22

948 85 0
                                    

Luna pov

Semalam aku sengaja tidur cepat, makanya pagi ini aku sudah siap menjemput Jana. Sebenarnya tidak hanya Jana yang grogi atau khawatir dengan pertemuannya bersama ibu tapi aku juga.

Memang bukan pertama kali aku mengenalkan pacarku ke ibu. Tapi ini pertama kali aku mengenalkan pacarku yang notabennya segender dengan ku.

Tidak dipungkiri penyakit overthinking menyerangku. Takut akan hal-hal yang nyatanya belum terjadi. Namun baiknya aku meredam segala overthinking ini, karna masih ada Jana yang harus aku tenangkan nanti

Mungkin besok aku akan cuti saja. Karna kasihan Jana yang baru tiba pagi ini, jika harus langsung pulang sore nanti. Jadi aku putuskan kami akan pulang bersama besok siang.

Aku sudah sampai di terminal kedatangan. Jana bilang akan landing sekitar 5 menit lagi.

Tadi saat aku pamit ibu. Ibu tampak tidak menunjukkan reaksi apapun. Beliau hanya meminta agar aku selalu hati-hati dalam perjalanan. Kakakku pun saat bertemu pagi tadi, tidak menunjukkan banyak respon saat aku berpamitan akan ke bandara.

Tak lama Jana terlihat keluar dari pintu kedatangan dengan membawa koper kecilnya. Saat pandangan kami bertemu satu sama lain.

Aku pun melambaikan tangan agar dia tau dimana posisiku. Jana tampak tersenyum dan berjalan cepat ke arahku. Dia memelukku.

"Kangen kamu" ucap Jana

"Kangen kamu juga. Kamu udah sarapan?"

Jana tampak menggeleng menjawab pertanyaanku.

"Yaudah yuk sarapan dulu. Biar kamu kuat hadapin ibuku" kataku sambil mengambil koper ditangannya.

"Iih...sayang jangan nakutin gitu dong" jawabnya dengan memukul pelan bahuku.

Aku gandeng tangan Jana untuk menuju tempat mobilku terparkir, agar kami segera bisa sarapan.

.

"Aku nanti gimana? aku grogi banget ini" tanya Jana sambil menyuapkan soto ayam kampungnya.

"Makan dulu ya. Abis itu baru kita ngobrol" jawabku sambil menyeka kotoran diujung mulutnya dengan tisu.

"Enak sotonya?" tanyaku

"Enak. Seger trus gurih kuahnya"

Selesai makan, aku dan Jana segera kembali ke mobil. Mampir sebentar ke toko kue kesukaan ibu. Setelah selesai kami pun segera melaju ke arah kota asalku.

Di perjalanan, aku menceritakan bagimana kemarin aku jujur pada ibu.

"Makasih ya yang. Kamu udah mau jujur mengenai hubungan kita bahkan kenalin aku ke ibumu" kata Jana padaku.

"Itu karna aku serius sama kamu. Serius pengen hidup bersama sampe tua" jawabku menatap sekilas pada Jana.

"Trus nanti aku harus gimana pas sama ibumu?"

"Pokoknya kamu hadapi dengan tenang. Dengerin tiap kata yang disampaikan ibu jangan dipotong dulu. Baru setelah itu kamu jawab. Aku pikir ibu dan kakakku memang belum bisa menerima hubungan kita 100%. Tapi mereka juga tidak menentang. Jadi sabar ya yang. Kita lalui bareng-bareng" kataku sambil menggenggam tangan Jana untuk menyalurkan dukungan.

.

Akhirnya kami sampai di rumah ibu dengan menempuh perjalanan 2 jam lebih. Aku bisa lihat keponakanku Arya sedang bermain sendiri di teras rumahnya. Melihat mobilku berhenti dan aku keluar dari dalamnya, Arya berlari dengan gembira ke arahku.

"Tanteeee"

"Kok belum tidur siang. Udah jam 11 lebih ini"

"Bentar lagi. Bundaku masih urusin adikku rewel"

Perjalanan (gxg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang