12

1K 89 4
                                    

Luna Pov

Sejak kejadian saat gathering, aku dan Jana makin dekat. Beberapa kali Jana bermain ke kost. Sepertinya Kostku jadi salah satu tempat favoritnya.

Aku juga belum menjelaskan apa-apa pada Kak Andin, karna aku bingung harus bicara dari mana. Apalagi perasaanku pada Jana makin menjadi. Rasanya ingin diungkapkan tapi aku takut ditolak ataupun resiko lainnya yang akan timbul.

Tak jarang kami akan menghabiskan malam untuk bercakap lewat telpon jika sehari kami tak bertemu.

Hari ini akan ada rapat evaluasi bersama Bu Naira. Ini kali pertama kami akan bertemu setelah saat gathering waktu itu. Rapat berjalan lama sampai saat makan siangpun rapat belum usai. Bu Naira membabat habis kami semua. Tidak biasanya Bu Naira mengomentari hal-hal kecil seperti saat ini.

Aku lihat jam pada ponselku sudah pukul dua siang. Akhirnya rapat selesai. Kami segera keluar ruangan rapat, agar bisa segera mengisi perut.

Baru saja aku keluar ruangan rapat, sekertaris Bu Naira memanggilku. Katanya ada yang ingin dibicarakan berdua. Aneh...aku merasa tidak ada urusan apapum dengannya. Aku pun di arahkan menuju ruangan rapat yang ukurannya lebih kecil dari pada ruangan yang digunakan tadi.

Tapi saat kami akan masuk, sekertaris itu berkata bahwa Bu Naira lah yang ini berbicara dengan ku. Aku bisa melihat Bu Naira sedang berdiri di depan jendela. Akupun berjalan menghampirinya.

"Apa yang kamu inginkan dari mendekati Jana?" Katanya saat aku berdiri disampinnya

"Tidak ada. Tidak pernah sekalipun saya ingin memanfaatkannya"

"Jangan munafik" katanya lagi tanpa menatapku

"Saya berkata jujur. Saya hanya pelanggan di cafe nya yang kebetulan menjadi teman dekat"

"Jika aku menemukan kamu mencoba memanfaatkan dan menyakitinya. Bukan hanya memecatmu, aku bahkan akan buat kamu tidak bisa bekerja di kota ini. Aku tau latar belakangmu" Kata bu Naira dengan tegas lalu pergi meninggalkanku sendirian.

Setelah aku menenangkan diri beberapa menit, aku memutuskan untuk kembali ke ruanganku. Aku mengabari temanku bahwa aku tidak jadi bergabung makan siang di cafetaria. Nafsu makanku sudah hilang. Rasa rendah diriku kembali muncul. Menggerogoti tiap rasa pecaya diriku untuk mendekati Jana.

Baiknya saat kembali ke ruangan Mira membawakan beberapa roti dan susu untuk mengganjal perutku. Mereka berempat tidak ada yang bertanya alasan kenapa aku dipanggil. Seperti tau bahwa aku sedang tidak mood membahasnya.

Malam harinya saat Jana menelponku. Kami tetap ngobrol seperti biasa. Aku berusaha untuk baik baik saja. Aku tidak ingin Jana tau keresahanku dan alasannya. Dalam percakapan kami, aku memberitahunya bahwa teman dekatku semasa kuliah akan berkunjung ke kota ini saat weekend minggu ini. Aku berencana akan mengajaknya jalan-jalan.

Aku beralasan sudah mengantuk untuk mengakhiri obrolan kami. Tapi nyatanya tidak. Tidak ada setitik kantuk, yang ada malah semakin ramai pikiranku.

Aku berpikir apakah aku pantas bersama Jana sebagai pasangan. Kuatkah aku dipandang rendah mengenai finansial jika kami bersama.

.

Sabtu siang, aku sudah siap menunggu temanku menjemput. Dia teman baik sejak kuliah, kotanya sekitar 4 jam dari sini. Dia sudah sampai sejak kemarin, menginap di hotel.

Tidak lama temanku menghubungi mengatakan dia sudah berada depan kostku. Segera keluar, aku melihat dia berdiri depan mobilnya.

"Anjay botak beneran lu Kai" kataku saat sampai di depannya

"Dateng-dateng bukannya nyapa malah mengehina" katanya sambil memelukku singkat

"Gimana kabar lu?" Tanya Kai

"Baik Kai. Lu sendiri?" Tanyaku

"As you can see. I m good"

Kai ini salah satu teman laki-laki yang dekat denganku. Kami sudah berteman sejak awal masuk kuliah. Dulu dalam
gerombolan kami ada 2 orang wanita dan 3 orang laki-laki. Dua orang wanita termasuk aku itu mudah berbaur dengan 3 orang laki-laki dalam kelompok kami. Tapi aku dan teman wanita ku tetap diperlakukan seperti princess oleh 3 orang tersebut.
Sekarang kami berlima berpencar, ada yang kembali ke kota asalnya, ada yang pergi merantau ke pulau sebrang, ada yang sedang melanjutkan S2 di luar negeri. Hanya aku yang tetap tinggal di kota ini.

Kai sendiri dulu sering meminjamiku uang jika ibu belum memberi ataupun kalau aku sepi tidak ada pekerjaan sampingan. Dia juga yang membantuku mendapatkan beasiswa swasta dari perusahaan besar.

"Lu botak beneran kai. Gue gak nyangka" kataku memecah keheningan dalam mobil.

"Kan lu tau sendiri pas jaman luliah rambut gue sering rontok. Gue sempet tanya papa, ternyata beliau dulu juga gitu. Makanya sampe sekarang botak"

"Mungkin faktor keturunan juga Kai. Trus lu kemaren jadi ketemu dokter buat tanem rambut?"

"Jadi dong. Rencananya gue bakal tanem rambut di turki dua minggu lagi.

"Wihh..semoga lancar ya sob. Trus rambut lu jadi tumbuh subur"

"Amiin. Gimana kerjaan lu?"

"Aman. Biasalah problem budak korporat macem gitu gitu aja. Usaha keluarga lu gimana?"

"Sempet turun juga kemarin untung sekarang udah stabil"

Kai ini keturunan tionghoa yang sibuk mengelola bisnis keluarga. Dulu sempat ingin menolak, tapi diancam akan dicoret dari daftar warisan makanya nurut. Masih sayang harta katanya waktu itu.

Kami sudah sampai di mall. Rencananya kami akan nonton horror, belanja, makan dan bermain di arcade zone.

.

Selesai nonton kami memutuskan makan  dulu karna sudah waktunya makan siang. Kami memasuki restoran sushi. Saat memilih menu aku tidak sengaja melihat Jana duduk di salah satu meja dengan Rehan. Rehan tampak memegang tangan Jana membersihkan sesuatu. Aku segera mengalihkan pandanganku agar Kai tidak bertanya.

Pesanan kami sudah tiba. Kami menikmatinya dengan lahab. Jana dan Rehan berdiri tampaknya mereka sudah selesai makan. Selesai makan, Kai mengajakku berbelanja. Katanya dia ingin aku bantu memilihkan pakaian.

Setelah memilih beberapa pakaian dan meminta penilaianku, Kai izin untuk mencobanya. Aku menunggunya sambil duduk, lagi-lagi aku melihat Jana dan Rehan di toko sebrang sana sedang berbelanja juga. Mereka tampak serasi, tapi hatiku juga sedih melihatnya. Ingin menangis tapi malu pada Kai. Aku mencoba mengirim pesan pada Jana menanyakan dia sedang dimana. Tapi belum di balas.

"Nanti kita night ridding pakek motor yuk Lun. Sambil makan soto daging tempat kita biasa makan dulu waktu kuliah. Ntar kita pamer sama yang lain di grup" Ajak Kai padaku

"Boleh. Berarti ntar balik ke kost dulu ambil motor"

Kami sempat mampir toko sepatu. Disana Kai memaksa membelikanku sepatu. Aku sudah menolak tapi kai mengancam akan memusuhiku jika tetap menolak, akhirnya aku menerimanya.

.

Author Pov

Luna dan Kai sampai di kost Luna untuk mengambil motor terlebih dahulu. Sesekali Luna melihat ponselnya. Belum ada balasan dari Jana membuat Luna makin resah. Tapi sebisa mungkin dia sembunyikan.

"Lu pakek helm ini kai" kata Luna menyerahkan helm miliknya pada Kai. Sedangkan Luna memakai helm yang khusus dibelikannya untuk Jana.

"Yuk berangkat" Kata Kai.

Kai dan Luna berkeliling dulu sebelum ke tempat soto daging langganan mereka. Melewati tempat-tempat yang sering mereka dan gerombolannya datangi semasa kuliah. Ngobrol dengan sesekali bercanda mengingat kebodohan mereka dahulu. Tapi tanpa Luna sadari ada seorang wanita melihat keakrabannya dengan Kai dari dalam mobil. Motor yang dinaiki Kai dan Luna berhenti disamping mobil Jana sambil menunggu lampu merah usai. Jana tampak sedih dan marah sekaligus melihatnya. Jana tidak rela melihat Luna berboncengan dengan orang lain. Jana rasa laki-laki itu sama dengan laki-laki yang bersama luna saat di toko sepatu tadi.

Makin tidak ada niatan Jana untuk membalas pesan Luna. Sebenarnya dia tadi berniat membalas pesan itu karna setelah dipikir dia akan kekanakan jika mengabaikan pesan Luna hanya karna melihat Luna dan seorang pria bersama di toko sepatu. Tapi sekarang dia malah melihat yang lebih menyakitinya.

Bersambung.

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang