5

1.4K 96 2
                                    

Luna pov

"Namaku Jana" kata Jana mengulurkan tangannya padaku.

"Luna" jawabku dengan menerima uluran tangannya.

"Makasih sudah menolongku tempo hari"

Ku jawab dengan anggukan kecil. Tidak ada percakapan lagi. Aku pun bingung harus berbicara apa.

"Ini udah malem kok kamu masih di taman?" Tanyaku memecah kesunyian antara aku dan Jana, setelah hampir 10 menit kami saling diam bingung untuk memulai.

"Aku tadi duduk disana" tunjuknya pada bangku dekat lapangan basket.

"Trus karna aku lihat kamu disini makanya aku datangi. Aku masih menunggu kakakku menjemput" imbuh Jana

"Aku sering lihat kamu di cafe seberang dan di taman ini" kata Jana

"Aku suka kopi dari cafe itu lalu menikmatinya disana atau di taman"

"Makasih" kata Jana yang membuatku menatapnya bingung.

Melihat kebingunganku, Jana tersenyum

"Makasih sudah suka kopi dari cafeku" kata Jana

Aku pun akhirnya mengerti apa yang Jana maksut. Ponsel Jana berdering. Jana pun mengangkat panggilan itu.

"Kakakku udah jemput di parkiran cafe. Aku pamit pulang ya" kata Jana setelah mematikan panggilannya.

Aku berinisiatif membantunya berdiri.

"Ayo aku bantu jalan ke sana" kataku

Kami berjalan beriringan menuju cafe seberang. Aku membantunya menyebrang jalan. Saat memasuki parkiran cafe tiba tiba Jana sedikit oleng, aku pun reflek memegang pinggangnya. Sepertinya alat bantu jalannya menginjang batu yang tidak terlihat oleh Jana.

"Hati-hati" kataku sambil kembali menuntunya berjalan ke arah bu Naira

Saat sampai di samping mobil aku menyapa singkat Bu Naira. Aku tidak yakin beliau mengenalku. Beliau mengambil alih untuk menuntun Jana masuk ke mobil dengan hati hati. Lalu perlahan mobil mereka meninggalkan parkiran. Aku masih berdiri disana. Jantungku masih berdegup tidak normal. Rasanya aneh sekali. Apa gara gara memegang pinggang Jana tadi jadi seperti ini. Dasar jantung norak, gitu aja deg deg an.

Sepanjang jalan menuju kost aku masih menerka-nerka sebenarnya aku kenapa. Wajah Jana juga ikut bersliweran di pikiranku.

.

"Pagiku, cerahku
Matahari bersinar
Kugendong tas merahku
Di pundak..."

Senandungku sambil mengeluarkan motor dari parkiran kost. Pagiku diawali dengan suasana hati yang baik. Selama perjalan menuju kantor aku memikirkan apa yang harus aku kerjakan hari ini.

Sampai kantor dengan aman. Aku bertemu Elsa di parkiran. Kami berjalan bersama menuju ruangan kami.

"Nanti jangan lupa acara makan-makan ultah gue" kata Elsa padaku.

"Gak lupa kok tenang aja"

Mira dan Adi sudah datang. Saat melewati meja Mira, ku lihat Mira sedang cemberut.

"Kenapa lu Mir?"

"Lipstik chanel gue dipatahin Adi" jawabnya dengan lesu

"Sekarang lu lipstikan juga Di?" Tanyaku dengan tertawa.

"Gak sengaja elah Mir. Ntar gue ganti deh janji" jawab Adi

"Lu jadi cowok kepo sih. Segala lipstik lu kepo in" imbuh Elsa

Sahut-sahutan mulai terjadi antara Elsa dan Adi meramaikan ruangan kami. Adi memang jenis cowok yang friendly ke semua orang, sedikit lemes dan suka bergosip juga. Keriuhan itu terhenti saat Kak Andin masuk dalam ruangan. Kami mulai fokus pada kerjaan kami.

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang