha nyengir, "IYA DONG!" Balesnya ke Lucas.
Lucas sama Hendery nangis lebay, sedang Mark ngga banyak bicara. Semua yang Jaemin pengen sampein, udah disampaikan sebelumnya.
"Jeno, TERIMAKASIH!!" Dan Jaemin benar-benar hilang, Jeno jatuh berlutut. Hatinya masih enggan, masih enggan menerima fakta bahwa Jaemin ngga akan ada lagi di sekitarnya.
"But you have to keep living, Jen. Life goes on, happiness even awaits you at the end of life, do you believe it?" Renjun jongkok disamping Jeno, Jeno yang lagi nangis itu dongak.
"But that's not Jaemin."
"Jaemin is already happy, will you be sad? He will be sad if he finds out you are like this." Mark nambahin, Renjun setuju.
"Siapa yang kemarin ngga mau peduli sama Jaemin, sekarang malah jatuh cinta dan sedihnya abis-abisan?" Haechan nyindir.
"Siapa tuh? Kemarin kayanya nolak banget tuh."
"Iya, sampe gamau temenan." Chenle juga Jisung ikut ngompor, Jeno noleh sinis.
"Diem lo bertiga, gua penggal lo pada lama lama." Mark juga Renjun ketawa, sedang Lucas juga Hendery masih mendramatisir di bawah pohon.
Jeno senyum tipis, natap dimana Jaemin pergi tadi. "Kenangannya ngga akan gua lupa, meskipun singkat dia bakalan abadi dalam hati dan ingatan gua."
"I will always love you, annoying ghost."
---
ENDLapak Kritik dan Saran, atau lapak menggila boleh :
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost | Nomin
HorrorDia decak kesal sebelum ngeraih tangan Jeno buat disalamin, dingin. "Jaemin." Mereka tatapan agak lama, terus senyuman si Jaemin itu semakin lebar dan sedikit nyeremin. Tidak, ini bukah kisah horor. Hanya bagaimana Jeno membantu Jaemin, dalam memb...