KETUJUH

14.4K 633 39
                                    

🫗🫗🫗









Keesokan harinya, Fifi di sepanjang lorong sekolahnya terus mengoceh tak jelas ke El, tetapi responnya hanya berdeham saja. Dia kesal, lalu kabur menuju kelas duluan.

El kaku, Fifi malas mending dia cari temen lain. Fifi masuk ke dalam kelas meninggalkan El di belakang, dia terkejut melihat seseorang yang ia temui kemarin sedang duduk di belakang bangkunya. Dia buru-buru menghampiri orang itu.

Ia menggebrak meja pemuda tersebut, sampai orang itu tersentak hampir melempar ponsel di genggamannya. Lelaki itu melirik sinis ke orang yang mengejutkannya. Terkejutnya semakin bertambah karena disuguhkan wajah manis teman sekelasnya itu.

Fifi menekan tepi meja lelaki itu, menunduk, matanya menyorot berbinar. "Halo ganteng namanya siapa? Lo yang kemarin di kantin, 'kan?" tanyanya dengan senyum mengembang yang menghiasi wajah cantiknya di pagi hari.

Ia sempat terpesona, lalu menepis membuang pikiran itu. "Iya, kenapa si lo Fi? Gue, 'kan udah lama duduk di belakang lo."

Fifi meringis mendengar pernyataan itu. "Eum ... gak mungkin dong gue bisa lupain pemuda tampan kayak lo," kilahnya.

Sial mana dia tau pemuda yang kemarin dia godain duduk di belakangnya, dia juga kemarin tidak masuk mata pelajaran karena osis jadi pantas saja Fifi tidak tau.

Fifi buru-buru melirik name tag pemuda itu. "Fikri? Wah nama kita hampir sama, gue ramal lo jodoh gue? Gimana, setuju gak?" Dia semakin mencondongkan wajahnya ke arah Fikri, hingga tubuh pemuda itu otomatis mundur ke belakang.

"Lo kenapa, sih, gue merinding!" Fikri bangun dari tempat duduknya menggeser tubuhnya ke samping.

"Kenapa, sih? Gue, 'kan cuma mau akrab." Fifi berjalan selangkah mendekat ke tubuh Fikri.

Fikri mundur kembali sehingga menabrak meja di belakangnya, lantas ia memutar kepalanya ke balik punggung melihat posisinya terkukung meja.

Fifi di depannya masih tak melunturkan senyumnya membuat dia gugup saja.

"Fi apaan, tuh?" Tunjuknya ke arah belakang Fifi. Dia pun menuruti perkataan Fikri.

Lalu Fikri tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk kabur dari Fifi, menuju ke belakang ruangan kelasnya.

Fifi menoleh dengan cepat untuk melihat apa yang ditunjuk Fikri ternyata nihil, dia kembali melihat ke arah depan ternyata temannya itu sudah kabur. Fifi yang tak gentar lantas mengejarnya ke belakang kelas.

"Fikri mau ke mana!" teriaknya dengan riang.

"Pergi," usirnya sambil berlari melihat ke arah belakang, ternyata Fifi larinya kencang sekali hingga menyalip dirinya.

"Kok, lo ngusir, sih!" Fifi yang sudah berhasil berdiri di depan Fikri pun tangannya ia rentangkan, untuk menghadang Fikri pergi darinya.

Fikri yang sudah terpojok tembok semakin panik, ia melirik kanan-kiri agar bisa pergi dari gadis itu.

"Sekali lagi lo pergi, nama lo gue ganti jadi Udin! Mau lho?!" peringatan dari Fifi melihat gelagat Fikri yang mau kabur.

Fikri pun yang melihat cela langsung menyenggol tubuh Fifi kabur dari sana, Fifi yang terkesiap terhuyung ke samping sehingga memberi jalan untuk Fikri kabur.

"Lo benar-benar, ya, Udin! Balik gak lo, gue gak punya temen ayo kita main." Fifi mengejar Fikri hingga keluar kelas menuju lorong.

Di sudut tempat itu ada orang-orang yang menatap itu semua.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang