19. Kekhawatiran Adik

44 10 5
                                    

HARAP VOTE SEBELUM BACA!
BOLEH KOMEN, ASAL DENGAN BAHASA YANG BAIK.

Happy Reading!

"Tidak ada tangisan, kecuali tangisan bahagia"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak ada tangisan, kecuali tangisan bahagia"

-Gerry Gevarell

∆∆∆∆


Gerry sudah tiba dipanti, dan Piti masih didalam kamarnya. Gerry masuk begitu saja karena memang pintunya belum dikunci. Sedikit panik karena tadi panggilan dari adiknya berakhir begitu saja.

"Loh, Gerry? Kamu disini?" Tanya wanita yang menghampirinya dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya baru selesai menidurkan Maikel.

"Piti mana, Bu?" Tanya Gerry setibanya wanita itu dihadapannya. 

"Dia di kamarnya, ada apa Gerry? Kamu kelihatan kayak panik gitu."

"Tadi Piti telfon terus tiba-tiba bilang suruh Gerry kesini. Katanya mau ajak jemput Gabriell"

"Jemput Gabriell, gimana maksudnya?" Tanya wanita itu bingung. 

Kepala Gerry menggeleng. "Nggak tau, Bu. Bentar, Gerry samperin dia"

Saat hendak masuk ke kamar adiknya, dia langsung berhadapan dengan Piti. Gadis itu sudah siap dan tinggal berangkat. 

"Ayo, kak Ger" ajaknya, menarik lengan cowok itu keluar. 

"Tunggu, Pit. Ada apa ini, kenapa Lo suruh kakak kesini? Terus jemput Gab?" Gerry menahan langkahnya.

"Kak Gab di sana sakit, kak. Dia nggak ada yang ngurus, ini semua gara-gara Piti. Piti yang bikin kak Gab sakit" jelas Piti. Matanya kembali mengeluarkan cairan bening yang sangat berharga itu. 

"Hey, kenapa nangis? Iya-iya, ayo sekarang kita jemput kak Gab" ucap Gerry dan gadis itu mengangguk. 

"Kami pergi dulu ya, Bu. Assalamualaikum." Pamit keduanya dan diangguki oleh Tutik. 

"Waalaikumsallam, hati-hati kalian"

****

Sementara, Gabriel hendak bangkit dan berjalan keluar. Dia berjalan keluar sembari meremas perutnya. Dia ingin ke kamar mandi karena merasa mual, di sana dia papasan dengan Gisel.

Melihat jalannya yang tak seimbang, Gisel datang menghampiri Gabriel dan membantunya jalan.

"Lo kenapa, Gab? Astaga, badan Lo anget. Lo sakit?" Gisel panik setelah memegang lengan cowok itu yang terasa hangat. 

"Gue nggak apa-apa, cuman mual pengen muntah" jawab Gabriel dengan suaranya yang terdengar lemas. 

"Kalau masuk angin, nggak mungkin. Lo punya magh? Lo belum makan?" Gisel menebak yang terjadi pada temannya itu. 

Restu Waktu || Fresty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang