EMPATPULUH ENAM

9.2K 361 10
                                    

🌳🌳🌳

Pohon rindang yang dikelilingi hamparan rumput hijau membentang di permukaan.

Pohon Cici waktu itu masih berdiri kokoh, tetapi sekarang semua daun berguguran di tanah. Daun yang menjatuhkan dirinya sendiri pada tanah.

Cici menatap bingung dengan keadaan baru di sini. Kenapa rumahnya telah berubah, ke mana pohon kehidupan sebelumnya, yang tidak pernah menjatuhkan daun tanpa kehendaknya.

Semua daun telah gugur pohon Cici sebentar lagi mati. Semua kehidupan novel akan menghilang atau menggantung di tempat. Apa yang harus Cici perbaiki tentang pohonnya ini.

Cici sudah meninjau masalah Fifi yang sudah hampir selesai. Jadi, dia tidak perlu terlalu memantaunya. Sampai hari itu tiba baru dia akan datang berterima kasih dan memberikan hadiah, kemudian memulangkannya ke dunia asal sesuai keinginan dia sendiri.

"Novel ini tetap berjalan atas kemauan para tokoh, karena Fifi tidak bisa memberhentikan ini semua."

Hari kian berlalu masalah Fifi sudah mencapai batas akhir. Cici sudah mengetahui siapa perusak novel ini. Mia dan Bimo.

"Nakal sekali, ya, karakter itu, memang mereka semua aku bebaskan di dalam novel hidup semau mereka, tetapi ternyata banyak juga kejadian tak terduga."

Begitu mudah harusnya untuk Cici cari. Namun, ini namanya percobaan sesuatu harus dijalankan terlebih dahulu oleh orang lain, baru dia akan tahu semua itu bagus atau tidak untuk kedepannya.

"Ternyata novel 'Matahari untuk Mia' jelek, lebih baik dihancurkan sajalah, terbukti dari tokohnya tidak mencerminkan protagonis sesungguhnya."

"Dan buat Fifi, namanya juga manusia percobaan, harus dicoba dulu baru tau ternyata novel ini begitu menyeramkan, ya, Fi." Cici melihat Fifi tengah disiksa Mia.

Ada satu di luar kuasanya, Fifi menghilang terlebih dahulu sebelum sempat ia memberi hadiah pada rohnya. Ternyata setelah dia pulang ke rumah, pohon Cici telah mati seutuhnya tidak ada lagi pohon kehidupan. Inilah penyebab Fifi pergi sebelum waktunya.

"Gue ga bisa ke dunia manusia tanpa bantuan, apa lagi resikonya besar karena pohon ini sudah mati."

"Apa minta bantuan ke tokoh itu, ya? Tandanya bisa menghubungkan dia dengan Fifi berada."

"Yaudahlah, demi pohon gue bisa tumbuh kembali, hanya El yang bisa menolongnya kali ini."

Tanpa berfikir lama Cici membawa roh El ke dalam dimensi rumahnya. Memang cukup salah membawa karakter sendiri ke dalam rumahnya. Namun, Cici tidak bisa berbuat apalagi selain meminta bantuannya. Pohon itu telah mati tidak bisa diajak kompromi.

"Hallo karakter yang aku buat sendiri," sapa Cici setelah melihat kedatangan El yang menatap sekitar dengan bingung.

"Saya sudah mati?" monolognya pada diri sendiri.

"Belum El sini cepat, mau ketemu Fifi gak lo," teriak Cici dari pohon.

"Nah kan langsung nengok," sambung Cici.

Akhirnya El menoleh dan berjalan cepat ke arah suara. Awalnya dia bingung, tetapi dengan penjelasan singkat Cici akhirnya dia paham.

Sekarang El tengah terduduk menghadap Cici di rumput hijau yang ada di rumah Cici.

"Maksudnya jadi ini serius dunia novel dan Anda author dunia ini?" tanya El yang sempat terkejut.

Ternyata pernyataan Fifi waktu lalu benar adanya. Walau ia sempat menepis kenyataan itu.

Pandangannya kemudian bergulir ke depan, mendapati pohon tumbang di sana.

"Ya, dia membeberkannya, ya?"

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang