TUJUH BELAS

10.8K 518 29
                                    

🕊️🕊️🕊️





Fifi yang tengah asyik bermain ponsel di tempat duduknya di kelas didampingi El di samping. Tiba-tiba saja terganggu dengan suara decitan di belakangnya, ia pun menoleh terkejut melihat penampilan Bara lengan kanan di gips, mulut Fifi yang memang dasarnya cerewet pun tak tahan untuk bertanya, setelah Bara sudah mendudukan bokongnya dibangku belakang Fifi, dia baru mengoceh.

"Bar tangan lo kenapa? Eh, ga jadi ga usah jawab mau tangan lo luka kek, apa kek ga jadi." Akhirnya dia kembali memutar tubuhnya menghadap ke depan. Itukan tangan yang kemarin mencekik dirinya mungkin itu karma buat dia.

Orang yang ditanya tadi terdiam sambil terus menatap punggung gadis itu, hingga bisa menembusnya dengan rasa berkecamuk.

El yang di samping hanya melirik, meletakan tangannya dipucuk kepala Fifi mengusap pelan.

"Gue bukan anak kucing El yang harus lo elus terus," seloroh Fifi masalahnya dari tadi El senang sekali mengelus kepalanya.

El malah berpindah mengusap lembut di bawah mata Fifi dengan satu jari, Fifi malah membawa tangan itu ke hadapannya.

"Sekali lagi lo ngelus, gue gigit tangan lo, mau!" Dengan bibir mencebik dan memperagakan akan memakan tangan El.

"Gigit aja kalau mau," balas El malah tersenyum meledek.

"Heh?" Dia langsung menghempaskan tangan El, memundurkan tubuhnya hingga menyentuh dinding di sampingnya.

Tak berselang lama tibalah guru mata pelajaran hari ini, guru itu memberikan tugas kelompok membuat video untuk ujian praktek masing-masing kelompok sudah ditentukan.

Hari ini berlangsung seperti biasanya, sekarang mereka semua akan ke rumah Udin untuk melakukan kerja kelompok di sana, Fifi tentu saja berangkat dengan El ke sana yang lain membawa kendaraannya secara beriringan membelah jalanan. Melewati hiruk pikuk perkotaan yang ramai.

Tibalah mereka semua Al, Bara, Bimo, El, Ael, Fifi, dan Mia. Di rumah mewah milik Udin yang bersebelahan dengan rumah Mama Fifi.

Mereka semua sudah memasuki rumah itu. Ketika mereka semua sudah berada di ruang tamu Fifi melihat rumah ini sunyi sekali.

"Eh, Din rumah lo sepi banget pada ke mana?" tanya Fifi melihat seperti tidak ada kehidupan di sini.

"Memang seperti ini," jawabnya sambil menjatuhkan bokongnya di sofa empuk di sana.

Fifi mengangguk paham, lalu memilih duduk di samping El, mereka semua akhirnya mengerjakan bagian tugasnya masing-masing. Pulpen Bara terlempar ke atas buku yang sedang Fifi kerjakan. Fifi mendongak matanya bertabrakan dengan iris mata coklat Bara. Ia pun mengambil pulpen itu ingin memberikannya, tetapi ide licik terbit di otak kecilnya.

"Ambil sendiri punya tangankan? Masih berfungsikan yang satu lagi." Ia memainkan pena itu dengan jarinya, seraya melihat Bara dengan meledek.

"Ck, ga sudi udah dipegang sama lo," balas Bara.

"Fifi kamu jangan menggoda pacarku, ya, balikin sini pulpennya, bilang aja kamu mau bicarakan sama Bara?" Mia menatap Fifi dengan raut kesal tak terima pacarnya diajak bicara.

"Ga tuh, gue cuma mau dia ambil sendiri atau sederhananya bilang tolong," timpalnya sambil bersandar di bahu lebar milik El di samping dan diterima baik, dia malah meletakan tangannya di pinggang Fifi.

Fifi sempat menoleh sebentar, sebelum membuang muka ke samping.

Tiba-tiba saja pulpen di tangan Fifi di rebut paksa Mia, Fifi sempat tersentak.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang