4

1.4K 103 0
                                    


Luna Pov

"Aku terjatuh" jawab Jana sambil meringis kesakitan. Saat aku lihat ternyata hak sepatunya patah. Aku yakin itu penyebab Jana jatuh. Mataku tak sengaja mengarah ke lengannya yang memerah dan gelas kopi yang terjatuh dengan isi tumpah di dekatnya. Pasti lengannya terkena kopi itu.

"Ayo aku bantu" kataku sambil mengulurkan tangan membantunya berdiri

"Tolong bawa aku ke cafe seberang saja" katanya sambil mengalungkan tangannya dibahuku untuk dibantu berjalan.

Ditiap langkah kami menuju ke cafe seberang jalan dia meringis kesakitan. Aku sendiri sampai tidak tega melihatnya.

Saat melihat aku memapah Jana masuk langsung ada karyawan menghampiri kami. Menanyakan apa yang terjadi. Tak lama ada seorang karyawan pria mendatangi kami. Sepertinya manager cafe. Dia berinisiatif untuk membawa Jana ke rumah sakit agar mendapat perawatan memadai. Aku pun memapah Jana lagi menuju sebuah mobil yang sudah disiapkan oleh si manager di depan pintu cafe. Ku dudukkan Jana perlahan di kursi belakang mobil. Aku melihat mobil itu melaju membawa Jana sampai tak terlihat.

Aku pun menuju motorku untuk pulang. Selama perjalanan pikiranku tertuju pada Jana, Jana dan Jana.

Tadi saat aku memapahnya aku bisa memandang fitur wajahnya dari dekat, sungguh definisi cantik pantas tersemat padanya. Eh..sepertinya baru pertama kali ini aku memuji sesama perempuan seperti ini.

Selesai mandi aku pun langsung memposisikan dengan nyaman tubuhku di kasur. Aku melihat jam dinding menunjukkan pukul 10 malam. Aku membuka ponselku. Menggulir sosial media sampai rasa kantuk menyerang.

.

Setelah menolong Jana, kemarin aku sempatkan mampir ke cafe untuk membeli kopi dan menanyakan Jana pada karyawan disana. Karyawan disana mengatakan Jana sudah baik-baik saja. Tidak ada luka serius, hanya cukup beristirahat untuk memulihkan keadaannya. Aku bersyukur tidak ada luka serius padanya.

Aku sempat stalking pada akun sosial media Bu Naira untuk mencari sosial media Jana tapi tidak berhasil. Aku hanya ingin tahu keadaannya. Namun aku sudah lega saat mendengar jawaban dari pegawai cafe itu. Cukup untuk meredakan rasa penasaranku tentang Jana saat ini.

Hari ini hari Sabtu, aku sedang bermalas malasan di kamar. Biasanya agendaku di hari Sabtu adalah bersih-bersih kost an. Ponselku berdering saat aku lihat ada pesan dari kakakku.

Mas Bima
Dek kamu sehat?

Luna
Sehat mas. Mas sendiri gimana?

Mas Bima
Agak stres dikit😅.

Luna
Itu kayaknya dari dulu mas😭

Mas Bima
Dek mas mau ngomong..mas udah 2x kemaren lihat ayah dateng ke rumah ibu sambil marah marah. Waktu pertama kali mas tanya ke ibu kenapa, sama ibu cuma di jawab gak ada apa apa.

Trs waktu ke 2x nya mas desak ibu. Ternyata ayah minta uang ke ibu. Katanya ada hak ayah di tiap uang yang kamu kasih ke ibu.

Luna
Mana ada hak dia di uang yg aku kasih ke ibu. Ayah kenapa sih mas selalu usik ibu. Aku memang gak kasih uang ayah sebanyak dan sesering ngasih ibu. Tapi pasti ada aku kasih

Mas Bima
Setelah mas cari info trnyata motor ayah udah kejual dek buat belikan selingkuhannya motor baru. Istrinya tau trs marah dan nyuruh minta uang hak ayah ke kita buat beli motor lagi.

Luna
Aku udah gk habis fikir sama ayah. Apa masih kurang selama ini nyiksa aku, mas dan ibu. Aku titip ibu ya mas. Kan aku gk bisa jaga beliau dari dekat

Mas Bima
Udh kamu tenang aja disana. Disini ada mas yang jagain ibu. Nanti biar mas datengin ayah.

Luna
Nanti aku juga akan telpon ayah

Ku lempar ponselku ke kasur. Aku udah gak tau lagi harus gimana bersikap sama ayah. Bisa bisanya setelah pisah sama ibu masih berani dateng ke rumah minta uang. Untung ada kakakku yang bisa menjaga ibu. Rumah kakakku tepat disamping rumah ibu dan masih satu pekarangan. Hal itu membutku lega karna ibu tidak benar-benar sendiri dirumah. Anak kakakku juga sering menginap di rumah ibu.

Aku ingat dulu meskipun kakek nenek dari pihak ayah kehidupannya berkecukupan tapi tidak dengan kehidupanku. Karna sifat ayah yang suka selingkuh membuat jarang memberi nafkah ke ibu. Ayah juga jarang pulang pada saat itu. Sering kali kami hanya hidup dari gaji ibu sebagai buruh pabrik. Tak jarang aku dan kakakku makan hanya dengan nasi dan kerupuk. Masa masa itu yang mendewasakanku lebih cepat.

Terbiasa tersakiti. Sulit mengungkapkan apa yang aku rasa secara langsung. Karna terbiasa memendam semua kesakitan itu sendiri. Aku ingin bercerita pada ibu tapi saat melihat beliau lelah pulang bekerja membuatku mengurungkannya, takut menambah beban beliau. Ingin bercerita pada kakakku tapi pada saat itu aku merasa kurang nyaman berbagi padanya.

Dulu tiap melihat teman sekolah yang memiliki keluarga yang harmonis, aku selalu iri. Karna aku tidak punya kesempatan memilikinya. Saat aku sudah tidak sanggup menahan beban dihati biasa aku akan menangis di dalam kamar. Menyalurkan amarah, kekecewaan dan iri yang membuat sesak.

.

Hari Minggu aku berencana akan pergi nonton. Mira dan Elsa mengajakku pergi. Aku sudah selesai bersiap tinggal menunggu Mira datang menjemputku.

Kami sudah bersiap masuk dalam theater. Popcorn dan minuman juga sudah ada di tangan.

"Kita gak salah nih nonton horor? Kalian kan penakut"

"Kata siapa. Berani kok kita. Iya gak Mir?" Jawab Elsa

"Iya dong. Review film ini di sosmed bikin gue sama Elsa penasaran Lun. Makanya gue pengen lihat"

"Kan...kan bener kata gue. Kenapa nonton ini sih? Lihat nih ulah kalian?" Kataku pada Elsa dan Mira yang duduk di kanan dan kiriku. Lampu theater sudab menyala, menandakan film sudah selesai diputar.  Rambutku kusut gara-gara mereka berdua ketakutan lalu bersembunyi di bahuku sambil sesekali tak sengaja menjambakku. Bahkan ada beberapa pop corn yang melekat dirambutku. Ku rasa cukup sekali aku menemani mereka nonton film horor. Sudah angkat tangan.

"Maaf ya Lun. Ini semua salah hantunya karna kagetin kita. Ya gak sa?"kata Mira dan disetujui Elsa.

"Kiti siipi. Birini kik kiti" cibirku ke mereka.

Keluar dari bioskop Elsa ditelpon mamanya diminta untuk segera pulang. Aku dan Mira sepakat untuk mampir di restauran dekat bioskop untuk makan malam. Selesai makan Mira mengantarku kembali ke kost an.

"Mir tolong turunin gue di depan cafe biasa gue ngopi ya, ntar pulangnya gue jalan kaki aja" kata ku ku Mira saat tau akan melewati cafe langgananku.

"Jangan pulang malem-malem. Besok kesiangan lu" kata Mira saat mobilnya berhenti tepa di area parkir cafe

"Siap bos"

.

Aku masuk ke dalam cafe langsung menuju tempat memesan. Menunggu beberapa menit, akhirnya kopiku sudah jadi. Aku memilih menuju taman seberang sebagai tempat menghabiskan kopiku.

Aku berjalan pelan menuju tempat duduk terdekat. Ada beberapa anak bermain basket dan orang-orang yang sedang duduk menyebar di sekitar lingkungan taman selain aku. Malam ini bulan purnama dan cuacanya sedang cerah. Bulan terlihat jelas dari tempatku duduk.

"Permisi" kata seseorang mendatangiku

Aku pun reflek menoleh ke sumber suara. Dan apa yang aku lihat. Jana berdiri disana dengan bantuan alat jalan tongkat siku di kedua tangan. Kaki kanannya diperban elastis. Ada perban juga yang melingkar di lengannya.

"Aku boleh duduk sebelah kamu gak?" Tanyanya padaku

"Eh silahkan"

Dengan hati-hati duduk disebelahku. Aku pun membantu merapikan alat bantu jalannya dan menempatkannya di sebelahku agar tidak mengganggu duduknya

Bersambung

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang