Hallo haloo
Asal mana aja nihh?HARAP VOTE SEBELUM BACA!
BOLEH KOMEN BEBAS, ASAL DENGAN BAHASA YANG BAIK.Happy Reading!!
'Tidak ada teman, tidak ada keluarga, tidak ada rumah.'
∆∆∆∆∆∆
Suasana dimeja makan malam ini lumayan ramai karena banyak sekali hidangan. Tidak ada acara apapun, melainkan hanya makan malam biasa. Ada orangtua Ogi, om Alex, Ander, Monsi, dan Ogi sendiri.
Mereka tengah berbincang sembari menikmati makanan.
"Monsi, gimana perasaannya udah di semester akhir?" Tanya Dini membuka suara.
"Wahh, lumayan sibuk, Tan. Lagi ngurus skripsi aduh pusing. Habis itu tinggal nunggu wisuda" Monsi menjawab sembari terkekeh kecil.
"Terus kamu setelah wisuda mau ngapain?" Disusul Bima.
"Rencananya mau terusin usaha bunda, cuman karena aku gabung Log-in jadinya belum tau kedepannya kayak gimana" jelas Monsi.
Pertanyaan selanjutnya diberikan ke cowok yang lain. "Kalau kamu, Ander?" Meski sudah tahu akan menerima jawaban apa, Bima tetap bertanya pada anak dari sahabatnya itu.
"Masih nganggur, om." Jawabnya sembari cengengesan.
"Si Ander mah walaupun nganggur, bapaknya pemilik agensi. Ngalir terus itu duit tiap hari, pasti" sahut Monsi disela kunyahannya.
"Asal jangan bikin ulah aja kaya kemarin" celetuk Alex. Melirik putranya.
Semua orang di meja makan tertawa menyaksikan interaksi sepasang bapak dan anak itu.
"Berantem itu wajar, namanya juga anak muda, terutama cowok. Apalagi soal rebutan cewek, tapi itu nggak baik buat pertemanan kalian." Nasihat Bima.
"Menurut Mama, keputusan om Alex itu sudah benar" pungkas Dini, semuanya diam mendengarkan dan melanjutkan makan mereka.
Melihat putranya tak ikut bersuara, Bima memberanikan diri untuk bertanya. Pria itu sedaritadi memperhatikan, "Ogi, beneran nggak mau Ayah bantu cari asisten baru?"
"Nggak." Jawabnya singkat tanpa menatap sang ayah.
Meski sudah tertawa bersama, sepertinya cowok itu masih enggan untuk merespon baik ucapan sang ayah. Bima, pria itu tidak pernah hilang kesabaran untuk menghadapi putranya. Mungkinkah putranya masih marah padanya?
"Jawab ayahmu dengan sopan, Gi" tegur Dini dan hanya disenyumi saja oleh cowok itu.
Kedua temannya diam memperhatikan, tidak ada satupun yang berani menegur ataupun bersuara jika Ogi sudah berbincang dengan Bima.
SKIP
Piti sudah pulang ke panti, dan dia saat ini sedang vidio call bersama kakak keduanya. Saat di tempat les tadi, Gerry mengirim pesan untuk adiknya supaya nanti setibanya di panti, harus memberi kabar. Karena ia ingin mengajaknya ngobrol sebentar.
"Abis ini Lo tidur, jangan begadang, oke?" Perintahnya dari seberang sana. Meski berjauhan, tetap saja abangnya yang satu itu masih posesif padanya.
"Iya. Kak Gerry belum pulang?" Tanya Piti, menyadari background abangnya bukan seperti kamar kos.
"Sebentar lagi kakak pulang, tinggal nunggu beberapa pelanggan abis itu tutup toko, baru bisa pulang" jelasnya dan gadis itu hanya ber-oh-ria saja.
"Kak Gerry.."
"Sebentar, Pit" terlihat disana Gerry tengah sibuk melayani pelanggannya.
'Kalau misalnya gue kasih tahu ini, apa kak Gerry bakalan marahin gue, ya?' batinnya, masih mencoba mengumpulkan niat untuk bercerita.
"Maaf tadi kak Gerry tinggal, Lo mau bilang apa?" Tanyanya setelah kembali.
"Ng-nggak jadi, kak" jawab gadis itu sambil cengengesan.
Dahi cowok itu mengkerut, "Kenapa? Ada cowok yang deketin Lo?" Memang, tebakan abangnya itu tidak pernah meleset. Selalu saja tepat sasaran.
'Kok kak Gerry bisa tau, ya? Padahal kan gue belum bilang apa-apa' Piti membatin.
Apakah Gerry cenayang? Pikirnya.
"Bukan gitu, kak. Tapi, iya emang ada sih"
"Seriously? Siapa orangnya? Sini suruh temuin gue" wajahnya langsung memenuhi layar hp Piti.
"Ada lah pokoknya, kak Gerry jangan tau dulu"
Gerry menjauhkan wajahnya dengan raut kecewa, "Kalian berdua kenapa kompak banget nutupin sesuatu dari gue? Ada apa ini sebenarnya?" omelnya dari seberang sana, tidak peduli dengan orang sekitar yang mungkin sudah menatapnya aneh karena bicara sendiri.
Jujur, dari lubuk hati Gerry paling dalam, sedalam Palung Mariana. Dia merasa bahwa dirinya tidak tau apapun tentang kedua adiknya.
"Nanti Piti kasih tahu, jangan di call"
"Besok kak Ger ke panti. Yaudah gue mau lanjut kerja, Lo harus tidur abis ini"
Panggilan berakhir. Gerry melanjutkan kerjaannya, sedangkan Piti lanjut scroll tigtog.
Kalau kata Jorgie, Piti itu ibarat 'Macan betina keras kepala' mana mungkin dengan sebegitu mudahnya gadis itu menurut. Walaupun tak lama ia langsung tidur, tapi kalau belum scroll rasanya seperti ada yang kurang.
∆∆∆∆∆
11 Tahun yang lalu
Di ruang kedap suara. Seseorang yang biasanya terlihat baik-baik saja, tetapi menyimpan beribu kerinduan. Seorang anak yang baru masuk SMP, setiap harinya hanya berdiam diri di kamar setelah pulang dari sekolahnya.
Di sekolah dia menjadi ceria, menularkan tawa kepada semua orang. Berbeda ketika tiba di dalam kamarnya, anak itu pendiam, murung, dan menjadi tidak banyak bicara.
"Tahu begini, aku nggak mau ikut mereka" gumamnya.
Bukan hanya sekali-dua kali, tapi berkali-kali dan itu dia ucapkan hampir setiap hari.
"Aku pengen pulang"
Dia sudah dirumah, tapi ini bukan rumahnya. Dia rindu keluarga, tapi disini juga keluarganya. Baginya, rumah yang betul-betul rumahnya hanya dimana dia sebelum di rumah ini.
Tidak ada teman, tidak ada keluarga, tidak ada rumah.
Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita berjalan mendekatinya. Dia sama sekali tidak peduli dan malah bermain dengan hamster berbulu putih-coklat kesayangannya.
"Jorgie, anak mama. Makan dulu, yuk?"
.
.
.
TBC.
'Macan betina keras kepala' menurutku cocok untuk Fresty disini.
Silahkan keluarkan unek-unek kalian, terserah apapun itu.
Akan aku ajak kalian sedikit demi sedikit kembali ke masa lalu. Ayo bantu Piti menemukan kakak sulungnya.
Jangan lupa buat follow akun ini..
-Call me 'Kael' 🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
Restu Waktu || Fresty [END]
Random"KAK GERRY NGGAK KANGEN SAMA KAK JOGI?!" "Cukup, Piti! Gue nggak mau lagi denger nama dia disebut lagi. Dia udah ingkar janji!" Tekan Gerry kesal. *** Ikuti perjalanan seorang gadis SMA yang terpisah waktu dia umur 4 tahun dengan sang kakak. Akanka...