- - -
G H O S T---
Pertumpahan darah, persis seperti tahun lalu kembali terjadi. Ada emosi dan dendam yang tersulut, menyala nyala dan berkobar seperti minta dibebaskan.Teriakan penuh dendam, teriakan kesakitan, teriakan kepuasan, bersatu jadi melodi indah dalam pendengaran Jaemin. Ada Jaehyun di sampingnya, termenung dengan aura kesedihan yang mampu menbuat Yangyang turut menangis.
Sirine polisi terdengar, membubarkan tragedi pertumpahan darah itu dalam sekejap. Chenle, dan Renjun bersigap di belakang mengumpulkan semua bukti.
Jeno, Sunwoo dan Haechan berjuang keras dalam pertempuran. Mereka yang dirahasiakan bertindak, mengamankan mereka agar tidak tertangkap oleh polisi satu orang pun.
Aliansi Barat hancur sudah, harapan ditanamkan pada SW agar menolong mereka dan membebaskan mereka dari polisi yang berhasil menangkap.
"Mereka, ngelakuin untuk kita abang."
"Nana rindu, Nana mencari abang kesana kemari dengan perasaan yang cemas. Abang, kemana saja?"
"Terikat, tidak bisa pergi kemanapun."
Evakuasi berjalan begitu cepat, polisi tak dapat membaca situasi yang terjadi. Aliansi Timur berhasil melarikan diri, bahkan bagi mereka yang hampir mati. Dapat Jaemin lihat, Jeno yang berhasil lari bersama Mingyu.
"Ayo pergi dengan tenang, abang."
"Abang tidak tau, haruskah pergi atau tetap tinggal disini?"
"Lalu Jaemin?"
Jaemin hampir menggila, aura dendam yang pudar kini telah kembali membuat Jaehyun gemetar ketakutan. Tangannya terbuka lebar, membuat Jaemin secara reflek masuk ke dalam pelukannya.
"Membiarkan semuanya lenyap begitu saja?"
"Iya, kumohon."
Jaehyun ragu, tetapi yang Jaehyun butuhkan hanyalah Jaemin sedari dulu. Persetan tentang dirinya yang tak dilepas oleh sang ibu, persetan tentang semua yang Ia punya akan dirampas, yang Ia inginkan adalah kebebasan.
Lalu dengan anggukan yang pasti, Jaehyun menyetujui.
---
"Semua harta atas nama Jaemin, Jaehyun, dan semua yang akan diwariskan akan kembali pada Kakek. Kemudian, Kakek berhak menentukan akan kepada siapa semua itu diberikan."
Chenle, Jeno, Jisung, Haechan dan Renjun menatap ke arah Jaehyun dengan intens.
"Lepaskan semua alat medisku, sesungguhnya 95% dalam diriku sudah mati." Jaehyun dan Jaemin sangat jauh berbeda, Johnny bilang Jaehyun adalah sosok sopan yang terlihat berpendidikan jika berbicara pada orang asing.
Sedang Jaemin, melakukan apapun yang dia inginkan entah pada orang terdekat ataupun asing.
"Buktinya udah diserahin ke pengadilan, polisi, duplikatnya pun udah disebar dan dibagikan ke perusahaan DY, ayahnya Chenle, juga kakeknya Jaemin."
Renjun ngejelasin, Jaemin dengan senyum manis terus natap Jaehyun tanpa ngalihin pandangannya sedikit pun. Jeno ngeliat dengan jelas disana, luka hasil pertumpahan darah tercetak jelas bagai tatto di wajah.
Tak hanya Jeno, mereka semua yang turun.
"Teriakan ibu itu kurang, bang. Gua pengen denger yang lebih, sampai ucapan maaf nya terdengar ke telinga gua." Senyum manisnya ngga sama sekali menyamarkan atmosfer yang dingin.
Jisung bergidik, dendam Jaemin belum tuntas.
Kabar tentang Jaehyun disembunyikan, lalu kepada orang terdekat dikabarkan Jaehyun meninggal. Sedang semua aset milik Jaehyun dan Jaemin dirampas, dipalsukan seakan-akan hal ini sudah menjadi kesepakatan selama mereka masih hidup.
Ada rantai tak kasat mata yang nahan Jaehyun di ruangan itu, rasa sayang pada sang ibu. Ruangan itu bagai penjara, rasa sakit yang Jaehyun alami bukan dari satu sumber, tapi banyak salah satunya rasa rindu dia ke Jaemin.
Kabar tentang Jaemin, Jaehyun sama sekali ngga tau. Yang seharusnya dia mati, malah terjebak di satu ruangan dengan raga aslinya yang terbaring koma.
Ada dua keinginan, mati dengan tenang atau hidup kembali dengan harapan yang sedikit, kemudian merampas kembali apa yang menjadi miliknya.
Sedang Jaemin, hanya ingin Jaehyun dan ucapan maaf dari Ayah dan Ibunya.
"Jaemin." Tatapan Jaemin yang tadinya untuk Jaehyun seorang teralih, Jeno memanggil.
"Lo, bakalan pergi ninggalin gua sendiri?"
Pelukannya memang tak terasa, tapi seberusaha mungkin Jeno rasain dan balas pelukan Jaemin yang semu.
"Terimakasih, Jeno."
---
To be ContinuedLapak Kritik dan Saran :
-2 chapter ending
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost | Nomin
HorrorDia decak kesal sebelum ngeraih tangan Jeno buat disalamin, dingin. "Jaemin." Mereka tatapan agak lama, terus senyuman si Jaemin itu semakin lebar dan sedikit nyeremin. Tidak, ini bukah kisah horor. Hanya bagaimana Jeno membantu Jaemin, dalam memb...