14

1.1K 92 4
                                    

Author Pov

Rabu malam tiba, hari ini Luna tidak lembur jadi dia bisa menepati janjinya pada Kia. Luna sempatkan pulang ke kost untuk mengganti baju.

Saat sampai lapangan, tampak sudah ramai. Luna bisa melihat Kia sedang bergerombol dengan temannya. Disisi lain lapangan Luna juga bisa melihat calon lawan Kia.

Luna menghampiri Kia untuk menanyakan kesiapan bermain. Kedua tim sudah siap, Luna memulai meniup peluit tanda permainan dimulai.

Menit demi menit berlalu. Benar tidak ikut bermain, tapi Luna tampak berkeringat juga mengikuti pergerakan bola dan para pemain.

Permainan telah berakhir. Tim Kia menang tipis dari lawan. Setelah cukup beristirahat sebagian teman Kia meminta izin untuk pulang terlebih dahulu.

"Kak aku mau pulang. Kakak mau ditraktir sekarang?" Tanya Kia pada Luna

"Besok-besok aja Ki. Nanti Kakak yang tagih kamu. Kakak pinjem bola basket kamu ya. Nanti kakak balikin ke rumah" jawab Luna

"Iya gpp. Yaudah aku balik dulu ya kak"

Lapangan mulai sepi. Luna tetap duduk sambil memainkan bola ditangannya.

"Rasanya baru kemarin aku bermain basket disini dengan Jana. Ternyata sekarang tinggal kenangan" kata Luna dalam hati.

Mengingat kebersamaannya dengan Jana di taman ini membuat Luna sedih. Luna mengambil air meneral dan meminummya. Luna berdiri meraih bola dan mulai memainkannya.

Entah sampai berapa menit Luna tidak sadar. Sampai tiba-tiba ada tangan yang merebutnya. Saat menoleh Luna lihat Jana disana, tanpa senyum. Hal ini seperti dejavu bagi Luna. Dia pun tersadar, lalu mencoba mengimbangi permainan Jana.

"Kamu dari mana saja minggu kemarin?" Kata Jana dengan ketus ditengah permainan mereka.

"Kegiatan kantor" jawab Luna berhasil merebut bola dan memasukkan ke ring.

"Kamu marah sama aku?" kata Jana sambil menguasai bola.

"Tidak" jawab Luna dengan singkat.

Jana berhenti, bola di tangan Jana.

"KAMU ITU KENAPA SIH. KAMU GAK SADAR YA KALO AKU ITU CINTA KAMU. AKU CINTA KAMU LUNA" Teriak Jana sambil melempar bola ke arah Luna.

Jana tampak menangis sambil bergumam dia mencintai Luna.

Luna yang mendengar itu kaget. Dia terdiam mencoba mencerna ucapan Jana.

Melihat reaksi Luna. Jana berjalan ke arahnya sambil menangis. Jana memegang pundang Luna.

"Luna aku cinta kamu" kata Jana

"Tapi sudah terlambat Jana" kata Luna dengan lirih. Airmata Lunapun jatuh

Jana menangis sejadinya mendengar perkataan Luna. Meskipun dia tidak begitu mengerti maksutnya.

"Kamu sudah milik Rehan. Aku terlambat" kata Luna

Jana terdiam mendengar perkataan Luna.

"Sejak kapan aku milik Rehan?"

"Bukannya Rehan pernah menembakmu di cafe dan kamu menerimanya"

Mendengar itu Jana memukul pundak Luna lalu memeluk Luna dengan erat sambil melanjutkan menangis.

Sedangkan Luna tampak bingung dengan respon Jana. Bukankah yang dia katakan adalah kebenaran yang dia lihat sendiri. Jana melepaskan pelukannya. Dia membelai wajah Luna. Wajah yang dia rindukan hampir sebulan ini.

"Aku tidak pernah menjadi milik Rehan. Kamu salah paham. Aku menolaknya waktu itu. Aku sadar kamu disana waktu melihatmu keluar dari cafe. Setelahnya aku mencarimu kemana-mana tapi tidak ketemu" kata Jana

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang