PROLOG

42.5K 992 39
                                    


Pohon besar dengan dahan rindang yang kokoh, daun yang tak pernah menjatuhkan dirinya di atas tanah, semilir angin mendayu-dayu membuat daun di sana ikut menari seperti penari lihai.

Tangan kecil itu menutup buku yang sudah selesai ia baca. "Bebanku bertambah." Dia melihat ke depan—menunggu seseorang yang akan dia panggil.

"Kali ini harus sesuai alur, karena gue hanya mengambil manusia yang bebannya hanya 20%, jangan yang max lagi deh, huuuh." Hela nafas jengah terdengar.

"Atasan sialan! Ketemu gue lempar buku ini juga lo." Tunjuknya ke atas langit dengan marah. "Tapi, gue ga berani yang ada karakter gue dihapus." Tunduknya ke bawah melihat kakinya yang menginjak hamparan indah yang perlahan memenuhi rumahnya, rumput hijau membentang ke seluruh permukaan, karena berkat kebahagiaan para tokoh di sana.

"Kali ini kebahagiaan harus ada, kalau ga ada gue refund ajalah. Males gue benerinnya." Dia beranjak dari sana untuk mengintip dunia manusia.

Dia berjalan ke arah sumur tua, melihat genangan air yang memantul, mencerminkan dunia manusia. "Dih, udah gue tungguin juga, ternyata di sana masih malam!"

"Hadeh ... pindah novel dulu, deh." Dia berbalik berjalan ke arah pohon kehidupan kembali, lalu menembus kulit pohon itu.

Selang beberapa detik tiba-tiba sinar cahaya yang menyilaukan tiba di sana. Lalu dalam sekejap menghilang entah ke mana.

Berapa jam kemudian dia balik kembali ke tempat semula.

"Hm? Aroma manusia baru telah datang." Dia mengendus aroma citrus yang menajam diindra penciumannya.

"Ketinggalan deh gue, dia main pergi aja padahal gue belum kenalan." Dia mengdengus pasrah.

"Yaudahlah nanti aja kenalannya—gue mau main di novel lain aja, biarkan dia terbiasa dulu dengan novel baru ini, baru deh gue datangi agar beban gue berkurang satu." Senyum bahagia terbit dari bibir kecilnya, dia bersiul berjalan di bentangan lahan hijau, lalu tangan kecilnya memetik bunga yang ikut tumbuh di hamparan bunga raya cantik lainnya.

"Cantik, di dunia ini hanya ada kebahagiaan." Dia memperhatikan bunga daisy yang tadi ia petik, lalu menghirup wangi otentik yang sangat menyegarkan.

Ting

Sebuah layar hologram muncul di depannya.

"Ah, rupanya manusia terpilih itu sudah menjalani peran tokoh di sana, cepat juga, ya."

"Semoga kali ini kebahagiaan terus ada, kesengsaraan tolong pergilah dari dunia novel ini." Dia meremas bunga daisy itu di genggamannya.

"Ini hanya percobaan, semoga manusia itu bertahan di dalam novel ini." Ia meninggalkan tempat itu hilang entah ke mana.













****

Cici tikus kecil berwarna putih, dengan gaun indah melekat di tubuhnya.

Tes ombak ramai gakk?

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang