16

1K 74 3
                                    


Author Pov

Setengah 7 malam Luna sudah berada di depan gerbang rumah Jana. Dia datang menggunakan taksi. Itu permintaan Jana, agar nanti saat pulang Jana punya alasan ke kost Luna.

Padahal Luna sudah menolak tapi Jana tetep ngotot. Akhirnya Luna menurutinya dari pada mereka bertengkar.

Luna memencet bel rumah. Tak lama pintu terbuka, Jana tersenyum menyambutnya. Luna memberikan bunga daisy kesukaan Jana. Dengan bahagia Jana menerimanya.

Jana menggandeng tangan Luna untuk masuk. Menyuruh Luna untuk duduk di kursi meja makan sambil menunggu Kakak Jana turun.

Tidak lama Naira menuruni tangan. Luna mulai merasakan kegugupan. Meskipun dia sebelumnya sudah bertemu empat mata dengan Naira.

"Kak ini tamuku Luna. Yang pernah aku kenalin waktu gathering kantor kemaren"

"Selamat malam Bu Naira" sapa Luna.

Naira hanya membalas dengan anggukan lalu duduk di kursi makan.

"Ayo kita makan dulu. Silahkan duduk Luna" kata Jana mencoba memecahkan kecanggungan diantara mereka.

Mereka makan dengan tenang. Jana terlihat melayani Kakaknya dan Luna dengan baik. Selesai makan Jana menyarankan pindah ke ruang keluarga karna ingin membahas sesuatu yang penting.

"Kak seperti yang pernah aku bilang ke Kakak. Kalo aku sedang menyukai seseorang. Dia seorang wanita dan wanita itu Luna. Sekarang aku dan Luna sudah memiliki hubungan khusus. Jadi aku mau minta persetujuan Kakak"

"Kakak udah tau. Kakak udah bicara sama Luna.......

" Kakak ancem Luna?" potong Jana saat mendengar Kakaknya sudah bicara dengan Luna

"Kakak kan sudah tau kalo aku cinta Luna. Bahkan Kakak orang pertama yang aku kasih tau meskipun setelah itu Kakak marah besar. Sekalipun Kakak nentang hubunganku, aku bakal tetep sama Luna. Kalo perlu aku pergi dari rumah ini" Kata Jana menggebu-gebu

Mendengar itu, Luna langsung menenangkan Luna. Tidak lucu jika dia menjadi saksi perang Batarayudha versi modern.

"Tenang dulu sayang, jangan teriak-teriak begitu" Kata Luna

"Udah? Gini kok mau pacaran. Yang ada pacarmu tertekan. Belum selesai ngomong udah disamber aja" Kata Naira pada Jana.

"Kalo dengan kamu pacaran sama Luna, kamu jadi memusuhi dan membangkang Kakak mending kamu gak usah pacaran. Luna biar Kakak buang keluar pulau sekalian. Kamu kira Kakak gak sanggup?"

Saat Jana akan menjawab, Luna menggenggam erat tangannya dan menggeleng pelan. Memberi tanda untuk diam.

"Kakak udah bicara empat mata sama Luna mengenai hubungan kalian. Selama kamu bahagia, Kakak akan dukung. Tapi kalau Luna berani macem-macem sama kamu, bahkan sampai kamu terluka. Dia akan berhadapan sama Kakak"

Mendengar itu, Jana tergesa menuju Kakaknya dan memeluknya erat.

"Makasih Kak. Makasih Kakak selalu bahagiakan aku selama ini" kata Jana sambil menangis di pelukan Kakaknya.

Sedangkan Luna masih terdiam tidak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Sayang sini" panggil Jana.

Luna pun mendekat ke arah Jana dan Nadira.

"Terimakasih sudah mengizinkan kami bersama Bu Nadira" Ucap Luna

"Kamu kira aku ini ibu kamu. Ibu....ibu. Panggil Kakak kalo dirumah"

Mendengar itu Luna tersenyum kikuk. Dia belum terbiasa, sungguh sangat mengejutkan bagaimana Naira memberinya restu.

Mereka bertiga bersantai di ruang keluarga cukup lama. Meskipun Luna masih malu untuk berbaur dalam pembicaraan.

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang