27. Pernyataan Menyakitkan-Ending

38 5 0
                                    

SEBELUM BACA, KAEL CUMAN MAU NGASIH TAU KALAU INI CHAPTER TERAKHIR.

JIKA SELAMA INI ADA TUTUR KATA DARI KAEL YANG BIKIN SATU DARI KALIAN TERSINGGUNG, MOHON DIMAAFKAN.

INTINYA VOTE NYA JANGAN SAMPAI LUPA.
DIKOMEN JUGA SEKIRANYA ADA YANG MAU DISAMPAIKAN.

UDAH ITU AJA.

HAPPY READING!

Hampir 15 menit mereka berdua hanyut dalam kesunyian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir 15 menit mereka berdua hanyut dalam kesunyian. Sedari tadi ponsel Fresty tidak berhenti berdering, diduga itu telfon dari Gerry.

Kakinya tidak beranjak dari tempatnya, masih menunggu jawaban dari pria didepannya. Dia sangat berharap bahwa yang didengarnya adalah kebenaran. Setidaknya jawaban pria itu akan membuktikan dugaannya selama ini.

Lebih dari 5 kali ponsel itu berdering, tapi Fresty masih enggan mengangkatnya.

"Jawab dulu, siapa tahu penting." Ucap Ogi padanya. Dia sedikit terganggu dengan dering itu.

"Saat ini nggak ada yang lebih penting daripada jawaban kak Ogi." Jawab Fresty cepat.

Ogi menghela nafasnya dengan kasar, kemudian berusaha bangkit dari duduknya. "Anterin dia pulang, Mon."

"Tapi, Gi.."

"Lo nggak denger, abangnya udah nyariin dia dari tadi?" Nada bicaranya meninggi, tubuhnya sudah membelakangi mereka berdua.

Monsi terdiam, lalu menoleh ke arah gadis disampingnya. "Ayo, Pit. Gue anterin pulang."

"Enggak mau! Kak Ogi jawab dulu pertanyaan dari Piti." Gadis itu enggan menyerah dan terus mendesak Ogi untuk menjawab pertanyaannya.

"Kalau gue jawab, emang bisa merubah keadaan? Enggak 'kan?" Kepalanya sedikit menoleh kebelakang, tanpa tubuhnya. Melirik gadis dibelakangnya hanya dengan sudut matanya.

"Jadi, bener?"

"Gue terlalu malu buat jawab. Gue ngerasa nggak pantes buat ketemu sama Lo lagi, gue merasa bersalah. Maafin kakak, Pit." Dia bicara dalam hati. Berusaha mengatur emosinya.

"Kak Jorgie, selama belasan tahun Piti nyari kakak, setelah kak Jorgie pergi tanpa pamit. Apa kakak tahu seberapa hancur hidup Piti?" Ucapnya, bersamaan dengan meluruhnya cairan bening dari kelopak mata cantiknya.

"Setiap hari gue nangis sampai sakit berharap kakak bisa balik lagi, tapi ternyata semuanya percuma, sia-sia? Kalau Piti tahu kak Jorgie sama sekali nggak pernah mau ketemu lagi sama kami, harusnya nggak usah bikin janji!" Sambungnya dengan menekan kalimat terakhirnya.

Gadis itu kalah dengan pertahanannya, dia menjadi lemah. Berfikir bahwa pertemuannya dengan Abang sulungnya akan indah, tapi ternyata semenyakitkan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Restu Waktu || Fresty [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang