9. Salahkah Berharap?

150 25 5
                                    

VOTE SEBELUM BACA!
KOMEN BEBAS, ASAL DENGAN BAHASA YANG BAIK!

Tandai kalau ada typo!

Pi Reading ol

Pi Reading ol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆∆∆

"Perjanjian apa yang kalian maksud?"

Keduanya terdiam, tidak ada yang berani menjawab. Sungguh rasanya Ander ingin menghajar Monsi saat ini juga. Bisa-bisanya dia kebablasan bicara.

"Bukan apa-apa kok, Gi"

"Kalian jadiin Piti taruhan?!" Tanya Ogi dengan tatapan menyidik.

"Bukan gitu, Gi. Dengerin kami dulu"

"JELASIN!!" Cowok itu bangkit dari duduknya, lalu ditarik lengannya oleh Monsi untuk dia duduk kembali.

"...."

Betapa terkejutnya cowok itu setelah mendengar semua penjelasan dari keduanya. Kedua matanya menampilkan amarah, otot di lehernya terpampang jelas, kedua tangannya mengepal kuat, sudah siap meninju seseorang.

"Tega banget kalian berdua. Kalian fikir dia mainan?!" Ucapnya dengan menahan emosi.

"Santai aja kali, lagian dia juga bukan siapa-siapa kita. Buat main-main aja, Gi"

Bugh!

Tangan yang tadinya mengepal, kini sudah mencengkram kerah kemeja yang dipakai Ander, tangan satunya berhasil meninju wajah mulus itu hingga tubuh Ander tersungkur di lantai yang dingin itu.

"OGI? STOP! Kenapa setiap ada hal yang berhubungan sama Piti, pasti Lo selalu sensi?! Emang Lo siapanya Piti? Sodaranya? Bapaknya?"

"Atau dia adik Lo?" Tak puas hanya sekali, Ogi mendekat dan menarik kembali kerah kemeja Ander dan Ander mencoba memberontak namun tenaganya tidak sebanding dengan Ogi.

Satu pukulan mendarat diperut Ogi membuat cengkraman itu terlepas membuat Ogi menabrak meja dibelakangnya.

"CUKUP, KALIAN!! KALIAN MAU BIKIN KETIBUTAN DISINI? KALIAN MAU BIKIN LOG-IN HANCUR?" pekik Monsi sembari menahan tubuh Ogi yang ingin kembali melayangkan pukulan ke Ander.

****

Di panti, sebelum Gerry pamit untuk kembali ke kosnya dia menghampiri Gabriell yang sedang ngobrol bersama Piti. Karena besok dia akan mulai dikarantina di dorm untuk latihan. Jadi dia ingin menghabiskan waktunya dengan adiknya malam ini.

Gerry masuk setelah mengetuk pintu kamar itu, terlihat Gabriell bersama adik kiciknya disana.

"Pit, kak Gerry mau ngomong berdua sama Gab. Boleh Lo keluar dulu?" Ucapnya yang masih berdiri didepan pintu kamar itu.

Kepalanya menoleh ke sumber suara, "Kenapa, kak Ger?"

"Ngomong aja ngapain suruh Piti keluar?" Tanya Gabriell ditempat.

Restu Waktu || Fresty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang