16. Sulit Menerima Kenyataan

51 11 11
                                    

SEBELUM BACA HARUS VOTE!
KOMEN BEBAS, ASAL DENGAN BAHASA YANG BAIK.

FYI: Judul beserta cover sudah diganti yaa.. Semoga kalian suka dengan judul baru cerita ini. Perubahan judul sama sekali tidak merubah keseluruhan alur.

Judul awal : JG2O & PITI
Judul akhir : Restu Waktu | Fresty

Happy Reading!

"Ogi, ayah ingin bicara sama kamu" suara bariton dari ruang tengah menghentikan langkah laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ogi, ayah ingin bicara sama kamu" suara bariton dari ruang tengah menghentikan langkah laki-laki itu. 

Langkahnya terhenti tanpa berbalik menatap pria yang memanggilnya. "Sibuk." Jawabnya singkat.

Pria itu bangkit dari duduknya, menatap punggung yang masih bergeming membelakanginya. "Ayah minta waktu kamu sebentar saja, Nak"

"Tolong, Ogi. Ayah ingin bicara" pinta pria itu dengan memohon. Laki-laki itu membalikkan badannya menghadap sang ayah tanpa mengatakan apapun.

"Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini sama Ayah kamu?" Tanya Bima, untuk kesekian kali. 

"Ogi rasa, Ayah udah tau jawabannya?" Ucapnya masih bergeming ditempat.

"Apa? Kasih tau Ayah!" 

"Kalau ayah jadi Ogi, apa yang bakal ayah lakuin saat tau kalau orangtuanya tega menyingkirkan anak kandung demi menginginkan anak angkat?!" Ucap Ogi dengan penuh penekanan, lalu berbalik badan dan melanjutkan jalannya ke pintu utama meninggalkan ayahnya.

"Ogi, tunggu! Ayah belum selesai bicara, tolong dengar penjelasan ayah! Kamu mau kemana?" Pekik pria itu yang akan mengejar namun dihentikan oleh jawaban putranya.

"Basecamp."

Pria itu menatap punggung putranya hingga benar-benar hilang dari pandangannya. Setidaknya anak itu memberitahu kemana dia akan pergi. Sayangnya, anak itu selalu mengungkit masalah itu ketika berdebat dengannya. 

Sebenci itukah putranya kepadanya? Bima tidak tau apapun mengenai ini semua, jujur Bima juga merasakan kehilangan yang sama.

***

Diruang tertutup tanpa ada jendela satupun, dan cermin kaca berukuran besar yang menempel hampir disemua dinding.  Dari sekian banyaknya peserta audisi, mungkin yang sering dia ajak ngobrol hanyalah Gisel.

Melihat cewek itu yang menyendiri dari pagi, membuatnya ingin menghampiri dan memastikan keadaannya. 

"Lo kesini sendiri?" Tanya Gabriell setelah duduk disebelah Gisel. 

Cewek itu menggeleng lemah. "Berdua, cuman dia udah tereliminasi kemarin." Gisel menjawab dengan lesu. Tak ada semangat diwajahnya.

"Cowok yang kemarin itu? Pantesan gue perhatiin dari kemarin Lo murung terus"

"Harusnya gue aja yang keluar, bukan malah dia. Padahal ini impian dia sedari kecil"

"Jadi, kalian udah temenan dari kecil?" Gisel mengangguk sembari menatap Gabriell. 

Restu Waktu || Fresty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang