KEDELAPAN

13.3K 578 35
                                    

🎀🎀🎀






Di tempat yang remang, seorang gadis sedang menonton film kesukaannya, dengan berbalut selimut di tubuh dan meringkuk di atas kasur. Jam bahkan sudah menunjukan pukul 7 malam, saatnya gadis itu turun ke bawah untuk makan malam bersama calon suaminya.

Lantas ia melirik jam, lalu buru-buru turun ke bawah tak lupa ketika bersinggungan dengan cermin full body, dia membenarkan penampilannya terlebih dahulu sebelum turun. Serasa sudah cantik, dia pun keluar, setelah di undakan tangga tengah, jalannya melambat melihat Mia dan yang lain tengah berkumpul di sini.

Semua pasang mata melihat ke arahnya, Fifi tidak peduli karena di sana tidak ada Al targetnya, dia lalu langsung menuju dapur. Yang dicari sudah ada di sana, lantas dia berjalan mendekat dengan berjinjit agar tidak menimbulkan suara.

"Dor."

Dia mengagetkan Al yang sedang memasak. Al yang dikagetkan diam saja tidak merespons, dia hanya melirik ke belakang dengan wajah datarnya.

Melihat itu wajahnya cemberut. "Gak asik lo, masa gak ada terkejutnya sama sekali!" Fifi berjalan mendekat ke samping Al.

Al hanya melanjutkan pekerjaannya kembali.

"Cakep banget deh calon gue, udah ganteng, pinter masak, pasti itu masakan buat kita makan, 'kan?" Fifi sambil melongok apa yang sedang Al masak—spaghetti bolognese yang sangat harum.

"Buat Mia," jawabnya singkat.

Fifi lantas memundurkan wajahnya dengan raut tidak percaya. "Gue juga mau Al, bikinin juga dong," rengeknya sambil menarik ujung lengan baju Al ke arahnya.

Al menepis rengekan itu. "Ck lepas, lo 'kan juga bisa masak!" Kesal Al acara masaknya diganggu.

Itukan Fifi bukan gue, gerutunya dalam hati, seraya memutarkan bola matanya.

Lantas Fifi memutar tubuhnya bersandar di kitchen set, melipat tangannya dengan bibir mencebik.

Al melirik Fifi yang tengah merajuk, alisnya memiliki kerutan halus. Aneh kenapa dia merajuk padanya? Apa karena spageti ini. Bahkan dia dulu tidak pernah sudi makan bareng dengannya, sekarang malah ingin masakan dirinya.

Al menelisik penampilan Fifi dari samping, rambut yang ia jepit menampilkan leher putih yang terekspos. Al sampai tidak sadar tangannya mengambil apa, ia ingin mengambil spatula, tetapi malah mencemplungkan tangan ke wajan, hingga tergores wajan panas dia sedikit terpekik. Fifi yang di samping lantas menoleh cepat.

"Kenapa? Luka?"

Fifi langsung membawa tangan Al ke wastafel, untuk mengurangi luka bakar. Al hanya memperhatikan Fifi dengan raut terkejut apa yang Al lihat, apa tidak salah Fifi khawatir dengannya.

"Sudah Al, lo masaknya gimana, sih? Kok, bisa terkena wajan gitu," tegur Fifi sambil melihat wajah Al di depannya, tangannya masih terpantri di lengan kekar Al.

Mata tajam itu turun melihat pautan mereka. "Lepas." Dia langsung melepaskan tangan Fifi di tubuhnya.

"Galak banget, sih, udah dibantuin juga." Fifi lebih memilih pergi berjalan menuju meja makan di depan sana.

Al melihat kepergian Fifi begitu saja, lalu melanjutkan yang tadi sempat tertunda.

Fifi mendudukan dirinya di meja makan. Atas meja ini kosong, para pelayan di sini sedang libur mingguan—jadi mereka, kalau tidak pesan makanan dari luar pasti masak sendiri.

Fifi tengah asyik bermain ponsel genggam men-scroll sosial media-nya. Lantas tiba-tiba datang sebuah piring di hadapannya—spaghetti bolognese yang masih mengepul, ia pun langsung melihat siapa yang menaruh piring itu di hadapannya.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang