19

968 75 0
                                    


Luna Pov

Setelah empat hari cuti, aku kembali ke kota perantauan. Mira hanya menginap semalam di rumah ibu, besok sorenya dia sudah pulang.

Saat ini aku sedang berada di cafe Jana. Dia meminta makan malam bersama disini tapi saat ini dia masih meeting di ruanganya.

Aku sedang asik memainkan ponselku ditemani minuman yang sudah aku pesan. Tiba tiba ada seseorang duduk di bangku depanku.

"Aku dengar Jana berpacaran denganmu?'

Aku diam tidak menjawab. Hanya menatap laki-laki itu.

"Seharusnya kamu sadar siapa Jana dan siapa kamu. Kamu yakin dengan gajimu di perusahaan mampu membelikan apa yang Jana inginkan?"

"Aku juga jamin pasti hubungan kamu dan Jana akan merusak reputasi Jana, Kakaknya dan perusahaan"

"Hubunganku dan Jana itu urusan kami. Lebih baik kamu diam" kataku

"Jangan terlalu percaya diri. Kamu bukan saingan imbang ku untuk mendapatkan Jana. Aku lebih segalanya darimu. Aku akan rebut Jana"

"Silahkan lakukan apapun yang kamu mau"

"Pasti diantara kalian, Jana lah yang sering mengeluarkan uang. Sadarlah diri Luna"

Aku hanya diam. Tidak mendapat respon yang dia inginkan, Rehan pergi begitu saja. Aku mencoba mengenyahkan tiap perkataan Rehan dari pikiranku. Aku tidak mau hal itu mempengaruhi moodku saat bersama Jana.

"Sayang..ayo kita makan di mall aja yuk. Aku pengen sushi" kata Jana saat datang padaku

"Yaudah ayuk"

Kami pergi ke mall untuk menuruti kemauan Jana.

.

Kami sudah memesan makanan tinggal menunggu pesanan datang.

"Karyawanku bilang tadi Rehan samperin kamu. Ada apa emang?"

"Gak ada apa apa. Cuma nyapa"

"Aku nanti nginep di kost ya yang?"

"Boleh. Tapi izin dulu sama Kakak" jawabku.

"Kamu aja ya yang izin kan?"

"Iya nanti aku telpon kakak"

"Makasih sayang"

Acara makan malam kami sudah selesai. Kami beranjak untuk membayar makanan. Di depan kasir Jana menyela saat aku akan mengulurkan kartuku untuk membayar. Jana meminta agar dia yang membayar.

Jana belum ingin pulang, memintaku untuk menemaninya membeli baju. Saat kami berkeliling, pikiranku tidak fokus pada Jana. Segala pikiran negatif mulai menyerangku. Aku mulai mengingat sejak awal kami dekat memang Jana yang lebih sering membayar tagihan tiap kami keluar makan. Dia tidak memperbolehkanku membayar.

"Sayang menurut kamu ini cocok gak buat aku?" tanya Jana

"Cocok. Dicoba dulu aja"

"Yaudah aku coba dikamar pas dulu"

Aku memilih tempat duduk terdekat untuk menunggu Jana. Aku ingat tiap kata yang Rehan ucapkan padaku. Apakah memang begitu? Apa aku gak pantas bersama Jana?

"Sayang udah. Aku jadi ambil ini. Yuk kita bayar" kata Jana sampai di depanku.

Kami berjalan menuju kasir. Entah kenapa, kali ini aku ingin mencoba membayar belanjaan Jana. Namun lagi-lagi niatku di tolak oleh Jana.

.

Kami sampai di kost dengan cepat karna jalanan tidak macet. Jana segera menuju meja riasku untuk membersihkan wajah. Sedangkan aku, duduk diranjang menatap punggung Jana. Rasa rendah diriku muncul, menguasai hati dan pikiranku.

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang